DIA (gxg). Part: 2

71.1K 2.7K 221
                                    

Hai semuanya, ini part selanjutnya. Selamat membaca ya ! ;)

Jessica POV

Apakah ini mimpi ? Oh iya, pasti saat ini aku masih tertidur, ini pasti masih dialam mimpi. Oh Tuhan, sepertinya sebelum tidur aku lupa membaca doa sehingga aku bermimpi buruk.

"Jess, jangan diem aja. Maafin gue, Jess. Maaf." Carissa mengguncang-guncangkan tubuhku. Membuat aku tersadar sepenuhnya bahwa sekarang ini aku bukan sedang bermimpi, tapi ini nyata. Carissa mendekat ke arahku, memeluk tubuhku erat. Dia menangis dalam pelukanku. Berkali-kali mengucapkan kata maaf. Aku pun membalas pelukannya. Ku usap pelan punggungnya. Aku pun tak kuat lagi menahan air mataku. Akhirnya aku pun ikut menangis.

"Sa, gue ngerti kok. Gue bisa terima alesan lo. Tapi, jangan gitu. Lo gak anggep gue sahabat lo ya sampe gak mau cerita ? Gue ini sahabat lo, Sa. Gue bakal terima baik-buruknya lo. Udah, jangan nangis lagi." Aku merasa pelukan Carissa semakin erat. Tangisnya semakin kencang.

"Carissa, udaaaaahh. Udah dong. Jangan nangis lagi.." Kini aku mengelus-elus kepalanya. Aku biarkan dia menangis dalam pelukanku. Semakin lama suara tangisnya pun semakin melemah. Sepertinya dia sudah mulai sedikit tenang.

"Ssssssttss, udah ya jangan nangis lagi." Aku melepaskan pelukanku darinya. Menyeka air matanya perlahan.

"Aww, sakit Jess.." Carissa mengaduh menahan sakit karna bagian pipinya ku sentuh.

"Duh, maaf Sa. Udah, jangan nangis lagi. Itu, udah diobatin ?"

"Udah kok." Nada suara Carissa bergetar seperti menahan tangis, wajah Carissa kembali muram. Dia tertunduk.

"Eh, Sa. Lo kenapa lagi ?"

"Nyokap... nyokap nyuruh gue putus sama Albert, Jess. Gimana dong ?"

Aku menghela nafasku berat. Aku bingung harus menjawab apa. Aku genggam tangan kanan Carissa, ku elus lembut dengan ibu jariku.

"Sa, menurut gue ada baiknya juga lo putus dari Albert. Mau sampe kapan lo terus diperlakuin kasar sama dia ? Baru..."

"Tapi, Jess. Lo kan tau apa yang udah dia lakuin ke gue ?"

"Tunggu, Sa. Gue belum selesai ngomong. Dengerin gue dulu. Please. Gue cuma mau yang terbaik buat lo." Carissa pun terdiam. Aku kembali melanjutkan bicaraku yang tertunda.

"Baru gini aja dia udah ngerusak lo. Dia itu gak bisa jagain lo. Bisanya cuma nyakitin lo doang. Dulu aja dia ngemis-ngemis cinta lo, sekarang pas udah dapet lo diperlakuin seenaknya sama dia ? Gak bisa gitu, Sa ! Coba lo pikir. Mau sampe kapan bertahan sama orang kaya dia ? Gue tau jauh didasar hati lo itu, lo pasti udah ngejerit. Gak tahan sama semua perlakuan Albert ke lo. Iya kan ? Jujur deh ! Jangan ngelak !" Carissa pun mengangguk pelan. Ku lihat air matanya mulai kembali menetes. "Nah ! Yaudahlah, Sa. Putusin aja. Gue yakin kok lo bisa dapetin seseorang yang jauh lebih baik dari Albert. Yang bakal bisa sayang sama lo tulus, jagain lo, lindungin lo. Ya ?" Aku membujuk Carissa agar mau menuruti kata-kataku. Aku tidak ingin sahabatku ini terus disakiti.

"Tapi, kalo dia gak mau gue putusin gimana, Sa ?"

"Gue yang bakal bantuin bilang ! Lo gak usah takut, ya ?" Aku memeluk Carissa.

Carissa pun mulai memberanikan diri untuk menelepon Albert. Carissa to the point, mengatakan ingin berpisah dari Albert. Awalnya Albert menolak tapi akhirnya dia mengiyakan. Bahkan sebelum telepon ditutup dia mencaci Carissa. Dia mengatakan Carissa pelacur dan kata-kata kasar lainnya. Laki-laki itu benar-benar bajingan. Kesekian kalinya dia membuat sahabatku menangis.

DIA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang