DIA (gxg). Part: 17

35K 1.1K 98
                                    

Hai! I'm back! Duh... Really loooooooong-time no see yaaa, guys. Haha, maaf maaf maaf. Kemarin sempat menghilang dari peradaban, sibuk nyari kitab suci sama sungokhong (?) wkwk. Sebelum gue lanjutin ceritanya gue masih cerita dulu sedikit, dulu sebenernya cerita ini udah 'complete' alias selesai tapi waktu itu wattpad gue error dan alhasil part terakhir dari cerita ini hilang dan gue gak punya soft copy-nya (pelajaran buat para author, selalu punya soft copy untuk hasil kerja kalian sendiri) yaudah, bikin ulang lagi deh gue. Yaudah, gak usah banyak cingcong lagi langsung disimak aja the last part of DIA.

Author POV

Setibanya dirumah Carissa segera berlari menuju kamarnya, mencari iPhone-nya sembari mengutuki dirinya kesal atas perlakuannya ke sahabat baiknya, Jessica. Dia lupa dimana terakhir kali meletakkan iPhone-nya. Dia mengacak-acak seluruh tempat tidurnya dan mendapati iPhonenya dibawah bantal dengan baterai yang tinggal 15%. Dia melihat ada beberapa SMS dari nomor yang belum terdaftar dikontaknya tapi dia tau siapa pemilik nomor itu. Itu nomor Jessica. Cepat-cepat Carissa menekan tombol call dan tak berapa lama terdengar suara Jessica dari ujung telepon. Tangis Carissa pecah.

"Maafin aku, Jess. Maafin aku. Aku bukan sahabat yang baik buat kamu. Maaf." ucap Carissa sembari terisak. Hanya suara tangisan yang terdengar dari ujung telepon sana. Carissa melanjutkan permintaan maafnya. "Aku jahat! Egois! Kamu bisa terim keadaan aku, kamu tetep mau jadi sahabatku meski kamu tau aib-ku. Sementara aku? Ya ampun.." Carissa merenggut kesal rambutnya. "Aku jahat bgt! Maafin aku, Jess.."

Terdengar suara Jessica yang berusaha mengendalikan tangisnya dan mulai berbicara.

"Ca... Aku udah maafin kamu kok sebelum kamu minta maaf." Isak tangis Carissa semakin menjadi. "Cuma kamu satu-satunya sahabatku, Ca. Bahkan kamu udah kaya saudaraku sendiri. Jadi tenang aja, aku udah maafin kamu. Aku juga minta maaf ya, Ca. Aku udah bohongin kamu. Aku mau cerita tapi aku takut, Ca.." suara Jessica kembali bergetar hendak menangis. "Tapi beneran deh, aku udah putus kok sama Michelle, Ca."

"Jess ? Kamu gak salah, aku yang sal..."
belum sempat Carissa menyelesaikan bicaranya, telepon sudah terputus. Dilihatnya iPhone-nya yang baru saja mati karna kehabisan daya. Dia mengutuki iPhone-nya. Carissa bangkit untuk mengisi ulang daya baterai iPhone-nya. Dia pikir malam itu juga dia sudah terlalu lelah, matanya sudah sangat lelah karna banyak menangis hari ini maka dia memutuskan untuk melanjutkan besok. Dia berencana ke rumah Jessica besok pagi.

       Keesokan paginya Carissa bergegas menuju rumah Jessica. Sebelum berangkat dia sudah memberitahu Jessica terlebih dahulu bahwa dia akan ke rumahnya pagi ini. Setibanya dirumah Jessica, Carissa berlari menghambur ke pelukan Jessica. Meminta maaf sekali lagi. Dan lagi-lagi dengan tulus Jessica memaafkan sahabat tersayangnya itu. Mereka kini sudah beralih ke kamarnya Jessica. Mereka duduk ditepi tempat tidur Jessica dan Carissa memulai obrolan tentang Michelle.

"Soal Michelle..." lanjut Carissa setengah ragu. "Kenapa kamu putusin dia si, Jess?"

"Udahlah, Ca. Gapapa. Jangan bahas Michelle lagi ya." Jessica mulai tertunduk. Suaranya lesu tiap menyebut nama pujaan hatinya itu. Carissa merasa bersalah. Suasana sempat menjadi hening untuk beberapa saat. Carissa tersenyum lebar seakan mendapat ide.

"Yaudah, ganti topik deh. Pinjam hp-mu dong, beb." ujar Carissa. Tanpa bertanya untuk apa Jessica pun memberikan iPhone-nya kepada Carissa dan Carissa mulai sibuk mengutak-atik iPhone Jessica.

"Emm, bentar ya. Aku ambil minum buat kamu. Bibi Lesti lagi sakit jadi gak masuk kerja hari ini." jelas Jessica seraya bangkit dari duduknya menuju dapur.

"Oh, ok. Thanks, beib." jawab Carissa seadanya.

***

Michelle POV

DIA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang