Chapter 10

16.9K 1.5K 72
                                    

Bulan terus bergulir dan kini para siswa kelas tiga dihujani dengan tugas yang seolah mengalir seperti air bah yang tidak ada hentinya. Tingkat kestressan mencapai puncaknya di akhir bulan Februari yang mulai mencairkan sisa-sisa salju musim dingin.

"Aku tidak sanggup lagi," Draco melemparkan pena bulunya ke lembaran perkamen yang berisi essay tugas Ramalannya, "Harry benar... bisa gila kalau terus ikut pelajaran ini."

Blaise dan Theo saling pandang dan sama-sama mengangkat bahu mereka. Kalau Draco mulai membawa-bawa nama Harry, berarti perkataan –atau pernyataan, tepatnya- tidak boleh dibantah. Keduanya sudah hafal benar sifat 'bos muda' mereka itu.

Draco memandang ke sekeliling perpustakaan yang mulai sepi. Sebentar lagi sudah masuk jam malam, mereka harus kembali ke asrama Slytherin sekarang kalau tidak, bisa-bisa mereka kena detensi dengan Filch, dan Draco paling anti berada dekat dengan Squib itu.

Akhirnya setelah tiga Slytherin itu selesai dengan tugas yang menumpuk, mereka pun meninggalkan perpustakaan. Saat itu, Draco melihat Harry dan dua sibat Gryffindornya di salah satu meja yang dekat dengan pintu. Sepertinya si rabut berantakan itu sedang pusing dengan tugas-tugasnya.

"... Sepertinya malam ini aku tidak usah meladeninya mengobrol. Kalau tidak dia bisa benar-benar kurang tidur," batin Draco sambil mengikuti langkah Blaise dan Theo ke asrama Gryffindor, "muka pucat begitu pasti bilangnya baik-baik saja."


Sampai di asrama Slytherin, Draco masuk ke kamar terlebih dahulu dari Blaise dan Theo yang memilih sejenak bersantai di ruang rekreasi. Di dalam kamar, hanya ada dua Slytherin lain yang seangkatan dengannya Vincent Crabbe dan Gregory Goyle. Draco tahu benar kalau ayah dua orang itu adalah Death Eater yang sangat loyal pada Voldemort. Jadi demi menjaga rahasia keluarganya, Draco harus tetap bersikap bersahabat pada dua remaja bertubuh besar tapi nyaris tak berotak itu.

"Malam, Crabbe, Goyle," sapa Draco dengan sengaja menunjukkan otoritasnya. Biar bagaimana, dulu di hadapan Voldemort, posisi Lucius ada di satu tingkat di bawah Voldemort, jelas saja Draco, juga dianggap sebagai 'senior' oleh anak-anak Death Eater yang lain.

Lalu Draco mengambil handuk juga piyamanya. Dia berniat untuk mandi dan segera tidur. Beberapa hari ini dia dibuat stress karena ulah Harry. Setelah penyerangan Dementor saat pertandingan Quidditch antara Gryffindor dan Hufflepuff, lalu lukisan Nyonya Gemuk –Draco diberi tahu Severus kalau lukisan itu adalah penjaga pintu asrama Gryffindor- dirobek-robek oleh Sirius Black, setelah kejadian-kejadian itu, Harry malah tertangkap berkeliaran malam-malam di kastil. Severus sendiri yang memberinya detensi selama satu minggu. Belum lagi akhir-akhir ini Harry sering bilang padanya –melalui jurnal yang pasti-, kalau dia sering melihat sosok seekor anjing besar di halaman kastil.

"Apa bualan Trelawney mulai meracuni otaknya? Grim? Di Hogwarts?" Draco menggelengkan kepalanya dan masuk ke ruang shower, yang menjadi satu dengan kamar asrama, dia butuh air dingin untuk mendinginkan kepalanya, Pikiran Draco mendadak dipenuhi berbagai macam pertanyaan yang selama beberapa hari ini sering menghantuinya.

Dia mulai merasa aneh karena Severus jadi sering menggantikan posisi Profesor Lupin di kelas Pertahanan terhadap Ilmu Hitam. Dan selalu sebulan sekali. Sebelumnya Draco tak punya pikiran apa-apa, tapi beberapa hari belakangan ini, dia baru sadar, kalau Profesor Lupin selalu absen dari kelas saat mendekati bulan purnama.

Sebenarnya Draco tak mau berpikir macam-macam, tapi biar bagaimanapun, fakta-fakta yang dia dapatkan membuat Draco mengambil satu kesimpulan yang terdengar gila... Profesor Lupin adalah... seorang werewolf. Apalagi, dia sering sekali melihat Severus memberikan sebuah ramuan pada Profesor Lupin, dimana keesokan harinya, pengajar Pertahanan terhadap Ilmu Hitam itu pasti absen...

Here We Are (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang