LTH [25]

4.6K 291 33
                                        

[VotMen Please]

Siap2 deh, bakaln dpt koment pedes krna chapt ne ga sesuai harapan klian 😠😠😭😭

Krieeeett...

Perasaan ragu dan was-was datang bersamaan menerpa dirinya saat Dirga membuka pintu, Dirga takut... sangat takut kalau mimpi itu menjadi nyata. Tapi, dilain sisi Dirga sangat senang saat mengetahui kehamilahn Echa dari Fadil. Ternyata perut buncit istrinya yang selalu dia ejek itu terdapat nyawa anaknya. Oh God... dia tersenyum lebar mengingat setiap kalimat Fadil beberapa jam yang lalu hingga wajah tua tampannya terlihat dari wajahnya yang dipenuhi lipatan-lipatan tipis dikeningnya dan detik itu juga dia melupakan kejadian kemarin yang membuat dirinya naik darah. Dirga putuskan hari ini juga akan menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka.

Kedua mata elang itu menelusuri ruang tamu, dia bernapas lega saat tidak menemukan Echa duduk terpuruk disamping meja tivi seperti didalam mimpinya. Hatinya kembali mencelos saat melihat telepon rumahnya tergeletak tidak berbentuk dilantai, hancur tidak bernyawa.

"Huufftt, jadi barang yang dia banting itu telepon?" Dirga mengambil telepon tersebut dan menaruhnya diatas meja. "Echa pasti dikamar" ujarnya pada diri sendiri. Dia melangkah pasti ke arah kamar. Dirga membuka pelan pintu kamar dan menjulurkan kepalanya sebelum dia membuka penuh pintu kamar.

"Echa" panggilnya, dia membuka penuh pintu kamar setelah memastikan Echa tidak ada di dalam kamar. Lalu, melangkah masuk mengetuk pintu kamar mandi. "Echa" setelah dipastikan pintu kamar mandi tidak terkunci, Dirga membukanya sepelan mungkin "Echa" dia mendesah kecewa saat tidak menemukan Echa disana.

"Kemana dia?" Dirga kembali keluar kamar. Mencari Echa didapur, kamar tamu, ruang kerja. Kekecewaan tersirat jelas saat dia tidak menemukan Echa di apartemennya.

"Kemana dia? Apa jangan-jangan dia... sudah pergi ke kampus?" Dirga menekan beberapa angka pada layar ponsel yang baru saja diambil dari saku celananya.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.

"Kenapa nomornya selalu tidak aktif? Apa dia masih marah?" Dirga menatap layar ponselnya sesaat, mencoba menghubungi Echa lagi. Masih sama, hanya terdengar suara operator yang sangat tidak dia harapkan.

Akhirnya, Dirga mencoba menghubungi Shasa. Dia mondar-mandir didepan kamar, harap-harap cemas menunggu jawaban dari Shasa. Berharap Shasa dapat memberikan kabar baik kepadanya.

"Halo?" Dirga menghentikan langkah kakinya, dia berdiri ditempat saat mendengar suara keponakannya.

"Halo Sha, kamu dimana?"

"Dikelas Om, kenapa?" jawab Shasa seperti berbisik dari seberang sana.

"Echa, hmmm... dia ada sama kamu gak?"

"Echa? Gak ada Om. Sudah tiga jam Shasa tidak lihat Echa dikampus"

"Apa? Echa tidak ada?"

"Iya, tidak ada"

"Oh... ya sudah" Dirga memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Dia kembali mondar-mandir tidak jelas didepan kamarnya.

"Pergi kemana dia? Jangan-jangan dia pergi menemui Romi?" pikiran negatifnya mulai menguasai benaknya.

'Ya... dia pasti menemui Romi. Kemarin aku menghajar habis-habisan Romi. Pria itu pasti memanfaatkan keadaannya dan dia mengambil kesempatan memeluknya, menciumnya dan...'

"Arrrrggghhhh!!!"

Dirga berteriak histeris, frustasi. Dia menghentikan langkah kakinya, lalu membenturkan kepalanya ke dinding agar pikiran negatifnya hilang dari kepalanya.

[03] Love Two Heart [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang