DIA (gxg). Part: 4

48.8K 1.9K 116
                                    

Haloooo ! Yang nungguin part selanjutnya mana suaranyaaaaa !? *kemudian ada suara jangkrik* Oh, emm.. oke :| Anyway, ini cerita selanjutnya. I hope you like it ! Enjoy ;)

Jessica POV

Saat aku menoleh ke arah suara tersebut, ternyata orang yang bersedia mengantarkanku pulang adalah...

"Akta ? Bisa nganterin Jessica pulang ?" Tanya Sean kepada Akta. Laki-laki tinggi, berbadan kurus dengan mata yang sipit. Aku menatapnya dari bawah hingga ke atas, saat ku dapati dia sedang memperhatikanku sambil tersenyum. Aku pun membalas senyumnya dengan canggung.

"Bisalah ! Buat cewek secantik Jessica mah apa sih yang gak bisa." Dia terkekeh sendiri sementara teman-temannya yang lain menyorakinya. Tiba-tiba... "Gue aja yang nganterin Jessica pulang." Aku menoleh cepat ke arah munculnya suara itu, ternyata itu Michelle. "Rumah kamu didaerah Bekasi kan ?" Aku hanya mengangguk cepat.

"Eh udah gue aja, Chelle. Lo kan cewek, lagian ini udah malem. Mending lo langsung balik aja." Sepertinya Akta bersikeras ingin mengantarkanku pulang.

"Gapapa, gue pulangnya gak ke rumah tapi ke rumah Tante gue, didaerah Bekasi juga jadi sekalian aja Jessica gue yang nganter pulang."

"Nah, pas banget. Yaudah tuh. Jess, pulangnya sama Michelle ya ? Oke ?" Sean merasa lega karna ada yang bisa mengantarkanku pulang.

"Oh, yaudah." Aku tersenyum tulus ke Sean dan Michelle. Sementara ku lihat Akta mengerucutkan bibirnya karna merasa gagal untuk bisa mengantarku pulang. Teman-temannya menertawakan Akta, aku pun ikut tertawa kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Aku ambil jaket sama helm dulu bentar ya." Michelle menyentuh tanganku pelan.

"Eh iya." Tak selang berapa lama Michelle telah kembali dengan jaket yang disampirkan ditangan kanannya dan juga helm ditangan kanan dan kirinya. Dia menyodorkan satu helm untukku dan satu lagi untuk dia kenakan. Setelah helm terpasang rapi dikepalaku, dia memberikan jaket yang tadi dia bawa kepadaku.

"Loh ? Kok dikasih aku ? Minta pegangin ?" Dia mulai memutar balikkan motornya.

"Engga, itu buat kamu pake."

"Lah, terus kamu pake apa ?"

"Ya gak pake apa-apa."

"Ehh, serius."

"Iya serius, udah kamu pake aja. Liat dong, kamu cuma make dress tanpa lengan gitu. Ini udah malem juga, mau masuk angin ?"

"Hehe, ehm.. iya juga sih. Yaudah aku pake ya jaketnya. Kamu gak pake jaket gapapa ?"

"Iya gapapa kok, ayo." Dia menjawab tanpa menoleh ke arahku karna sedang menyalakan motor.

"Beneran ?" Tanyaku untuk memastikan. Dia menoleh ke arahku tanpa menjawab apa-apa. Aku yang merasa canggung diperhatikan seperti itu langsung memakai jaket yang dia berikan tadi. Setelah jaket terpasang, dia tidak lagi memperhatikanku. Aku pun segera naik ke motor.

"Woy semua, gue balik ya !" Michelle berteriak kepada sebagian temannya yang masih sibuk merapikan alat syuting.

"Semuanya, duluan ya." Aku pun ikut berpamitan.

"Iyaaaaa. Daaaahh. Hati-hati ya. Makasih ya." Semua menyahuti sambil melambaikan tangan. Setelah itu motor pun mulai melaju.

Angin malam menerpa wajahku. Terasa amat dingin. Aku yang sudah mengenakan jaket saja masih bisa merasakan dinginnya udara malam hari, apalagi dengan Michelle yang atasannya hanya menggunakan kaus lengan pendek biasa.

DIA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang