Chapter 11

16.4K 1.4K 168
                                    

Suasana di ruangan itu bahkan lebih tegang dari pada suasana sidang di Wizengamot. Harry dan Draco duduk sedikit memisahkan diri dari orang dewasa. Harry ngeri juga melihat wajah Severus; dia tak pernah melihat wajah ayahnya menunjukkan kebencian yang luar biasa seperti itu. Tapi wajah Sirius tak kalah sangar. Harry sampai tidak tahu mana yang lebih membenci yang lain.

"Kalian mau terus begitu sepanjang hari pun masalah tidak akan selesai," ujar Remus, "dan kau Sirius... aku minta jangan menyela. Apapun yang akan kau dengar nanti adalah fakta. Okay?"

Sirius pun mengangguk. Saat itu Harry jadi kagum karena Remus bisa 'menjinakkan' Sirius dengan mudah.

Setelah tenang dan tidak ada lagi adu pelototan mata yang seolah saling mengalirkan nafsu membunuh itu, maka Severus pun mulai menceritakan kenapa Harry bisa sampai diadopsi olehnya.

Sirius mendengarkan semua itu tanpa bersuara sama sekali, wajahnya tampak separuh takjub separuh tidak percaya. Dia tak menyangka kalau Harry dianiaya di rumah keluarganya sendiri. Dia juga nyaris tidak percaya kalau Severus mau menyelamatkan Harry, anak dari musuh besarnya. Tapi seketika Sirius juga tersadar... kalau sampai sekarang Severus masih menyukai, ah, tidak.. mencintai Lily.

Lalu Sirius ganti bertanya masalah Lucius. Jelas sekali kalau keluarga Malfoy adalah pengikut setia Voldemort. Tapi kenapa sekarang mendadak keluarga itu berubah haluan?

"Sejak ramalan bodoh yang dibawa Severus untuk Voldemort, aku akhirnya sadar kalau orang itu tak lebih dari seorang pengecut yang takut pada kematian," kata Lucius, "apalagi misi yang sekarang terdengar konyol bagiku. Dunia sihir hanya untuk pure-blood, Sementara dia sendiri adalah half-blood? Menggelikan."

Sirius menyisir rambutnya –yang masih belum terpotong rapi- dengan jari, "Merlin... aku butuh ramuan penenang..."

Harry nyaris tertawa, tapi dia tahan karena saat itu Sirius memandangnya.

"Aku hanya ingin tahu satu hal," kata Sirius," apa kau bahagia, Harry."

Harry tersenyum lebar, "ya. Aku sangat bahagia."

Saat itu Severus berdiri, "Lucius, aku punya hal yang harus aku bicarakan denganmu." Lalu kedua mata-mata itu pun meninggalkan tempat dan masuk ke lab pribadi Severus.

"Lagi-lagi... mereka itu rasanya punya dunia sendiri," Harry bersandar di sofa, memandang Draco yang menuju ke dapur, "hei! Jangan habiskan biskuitku lagi!"

"Iya iya," tapi Draco tetap saja dengan kebiasannya, melakukan hal yang berbeda dengan apa yang dia katakan.

Harry memutar bola matanya saat melihat toples kaca berisi biskuit kesukaannya kini ada di pangkuan Draco yang duduk lagi di sebelahnya.

"Kau... akrab dengan keluarga Malfoy, Harry?" tanya Sirius masih belum bisa menghilangkan nada heran dalam suaranya.

"Ya. Aku sudah kenal Draco sejak aku kecil. Aku juga selalu menghabiskan waktu natal dan musim panasku di Malfoy Manor. Uncle Lucius dan Aunt Cissy juga sayang padaku."

"Cissy? Maksudmu Narcissa?"

Harry mengangguk, "kau kenal dia, Sirius?"

"Tentu saja, Harry... Dia sepupuku."

Harry terkejut mendengar itu, dia sama sekali tidak menyangka kalau Narcissa memiliki hubungan dengan keluarga Black.

Remus tertawa saat itu, "ku rasa setelah ini aku harus benar-benar memberimu ramuan penenang, Sirius. Kau tahu—wajahmu kacau sekali."

"Ayolah Remus, kau pasti akan bereaksi sama kalau mengalami apa yang aku alami."

Setelah itu mereka pun mengobrol seru sekali, minus Draco yang memilih menjadi pendengar setia saja. Tapi meski begitu, dia toh senang melihat Harry ceria seperti ini.

Here We Are (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang