Silahkan langsung dibaca aja deh ya cerita selanjutnya. Cekidot ! ;) hehe
Jessica POV
"Yaudah gue tinggal dulu ya, Jess ?" Sean pun meninggalkanku bersama Michelle. Kami berdua sempat terdiam sejenak kemudian Michelle mulai membuka pembicaraan.
"Emm, udah baca naskahnya ?" Dia menunjuk naskah yang aku pegang.
"Ehh, emm.. belum." Aku mulai membuka lembaran naskahku. Aku lupa menanyakan pada Sean, aku berperan sebagai siapa disini. Tapi Michelle seakan bisa membaca pikiranku. "Peran kamu jadi Dira disini." Aku pun menatap heran ke arahnya. Dia tersenyum, aku pun membalas senyumannya dengan kikuk.
Aku diberi waktu 20 menit untuk menghafal naskah yang ku baca. Kebetulan kalimat di naskah ini tidak begitu panjang dan kemampuan menghafalku juga lumayan cepat jadi tidak masalah untukku hanya diberi waktu 20 menit. Selama menghafal, Michelle duduk disampingku. Mengamatiku yang sibuk komat-kamit seperti merapal mantra dengan mata tertutup.
"Gampang ngerti gak sama kalimatnya ?" Dia menanyakan kalimat hasil ketikannya itu yang saat ini sedang ku baca dan ku hafal.
"Gampang kok." Aku sedikit mengangguk sambil tersenyum.
"Kalo ada yang gak ngerti tanya aku aja. Kan aku yang bikin naskahnya."
"Hehe, emm.. iya." Aku pun kembali memfokuskan diriku menghafal naskah.
Sean datang menghampiriku. "Eh, Jess udah tau belum perannya jadi siapa ?" Baru aku hendak menjawab pertanyaan Sean, Michelle sudah menjawabnya seakan dia adalah juru bicaraku.
"Udah kok. Gue yang ngasih tau." Dia nyengir ke arah Sean. Aku menatapnya dengan tatapan aneh tapi dalam hatiku berkata "lucu banget nih cewek." Kemudian aku menundukkan wajahku, pura-pura sibuk membaca naskah sambil mengulum senyumku.
"Oh, yaudah bagus deh. Bentar lagi mulai take ya, Jess."
"Ah, iya sip." Aku mengacungkan ibu jariku lalu kembali lagi membaca naskah. Sean pun pergi menghampiri talent yang lain. Kini tinggal aku berdua lagi dengan Michelle.
Michelle sepertinya memang typical gadis yang friendly, dia gampang membaur dengan orang yang baru dia kenal. Dia juga senang bertanya, sepertinya dia ini bisa dibilang cerewet. Dia banyak bertanya tentangku. Dia juga kadang membuatku tertawa dengan kalimat-kalimat lucu yang dia lontarkan, atau tingkah konyolnya. Dia ternyata gadis yang humoris. Baru beberapa menit yang lalu mengenal dia saja aku sudah merasa nyaman. Gadis ini, benar-benar menarik.
"Jess, yuk udah mau take. Udah hafal kan dialognya ?" Tanya Sean kepadaku yang tadi sedang asik mengobrol dengan Michelle.
"Udah kok."
"Semangat ya syutingnya." Michelle mengepalkan kedua tangannya, memberi semangat kepadaku.
"Hehe, iya. Nih, pegangin hp-ku dong. Sekalian nanti pas take fotoin aku ya, hihi.." Aku menitipkan hp-ku ke Michelle, dia pun mengangguk tanda mengiyakan.
***
"Camera ?"
"Rolling.."
"Take 1, Shot 1, Scene 1. Action !"
Syuting pun dimulai. Aku berakting seperti apa yang telah diarahkan oleh Sutradara sebelumnya. Saat sedang berakting, Michelle memotretku dengan iPhone-ku yang tadi ku titipkan kepadanya. Dia benar-benar menuruti permintaanku tadi. Saat sedang break syuting, Michelle langsung menghampiriku membawa kan minum dan tissue. Dia juga mengipasiku agar aku tidak kepanasan. Aku tersenyum-senyum sendiri melihat tingkahnya yang begitu perhatian kepadaku. Apakah dia juga tertarik kepadaku ? Ah, teruslah berkhayal kau, Jessy.
Hari sudah semakin malam. Aktifitas syuting pun dihentikan. Para crew terlihat sudah sangat lelah, begitu pun para talent. Tapi crew harus merapikan alat-alat syuting, sementara talent menunggu sambil makan malam. Michelle menghampiriku. Ku lihat ditangannya membawa sebungkus nasi goreng beserta air minum.
"Nih makan dulu." Dia memberikan makanan dan air minum itu kepadaku lalu dia duduk disampingku. "Dimakan, buru. Gak diracunin kok itu." Dia berusaha melawak sementara aku tau wajahnya sudah sangat lelah sekali mengingat tadi saat mengobrol dengannya, dia mengatakan bahwa dia belum tidur semalaman karna merombak naskah untuk syuting hari ini. Aku pun memakan makanan yang dia berikan tadi kepadaku.
"Kamu gak makan ?" Sedari tadi aku memang tidak mendapati dia makan sementara saat sore tadi para crew yang lain sudah membeli bakso dan dia tidak ikut makan.
"Engga. Udah, kamu makan aja." Aku hanya mengangguk dan melanjutkan makanku. Selesai makan aku menelepon Pak Wawan untuk minta dijemput, tapi Pak Wawan tidak bisa menjemputku karna mobil dibawa Mamaku ke rumah Tante Jane. Aku pun menelepon Mamaku.
"Halo ? Mah ? Ini Jessy gimana pulangnya ? Kok mobil malah Mama bawa sih ?"
"..."
"Ah, yaudah deh ah."
Aku mematikan teleponku. Sekarang aku kebingungan mencari cara agar bisa pulang, sementara aku tidak tau daerah ini. Matilah aku. Aku pun mencari Sean. Aku bilang kepadanya bahwa aku tidak ada yang menjemput dan jika pulang sendiri aku tidak tau daerah ini. Sean mengatakan bahwa dia tidak bisa mengantarkanku karna dia harus mengantarkan talent lain pulang, dia sudah terlebih dahulu janji kepada talent itu untuk mengantarkannya pulang. Lalu Sean menyarankanku untuk pulang diantar oleh salah satu temannya.
"Woy, eh ini Jessica gak ada yang jemput nih pulangnya. Tolong anterin pulang dong. Ada yang bisa nganterin gak ?"
"Sini, gue yang nganterin.." Aku menoleh ke arah suara itu. Ternyata yang menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang adalah...
-tbc
Ayo, tebak siapa yang nawarin diri buat nganterin Jessica pulang !? Hehe :D Terima kasih buat yang udah baca. Ditunggu comment dan vote-nya ya, hihi.. ;)

KAMU SEDANG MEMBACA
DIA (gxg)
RomanceJessica Anes, gadis keturunan Amerika menyukai seorang perempuan bertubuh mungil bernama Michelle. Bagaimana kah kisahnya ?