Chapter 2

5.4K 265 31
                                    

" Helena, aku pergi ya. Jangan lupa buatkan aku makan malam " seru Emma dari luar kamarku

Jam masih menunjukan pukul 7 pagi, Emma sudah membangunkan ku dengan seruannya. Hari ini aku libur kerja, dan giliran Emma yang masuk.

Aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi. Keluar dari kamar mandi, aku teringat kotak kayu yang aku terima kemarin. Menurutku, kotak itu mempunyai daya tarik yang luar biasa. Terlihat sangat klasik sekaligus misterius. Aku mengambil kotak itu dan menaruhnya dipangkuanku, lalu aku membukanya.

 Aku mengambil kotak itu dan menaruhnya dipangkuanku, lalu aku membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya ada satu kata yang ada di dalam pikiranku.

" Kertas? "

Kertas itu bewarna coklat muda dan dilipat empat kali. Kertas itu berukuran lebih kecil dari kertas biasanya. Setelah aku buka, yang kulihat hanyalah sebuah tulisan. Tunggu, ini adalah alamat.

Mercure, room 7, 813 Berry Road

Aku tidak mengerti, sebuah alamat? Milik siapa? Dan apa maksudnya mengirimkan alamat itu kepadaku? Dan mengapa diletakkan di dalam kotak ini?

Terlalu banyak pertanyaan didalam kepalaku saat ini. Aku bahkan tidak mengetahui siapa yang mengirimkan alamat ini padaku. Haruskah aku mengunjungi alamat ini? Bagaimana jika ini adalah jebakan? Aku membutuhkan Emma saat ini.

* TING TONG *

Aku segera membuka pintu setelah bel berbunyi. Terlihat seorang laki - laki didepan pintuku, Billy Purdue.

" Selamat pagi, maaf aku mengganggumu " sapa Billy

" Oh, hai Billy. Tidak, kau tidak menggangguku. Silahkan masuk "

" Oh, tidak, tidak perlu. Aku hanya ingin menyampaikan sebuah pesan "

" Pesan? " ucapku dengan ekspresi wajah kurang berminat.

" Ya, memang kenapa? Kau terlihat tidak terlalu senang? "

" Tidak apa - apa, hanya saja aku mendapat banyak pesan akhir - akhir ini "  ucapanku diakhiri dengan tawa kecil.

" Baiklah, aku sedang terburu - buru.  Nyonya Pott mengundangmu makan malam di aula perpustakaan, malam ini jam 7. Dia merayakan hari ulang tahun kucingnya "

" Oh, ya. Baiklah akan ku usahakan datang. Terima kasih, Billy "

" Sampai bertemu nanti malam, Helena "

Billy pergi dengan senyuman yang berbinar.

Billy Purdue, seorang laki - laki yang sangat murah senyum. Umurnya lebih tua dua tahun dariku. Dia dibesarkan oleh Nyonya Pott. Orang tuanya tewas dalam kecelakaan kereta. Masa lalunya memang kurang menyenangkan, tetapi dia orang yang sangat murah senyum. Aku perlu belajar darinya untuk melakukan hal itu.

Malam harinya aku mengajak Emma pergi ke perpustakaan untuk memenuhi undangan Nyonya Pott. Dalam acara makan malam ini dihadiri oleh beberapa orang terdekat Nyonya Pott. Memang bisa dibilang cukup berlebihan untuk ulang tahun seekor kucing.

Kami duduk di meja makan yang cukup panjang. Billy Purdue duduk di kursi hadapanku. Kami menikmati malam itu dengan kehangatan akan kekeluargaan. Setelah selesai dengan hidangan penutup, aku pergi ke balkon untuk mencari udara segar.

Tak lama, Billy menghampiriku.

" Apa yang kamu lakukan diluar? Nyonya Pott ingin semua orang didalam saat kucingnya ingin ' meniup ' lilinnya " tanya Billy

" Ya, nanti aku akan kedalam "

" Ada masalah? "

Aku tidak tau apakah aku harus bertanya soal alamat dalam kertas yang aku terima kemarin. Tetapi aku sudah mengenal Billy cukup lama.

" Sebenarnya, ada "

" Masalah apa? Kamu bisa cerita kepadaku "

" Billy, pernahkah kamu mendapatkan surat atau kiriman tapi kamu tidak tau siapa pengirimnya? "

" Tidak, memang kamu menerima surat apa? "

" Kemarin sore, aku mendapat kiriman. Sebuah kotak kayu, bukan aku yang menerima kiriman itu. Aku sudah tanya Emma siapa pengirimnya, namun tukang posnya  bilang tidak ada keterangan pengirim "

" Oh, itu aneh. Apa isi kotak itu? "

" Secarik kertas bertuliskan alamat "

" Alamat? "

" Ya, kurasa ke sebuah asrama. Bagaimana menurutmu? "

" Kurasa kamu lebih baik mendatangi alamat itu "

" Kenapa? "

" Entahlah, kalo aku jadi kamu, aku datangi alamat itu. Daripada ada yang mengganggu pikiranku "

" Kau benar. Tapi aku tidak tau pergi dengan siapa. Emma bekerja besok. Kalau pergi sendiri, aku takut ini jebakan "

" Kamu bisa pergi denganku "

" Benarkah? Kau mau membantuku? "

" Tentu saja, aku akan mendatangi apartemenmu besok. Sekitar jam 9 pagi, bagaimana? "

" Baiklah "

Kemudian kami berdua masuk kedalam untuk melanjutkan acara Nyonya Pott.

Kuharap besok aku menemukan jawaban dari semua pertanyaan dikepalaku.

CLUE :  Angels MotelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang