chapter 12

13 0 2
                                    

Aoi sedang rapat bersama Mirei untuk pembangunan cafe penguin.

Akari memulai ujiannya dengan ujian tertulis dilanjutkan dengan wawancara.
aoi sibuk di kantor kesana kemari mencari referensi.
Waktu berlalu. Akari menyelesaikan ujiannya dan mengirim pesan pada Aoi, ia menyelesaikan ujian tanpa masalah. Ia juga berterima kasih, tapi ia tidak sakit perut saat ujian.,
Aoi tersenyum membaca pesannya.

Mirei menyelesaikan designnya dan memperlihatkannya pada Aoi untuk dimintai pendapat.
Mirei bertanya, bagaimana?
Ia menatap Aoi dengan was was.
Aoi tersenyum dan mengatakan ia pikir designnya sangat bagus.
Mirei senang mendengarnya. Ia berdiri dengan lega dan mulai mengkhawatirkan kondisi kulitnya yang mengerikan karena kebanyakan begadang.
Aoi masih melihat designnya dan bertanya, berapa banyak yang kau gambar?

Mirei yang sedang mengambil minuman berkata, hmmm.... bagaimana jika 200?
Aoi terkejut, sebanyak itu?
Mirei yakin, tentu saja, ini adalah kesempatanku.
Aoi memikirkannya. Mirei kemudian tertarik, Ah, apakah kau berfikir bahwa kau tidak akan pernah memiliki kesempatan atau sesuatu yang negatif kan?
Aoi membantah. Tapi Mirei tahu pikiran Aoi, karena ia juga menjadi super negatif saat ia masih baru bekerja disana.
Aoi tak percaya, benarkah?
Mirei mengatakan, bekerja dengan orang hebat seperti Mariko-san, aku tidak bisa membantunya dan malah hanya berfikir negatif. Aku selalu berfikir 'apakah aku tidak punya bakat sama sekali?'. Hal-hal seperti itu. Aku bahkan sempat berfikir untuk berhenti. Tapi aku menyadari bahwa aku tidak harus menetapkan batasanku sendiri. Aku memutuskan untuk mengikuti dan bekerja dengan Mariko-san, melakukan yang terbaik yang aku bisa.

Aoi tersenyum mendengarnya. Ia mengerti, selama ini itu memang yang ada dipikirannya. Ia merasa menjadi orang tak berguna di kantor, merasakan bagaimana bakatnya kurang dan kadang tidak bisa mengikuti.
Tapi Mirei benar, ia seharusnya tidak menetapkan batasan untuk diri sendiri, hanya melakukan yang terbaik. Itu lah yang harus dilakukan. Ia tersenyum.

Shota akan masuk ke kamar rawat inap Kokone saat ia melihat teman cowok Kokone berkunjung.
Sepertinya mereka membicarakan masalah hanabi, dimana Kokone sepertinya tidak bisa pergi.
Shota mendengarkannya dari luar.
Teman Kokone mengatakan tidak apa-apa, tapi Kokone mengejek sekaligus minta maaf karena temannya pasti tidak punya orang untuk diajak pergi.
Temannya sedikit kesal dan akhirnya ia pulang setelah pamitan.

shota mengetuk pintu dan masuk, ia mnegecek kondisi Kokone lewat monitor.
Kokone mengambil majalah remaja dengan artikel Hanabi memakai yukata dan Shota melihatnya, kau ingin melihat kembang api?
Kokone mengatakan kalau ia tidak bisa pergi. Dr. Mayama tidak mengizinkannya untuk pergi.
Shota mengerti. Kokone mengatakan kalau ia tidak apa-apa tidak pergi.

Shota melihat Kokone yang kelihatan mencoba untuk tidak peduli tapi tetap membolak-balik majalah.
Shota mengecek kondisi Kokone lagi dan mengatakan jika hanya sebentar Kokone akan baik-baik saja dengan obat-obatan oral. Ia bisa meminta dr Mayama untuk mengizinkan Kokone pergi.
Kokone terdiam. Tapi ia mencoba tak peduli lagi, jangan dipikirkan, aku tidak akan pergi.
Shota juga bersikap cuek, Oh, ya sudah.

Shota bersiap pergi saat Kokone menarik jas dokternya.
Shota bertanya, kenapa?
Kokone terdiam, ia menunduk malu.
Shota tersenyum melihatnya, serahkan saja padaku.

Shota keluar dari kamar Kokone saat Kazuha sudah menunggunya diluar dan memanggilnya. Keduanya bicara. Kazuha mengaku kalau ia memberitahu Akari mengenai uang itu. Kazuha mengatakan ia hanya khawatir Shota dalam kesulitan.
Shota tersenyum dan mengatakan kalau Kazuha salah menduga, semuanya adalah salahnya.
Kazuha berdiri dan membungkuk pada Shota karena sudah melakukan hal itu tanpa memberitahu Aoi.
Shota tertawa dan kemudian berterima kasih, membuat Kazuha terkejut.
Shota berterimakasih karena sudah mengkhawatirkannya. Shota kemudian meninggalkan Kazuha dan mengatakan kalau ia baik-baik saja.

Koinaka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang