Chapter 12

1.6K 106 11
                                    

Sudah tiga hari sejak Tuan Lanner menawarkanku menempati apartementnya. Aku sudah memutuskannya. Ya, hari ini aku pindah. Nyonya Pott dan Billy membantuku mengemas barang - barang. Emma? Ah, ya dia mengunci diri di kamarnya. Aku tidak tahu apakah ini tindakan yang benar atau salah. Meninggalkan temanku, yah lagipula sudah terlambat untuk membatalkan keputusanku.

" Ini kotak terakhir " ucap Billy sembari membawa dus di tangannya.

" Oh, terima kasih Billy. "

Aku mengambil dus itu dari tangannya. Saat aku ingin menuruni tangga, pintu kamar Emma terbuka.

" Helena " panggil Emma.

Aku menoleh dan Emma mendekatiku.

" Aku, aku tidak tahu. Maksudku, aku tidak mengira kamu akan pindah. Kurasa sangat terlambat untuk mencegahmu pindah? "

Ucapan Emma berhenti sampai disitu. Aku bisa melihat dari raut wajahnya, banyak hal yang ingin dia sampaikan padaku. Emma memberiku sebuah kotak terbuat dari karbon. Dia langsung membalikkan badan, dan masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan apapun dan tanpa memberikanku kesempatan untuk mengucapkan satu patah kata.

Maafkan aku.

Ya, itu adalah kata yang ingin aku sampaikan kepadanya. Aku mendengar Nyonya Pott memanggilku, mengatakan Tuan Lanner sudah datang. Aku bergegas menuruni tangga. Aku mengucapkan salam perpisahan dengan Nyonya Pott dan Billy. Aku tahu aku tidak pindah jauh, namun berat rasanya meninggalkan mereka yang banyak membantuku.

Nyonya Pott memberikanku sebuah sapu tangan dengan bordiran berwarna ungu di sekelilingnya. Aku berterima kasih padanya, dan memeluknya.

" Aku tidak mengira kamu begitu cepat memutuskannya " ucap Billy

" Maafkan aku, namun kita akan tetap berhubungan, okay? " jawabku dengan senyum, berusaha menghiburnya.

Billy tidak merespon apapun. Sejak tadi pagi Billy terlihat tidak bersemangat, tidak ekpresif seperti biasanya. Aku menepuk pundak Billy, lalu pergi meninggalkan Billy dan Nyonya Pott. Aku menoleh ke jendela lantai atas, tidak ada siapapun. Cukup mengecewakan, kupikir Emma akan ada di sana.

***

Waktu menunjukkan pukul lima sore. Masih ada beberapa kotak lagi yang harus aku rapikan. Sungguh baik hati Tuan Lanner, mengizinkanku menempati apartment ini tanpa biaya sewa sekalipun. Tempat ini sangat luas. Tunggu, mungkin 'luas' karena aku sendiri yang tinggal di sini.

Berbicara soal itu, aku belum membuka kotak karbon yang diberikan oleh Emma. Aku tidak mempunyai hasrat atau pun rasa ingin tahu untuk membuka kotak itu sekarang.

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu itu membuatku terkejut. Aku membuka pintu, terlihat Tuan Lanner berdiri di sana.

" Tuan Lanner " sapaku.

" Helena, sudah selesai merapikannya? " tanya Tuan Lanner.

" Yah, masih ada beberapa kotak lagi. Tapi akan saya lanjutkan besok "

" Mari kita bicara tidak terlalu formal. Apa kau sudah makan malam? "

" Ah, ya. Maafkan aku. Belum "

" Baru saja aku membeli makanan. Makanlah bersamaku di bawah "

" Ah, tidak perlu, Tuan. Aku akan masak makan malamku sendiri "

" Ayolah, anggap saja permohonan maafku karena tidak bisa membantu merapikan barang - barang milikmu "

" Baiklah "

Aku makan malam bersama Tuan Lanner. Rumahnya terlihat sangat klasik. Ya, karena banyak hiasan klasik di dinding rumahnya. Meja makannya sangat feminim. Maksudku, mulai dari meja, kursi, sampai peralatan makannya pun bermotif bunga. Sungguh tak disangka, seorang detektif yang tenang dan sedikit dingin mempunyai sisi seperti ini.

" Kau tinggal sendiri? " tanyaku memecah keheningan.

" Ya "

Kami kembali terdiam.

" Perabotan di rumah ini, semuanya dipilih oleh istriku " ucap Tuan Lanner tiba - tiba, membuatku berpikir dia bisa membaca isi kepalaku.

Aku tak meyangka Tuan Lanner sudah mempunyai istri, maksudku dia terlihat masih sangat muda. Seperti di usia akhir 20 tahun.

" Oh, lalu dimana dia? Pergi bekerja keluar kota? "

" Tidak. Dia.. "

Aku melihat ke arahnya menunggu ia melanjutkan kata - kata itu.

" Dia, yah dia sudah meninggal "

Aku tertegun. Banyak pikiran yang ada di kepalaku. Aku ingin tahu lebih jauh, namun aku menahan diriku. Ya, karena itu bukanlah topik pembicaraan yang menyenangkan.

" Aku turut menyesal " adalah kata - kata yang akhirnya aku sampaikan.

" Ah, maafkan aku. Mari kita bicarakan hal lain. Seperti, apa kau mau mengunjungi rumah Julie Morgen? "

" Tentu saja! " jawabku dengan antusias.

" Baiklah, kapan saja kau bisa "

" Bagaimana dengan lusa? Besok aku harus bekerja "

" Baiklah "

Setelah makan malam selesai, aku membantu Tuan Lanner membersihkan meja makan. Setelah itu, aku berpamitan dan kembali ke atas.

CLUE :  Angels MotelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang