Epilog

8.3K 313 29
                                    

[VotMen Please]

-Lima tahun kemudian-

Satu tahun sudah Dirga-Echa dan kedua anaknya menempati rumah baru yang cukup luas dengan 3 lantai yang terletak di daerah Cileungsi. Rumah baru? Lalu, bagaimana dengan apartemennya? apartemennya masih dalam keadaan utuh dan tidak akan pernah dijual, karena diapartemen itu mereka memiliki banyak kenangan dan akan ditempati oleh Freigha ketika dewasa nanti. Namun, sesekali mereka masih kembali untuk menginap di apartemennya hanya saat dihari-hari tertentu saja. Lima tahun telah berlalu diisi dengan kekonyolan kedua anak kembarnya yang berusia lima tahun berbeda jenis kelamin. Sedangkan Dirga saat ini sudah berusia 49 tahun dan Echa sendiri berusia 29 tahun.

Dirga dan Echa duduk disofa ruang tamu, Echa meletakkan kepalanya di bahu Dirga dan pria itu menyentuh lembut ribuan tipis rambut istrinya. Kedua manusia itu tengah asyik menonton salah satu acara yang ditayangkan distasiun televisi, sesekali Dirga melirik kedua anaknya yang sedang belajar dilantai dengan tubuh menelungkup di lantai.

Freigha dan Freiya terus memperhatikan buku sekolah yang berada didepan wajahnya. Freiya? Ya Freiya, panggilan Divca saat ini. Gadis kecil itu menolak nama Divca melekat di dirinya. Dia ingin sekali memiliki nama yang sama dengan kakaknya, dengan alasan mereka anak kembar. Keinginan Divca mengganti nama menjadi Freya berasal dari beberapa temannya yang memiliki saudara kembar sama seperti dirinya. Salah satu teman kembar Divca yaitu Leo dan Leon.

Dia sempat protes kepada Papanya, kenapa namanya tidak mirip dengan kakaknya? Sementara dia sendiri tahu bahwa mereka kembar. Dan... tentu saja Dirga tidak terima protes dari anaknya, Divca. Pasalnya, yang memberikan nama itu bukanlah dirinya. Melainkan Echa, tapi tetap saja Divca menyalahkan papanya karena tidak menolak pemberian nama dari Echa.

-Flashback On-

"Pokoknya aku gak mau dipanggil Divca Pa. Aku mau nama aku cama cepelti Kak Fley! Aku dan Kak Fley kembal, kenapa Papa tidak membelikan nama yang cama untuk kami? Cepelti teman-teman aku yang punya codala kembal?" protes Divca saat itu.

"Bukan Papa yang memberikan nama kalian... Tapi Mama kalian  yang menginginkan nama Freigha dan Divca. Kalau kamu mau protes, protes saja sama Mama kamu..." Dirga memijit-mijit keningnya, tidak menyangka anaknya yang masih sangat kecil sudah bisa protes kepada dirinya sambil berkacak pinggang didepannya.

"Tetap aja Papa yang calah. Cehalusnya caat itu Papa jangan cetuju Mama membelikan nama Divca untuk aku. Pokoknya aku gak mau tau!! Mulai hali ini nama aku bukan Divca, tapi Fley... Fleiya... Bial cemua olang tau kalau kami itu kembal, Papa..."

"Ya ya ya... Terserah kamu saja lah, mau dipanggil Freya, Freyo,  Freda, Fredo, Fredi... Sesuka kamu sajalah..." ujar Dirga putus asa menghadapi satu anaknya yang sok tua.

"Papa!! Aku bilangin Mama lho... Bial Papa diomelin telus tidul di lual nanti malam" ancam Divca. Dirga sempat melebarkan kedua matanya, kaget. Dia sama sekali tidak menyangka kalau anaknya akan mengancamnya seperti itu. Divca sempat tertawa mencemooh Papanya, saat melihat raut wajah papanya yang sedikit menciut. Itulah ancaman yang selalu digunakan oleh kedua anaknya untuk membuat Dirga menuruti keinginannya. Kedua anak itu hapal betul kelemahan Papanya, yaitu... Mamanya. Karena...setiap kali Papa dan anak itu bertengkar, Echa pasti membela kedua anaknya, selalu memanjakannya. Dan... berakhir dengan... Dirga tidur di teras rumah. Saat itu lah kedua anak itu pasti tertawa terbahak-bahak melihat Papanya tidur diteras rumah.

"Divca sayang... Eh... Bukan, tapi Freiya. Benar kan? Kamu ingin dipanggil Freiya sama seperti Kakak kamu? Bagaimana kalau sekarang kita beli ice cream kesukaan kamu? Hhmmm...kamu suka rasa vanila kan?" bujuk Dirga.

[03] Love Two Heart [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang