Epilog

15.3K 480 6
                                    

New York

Terkadang, kau tak bisa memilih takdirmu. Sesuatu yang kau inginkan, belum tentu yang kau butuhkan. Sebaliknya, sesuatu yang kau butuhkan belum tentu yang kau inginkan.

Seperti aku.

Aku tidak ingin seperti ini, aku hanya ingin menjadi layaknya manusia biasa. Tapi Tuhan telah merancang segalanya, ia tau yang terbaik untukku.

Tap, tap, tap, hujan turun.

Aku tidak tau apakah kalian percaya dengan highest being atau yang biasa kita sebut Tuhan. Aku percaya. Ketika hujan turun, Tuhan sedang membersihkan bumi ini; menghapus kenangan-kenangan buruk maupun kesedihan.

"Apa kabar?",tanyaku pelan.

"Aku.. Ya, seperti yang kau lihat sekarang ini",jawabnya dengan suara serak yang rendah.

Aku mengangguk. Adikku—orang yang berada dihadapanku saat ini—terlihat sangat canggung dihadapan kakaknya satu-satunya.

Kevin, tak pernah aku menyangka memiliki adik sepertinya. Dia sangat pengertian, penyabar, penyayang, dan bukan pendendam. Kukira saat aku kembali untuk mengunjunginya, dia akan menolakku mentah-mentah; mungkin meludahiku.

Kutiup pelan kopi yang ada dihadapanku lalu kuisap sedikit demi sedikit.

"Ikutlah denganku",ia menaikkan alisnya seakan tak percaya apa yang telah kukatakan. Aku memandang keluar jendela, takut melihat kilatan dimatanya.

"Apa?"

"Kau mendengarku, Kev"

Ia menunduk dan mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, haruskah aku?",tanyanya tanpa melihatku. Aku menghembuskan nafas pelan.

"Maksudku, kehidupanku disini. Aku takkan pernah fit disana. Kau mengerti maksudku, kan",lanjutnya. Kemudian ia menyesap kopinya. "Aku tidak termasuk dalam duniamu",aku mengangguk pelan.

Benarkah? Dia menolaknya?

"Kumohon, aku tak bisa meninggalkanmu",pintaku agar dia merubah pikirannya.

"Oh, ya? Lalu kemana kau bertahun-tahun yang lalu? Meninggalkanku begitu saja—ah sudahlah, tidak perlu dibahas",ucapny memotong ucapannya sendiri.

"Aku minta maaf, kumohon, Kev. Aku menyayangimu, sangat. Sungguh, aku takkan kembali jika kau tidak ikut", aku tak mau mimpi buruk berlanjut karna tanpa kehadirannya.

Tak sedikitpun aku mengingat apa yang terjadi sampai aku bisa berada disini, sungguh. Bahkan rasanya aku belum pernah kesana. Tapi aku tau, aku kesini untuk kembali menjemputnya, membawanya bersamaku. Kevin, adikku yang telah melewati suka duka bersama-sama sejak kecil.

Kemudian ia mengangguk pelan. Senyumanku melebar karna tau ia sudah merubah keputusannya.

*

A/n

Wohoo! Finally done, i can't even believe myself to finish this story. Some words i use in English because i don't know what is in bahasa loll.

Okay!

Aku mau ngucapin banyak-banyak terimakasih untuk kalian yang udab baca cerita ini dari awal dan selalu support aku dengan vote yang kalian berikan:) it means so much for me!

Ssssooooooo... Here's a happy ending! Aku ga tega ninggalin Kevin gitu aja:( aku terus bayangin dia itu Manu Rios, siapa coba kakak yang mau ninggalin adeknya yang seganteng itu?:( , but no, Lea gak mau ninggalin dia bukan karna ganteng kok, tapi karna emang sayangnya seorang kakak:) even Kevin bukan adik biologisnya, tapi tetep aja dia bakalan selalu jadi adiknya Lea. :)

And then ada kabar gembira! Aku bikin ini jadi trilogy, tapi gatau kapan dipublish. Keep calm, udah ada draft nya kok. Soo, pas ready akan segera aku publish!

Udah vote semua chapter?
Udah masukin The Lost Princess ke reading list?
Udah share ke temen-temen?

Kalau udah, aku mau ngucapin banyak terimakasih ke kalian! And kalau belum, semoga aja sooner or later ya:)

Please kindly check dari awal lagi siapa tau ada vote yang ketinggalan! :)

Lots of love, hugs, and kisses
Yasmin

The Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang