" Emma? " aku menoleh, tidak terlihat siapapun. Namun, suara itu semakin keras terdengar.
Dengan hati - hati aku melangkahkan kakiku ke arah dapur. Emma tidak merespon panggilanku, hal itu membuat aku berpikir hal yang sangat buruk. Tidak, seharusnya aku tidak boleh membiarkan pikiranku berimajinasi.
Aku meraih sebuah payung yang ada di samping pintu. Suara itu, sungguh aku yakin itu adalah suara pisau yang diasah. Tanganku semakin menggenggam erat payung berwarna coklat ini, siap memukul apapun yang ada di depanku.
Aku melihat seseorang!
Seseorang yang membelakangiku. Aku berusaha membuat langkah kakiku tidak terdengar. Tepat berada sekitar tiga langkah di belakangnya, aku berhenti.
Aku menunggu dia melakukan sesuatu.
Sekitar lima menit berlalu, tiba - tiba orang itu membalikkan badannya! Tanganku refleks mengayunkan payung itu agar mengenai kepala orang itu.
" Aduhh! " dia menundukkan kepalanya kesakitan.
" Emma?! " seru aku seraya menyalakan lampu.
Benar saja, Emma memegang pisau dan sepotong besi. Pisau itu terlihat antik, namun tidak terlihat tajam.
" Emma, mengapa kamu tidak mengatakan sesuatu saat aku memanggilmu?! Lihat apa yang terjadi! Lagipula apa yang kamu lakukan mengasah pisau milik orang lain? "
" Maafkan aku, hanya saja pisau ini sangat bagus. Lalu aku merasa pisau ini kurang tajam, jadi aku seperti terhipnotis untuk mengasahnya " kata Emma sambil mengusap kepalanya.
Aku yakin tadi aku mengerahkan banyak tenaga untuk pukulan itu. Entah mengapa setelah mengomel padanya, aku jadi tidak enak hati. Bagaimana pun juga, aku telah memukul temanku sendiri.
" Ah, ya ampun. Maafkan aku, aku pikir tadi kamu ini orang lain "
" Seharusnya aku yang minta maaf padamu, Helena. Apakah kamu sudah menemukan sesuatu? "
" Ya, sebaiknya kita pergi dari sini. Aku tidak ingin memukulmu lagi "
Kami berdua pergi meninggalkan rumah Kana Scarlet. Kami berterima kasih kepada tuan resepsionis itu, lalu pergi.
***
" Helena! " seru Emma padaku.
" Mengapa kamu terus bertitar - titar di depan telepon? Sejak awal kita sampai di rumah kamu belum duduk sekali pun. Kemarilah, kamu juga belum mengatakan apa yang telah kamu temukan "
Ah, ya. Aku belum menceritakan pada Emma apa yang telah aku temukan. Sejak awal kami sampai di rumah, aku bimbang, apakah aku harus memberi tahu Tuan Lanner tentang Kana Scarlet sekarang atau tidak.
" Kemarilah, duduk di sampingku dan jelaskan apa yang terjadi " seru Emma sambil duduk di sofa.
Dengan kertas - kertas itu di tanganku, aku menghampiri dan duduk di sampingnya.
" Mau teh? " tanya Emma sambil menyodorkan secangkir teh.
" Tidak, terima kasih. Aku akan menjelaskan ini secara cepat, okay? "
" Mengapa terburu - buru? "
" Aku juga ingin memberitahukan ini kepada Tuan Lanner "
" Oh, jadi itu alasannya mengapa kamu bolak - balik di depan telepon "
" Ya, begitulah " jawabku seraya menaruh kertas yang aku temukan di atas meja.
Saat aku sedang menjelaskan kertas - kertas yang aku temukan, tiba - tiba semuanya menjadi basah. Ah ya, Emma, entahlah itu yang dia katakan, tidak sengaja menumpahkan teh yang diminumnnya saat ingin menaruh di atas meja.
Pupil mataku membesar. Ya, aku tidak dapat berkata apa - apa, hanya menoleh ke arah Emma. Aku melihat dia meminta maaf seraya mencoba menyelamatkan kertas - kertas itu.
Aku melihat Emma mulai menitihkan air mata. Entahlah apa yang aku rasakan saat ini, marah? Kesal? Seharusnya aku sudah selangkah lebih maju.
Rasanya ingin sekali aku mencaci maki Emma. Namun, aku berusaha menenangkan diri. Apa profitnya? Apa manfaatnya jika aku memarahi Emma? Jika aku memarahinya pun tidak merubah keadaan.
" Aku lelah, aku ingin ke kamar " ucapku tiba - tiba.
Emma menoleh, dan menggenggam tanganku.
" Sungguh, maafkan aku. Aku akan berusaha memperbaikinya, kumohon. Aku tidak sengaja " ucapnya dengan mata yang berkaca - kaca.
Aku melepaskan genggamannya dan pergi ke kamar meninggalkan Emma tanpa satu patah kata lagi, membawa kertas - kertas yang basah itu berharap masih bisa di selamatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUE : Angels Motel
Misterio / SuspensoSebuah pembunuhan terjadi pada gadis cantik di kamar sebuah motel di pinggir kota. Bukti - bukti di tempat kejadian memaksa Helena terlibat dalam kasus ini. Semua petunjuk yang diterimanya harus dipecahkan seorang diri maupun dengan bantuan temannya...