LTH [22]

3.9K 248 47
                                    

[VotMen Please]

80 Vote => Next Chapt

Darah?? Cairan berwarna merah itu darah? Darah Echa? Tapi...bagaimana mungkin? Dia sama sekali tidak merasakan sakit disekitar perutnya.

Darah? Darah siapa ini? Darahku? bayiku...

Echa menggeleng lemah, menyadari darah segar itu tercetak di telapak tangannya. Tangannya bergetar, saat menyadari... dirinya akan kehilangan anak pertamanya.

"Bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku Cha? Kamu rela mati demi pria itu?" Echa menengadahkan kepalanya, mendengar suara bas yang terdengar serak di indera pendengarannya.

Sekali lagi, Echa dikejutkan dengan darah yang mengalir dari kepalan tangan Dirga. Jadi... Darah yang jatuh membasahi pakaian Echa itu, bukanlah darahnya. Melainkan... darah Dirga dari kepalan tangannya. Pria itu terpaksa membatalkan niat gilanya, saat dia melihat Echa menjatuhkan tubuhnya didepan Romi. Untung saja dia dapat mengerem langkah kakinya, sebelum sisi tajam pisau itu menusuk tepat dibagian perut Echa. Dia tidak sanggup jika harus melukai wanita yang sangat dia cintai, wanita yang telah membuatnya benar-benar kecewa. Dirga membalik sisi tajam pisau, mengepal di telapak tangannya. Mengepalnya kuat-kuat hingga setetes demi setetes cairan kental berwarna merah keluar dari telapak tangannya.

"Mas... Mas Dirga..." Echa bangkit dari posisinya, berusaha menyentuh tangan Dirga yang telah berlumuran darah. Namun, belum sempat Echa menyentuh tangan kanan Dirga yang berlumuran darah, tangan kiri Dirga mencengkram tangan Echa begitu kuat. Dirga menjatuhkan pisaunya begitu saja disembarang tempat.

"KITA PULANG!!!" Dirga menyeret Echa dengan mata berapi-api. Echa pasrah mengikuti langkahnya, membiarkan Dirga menarik dirinya dengan kasar.

Langkah mereka sempat terhenti, saat Romi tiba-tiba saja berdiri dihadapan mereka berusaha menahan Dirga yang menyeret Echa dalam keadaan hamil.

"Aku mohon, jangan sakiti Echa. Dia tidak bersalah, kalau kamu mau... kamu boleh membunuhku. Jangan sakiti dia, karena dia sedang mengan -" ucapan Romi menggantung melihat Echa menggeleng lemah, meminta Romi untuk tidak mengatakan tentang kehamilannya kepada Dirga.

"SIALAN!! KALAU SAJA ECHA TIDAK MENGHALANGIKU, SUDAH PASTI AKU AKAN MEMBUNUHMU!!"

Buaaaagggghhh!!

Dirga menyingkirkan Romi dari hadapannya dengan sekali pukulan. Lalu, kembali menarik Echa keluar dari Green Apple dan melempar Echa masuk kedalam kursi kemudi. Sesekali Echa merasakan sakit disekitar perutnya, tetapi... Dirga sama sekali tidak memperdulikannya. Rasa kecewanya kepada Echa telah membutakan segalanya.

💛💛💛💛💛

Romi berusaha bangkit dengan tubuh penuh luka dan tertatih, "Kalau saja Echa tidak sedang hamil, aku pasti membalasnya saat dia memukulku tadi. Ya Tuhan... semoga saja Dirga tidak menyakitinya..." langkahnya tertahan saat dia hendak mengejar Dirga dan Echa keluar. Pemilik Green Apple datang mendekatinya.

"Maaf Pak, bagaimana dengan tempat makan kami? Kepada siapa kami harus meminta ganti rugi?" Romi melihat sekeliling, keadaannya memang sudah benar-benar hancur akibat ulah Dirga yang terbakar api cemburu. Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam dompet.

"Ini kartu nama saya, temui saya di alamat ini. Saya akan ganti rugi dengan semua kerusakan ini. Maaf Pak, saya tidak bisa berlama-lama disini. Saya harus -"

"Adelia?" sekilas dia melihat Adelia berdiri mematung didepan Green Apple. Dari dalam sana, dia bisa melihat wajah Adelia yang telah sembab dengan air mata. Apakah dia menangis? Apa dia melihat semuanya? Apakah dia sama seperti Dirga? Salah paham kepadanya.

[03] Love Two Heart [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang