Sudah pukul 10 malam saat aku meninggalkan kantor polisi. Malam ini cukup ramai, karena biasanya saat jam 8 malam jalanan mulai sepi. Aku memutuskan untuk berjalan kaki, karena aku tidak ingin segera sampai rumah. Aku tidak mau langsung disajikan seribu pertanyaan oleh Emma.
Emma adalah teman sekamarku. Kami tinggal disebuah apartemen kecil didekat perpustakaan kota. Aku dan Emma berteman sudah cukup lama, bagiku. Dia adalah seorang gadis berambut lurus dan berwarna merah. Menurutku dia cantik, tetapi banyak yang mengatakan matanya terlalu besar untuk ukuran wajahnya yang kecil. Karena itu, Emma sering menggunakan topi untuk pergi keluar. Setidaknya, untuk sedikit menutupi matanya yang besar itu.
Aku tidak mengetahui pasti cerita hidupnya di masa lalu, ia hanya mengatakan kalau ia berasal dari keluarga kelas menengah. Dia juga mengatakan masa lalunya tidak terlalu menyenangkan untuk diceritakan. Aku tidak bisa memaksakan kehendaknya.
Tepatnya 3 tahun lalu, saat aku melamar pekerjaan menjadi seorang pelayan disebuah restoran. Saat itu aku baru saja pindah ke kota ini. Sampai sekarang kami masih bekerja direstoran itu, bagi kami gaji berapapun tak masalah asalkan bisa menyambung hidup. Aku masih ingat apa yang diucapkan Emma saat bertemu denganku.
" Hai, namaku Emma. Siapa namamu? "
" Aku Helena "
" Hanya Helena? "
" Helena Wildheart " jawabku sambil tersenyum
" Nama yang bagus, aku Emma Jerland. Kamu mau melamar kerja juga disini? "
" Ya, aku baru pindah kesini "
" Oh ya? Kalau begitu selamat datang di Saintburg! " ucapnya dengan senyum lebar yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam saat aku sampai di apartemenku. Aku membuka pintu perlahan agar Emma tidak dapat mendengarku. Aku merasa cukup aneh karena biasanya Emma menungguku di ruang tamu jika aku pulang terlambat. Mungkin dia sudah tidur.
Aku melangkah dengan hati - hati menuju kamarku. Aku menoleh ke arah pintu kamar Emma, pintu itu tertutup rapat. Mungkin dia benar - benar sudah tidur. Aku membuka pintu kamarku, saat aku menyalakan lampu aku melihat ada sebuah kotak berukuran sedang diatas kasurku.
Kotak itu terbuat dari kayu mahoni, terlihat kokoh dengan ukiran bunga di sampingnya. Aku tertarik untuk membuka kotak itu, tetapi aku tidak tahu itu milik siapa. Aku mengambil kotak itu, lalu aku membukanya.
" Jadi, kau sudah pulang "
Suara Emma mengejutkanku dan menghentikan niatku untuk membuka kotak itu lebih lebar lagi.
" Ya, maafkan aku jika aku membuatmu khawatir "
" Oke, penjahat. Ceritakan padaku apa yang terjadi "
Emma menatapku dengan tatapan seakan - akan melihat pencuri dirumahnya.
" Pertama, jangan panggil aku seperti itu. Kedua, aku tidak ingin membicarakannya sekarang "
" Baiklah, kita akan membicarakannya besok. Lebih baik kau beristirahat "
Aku menghentikan langkah Emma saat dia mau meninggalkan kamarku.
" Emma "
" Ya? " balasnya sambil menoleh
" Kotak ini, punyamu? "
"Bukan, kotak itu datang sore ini bersama surat - surat yang lain. Kata tukang posnya, kotak ini untuk mu. Jadi ku taruh saja diatas tempat tidurmu "
" Dia memberi tau siapa pengirimnya? "
" Sayangnya tidak "
" Baiklah, terima kasih "
" Apapun untukmu "
Dia pergi meninggalkan kamarku.
Aku merasa sangat lelah karena kejadian hari ini. Aku memutuskan untuk mandi, lalu pergi tidur. Aku menaruh kotak itu dimeja samping tempat tidurku. Aku akan membukanya besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE : Angels Motel
Mystery / ThrillerSebuah pembunuhan terjadi pada gadis cantik di kamar sebuah motel di pinggir kota. Bukti - bukti di tempat kejadian memaksa Helena terlibat dalam kasus ini. Semua petunjuk yang diterimanya harus dipecahkan seorang diri maupun dengan bantuan temannya...