1- melihat kau dengannya

47 3 1
                                    

Pagi-pagi aku sudah bangun dan bersiap untuk berangkat sekolah. Sesampainya di sekolah aku menaruh tas di kelas lalu aku menuju ruang perpustakaan. Ya sejak tahun kemarin aku sering berkunjung keperpustakaan sekolah.

Aku mencari buku dengan mengelilingi rak-rak buku yang ada di perpustakaan. Setelah mendapat sebuah buku kemudian aku duduk di sebuah meja sendirian. Aku gemar membaca. Ya banyak orang mengatakan dengan membaca berarti kita membuka jendela dunia. Sekarang juga pemerintah menerapkan satu jam pembelajaran untuk membaca. Aku sangat senang saat jam itu. Tapi kadang dengan situasi yang kurang mendukung membuat aku menjadi kesal.

Bel pun beebunyi. Aku segera naik ke atas menuju kelasku. Hari ini aku akan belajar dengan giat. Aku harus bisa. Aku terus mengucap kata-kata itu sambil berjalan.

Jam bahasa inggris adalah pelajaran yang paling aku tidak sukai. Itu adalah alasan aku kurang bisa berbahasa inggris.

"You can make grup, One grup tree person. Camone!" Kata guru bahasa inggris.

"Eh bareng yuk." Kata lenera dan yoantia pada ku.

"Ya udah." Kata ku.

Saat bel pergantian jam pelajaran aku sangat senang. Bahkan senang sekali. Akhirnya jam bahasa inggris berakhir. Aku sangat menantikan jam pelajaran usai dan jam istirahat datang. Ya aku memang selalu berharap demikian. Selalu ingin jam istirahat dan menulis.

Aku makan bekal yang aku bawa dan kemudian aku menyempatkan waktu untuk menulis. Bahkan terkadang aku juga menulis saat jam pelajaran. Ya aku akui kalo aku menulis saat jam pelajaran tidak seleluasa menulis saat jam istirahat atau jam kosong. Kadang aku merasa kesal dengan anak-anak yang tidak pernah menghargai usaha dari orang lain. Memang banyak temanku yang meremehkan menulis. Aku sangat suka menulis puisi. Tapi teman-teman kelasku malah kurang suka dengan puisi. Kadang aku merasa sedih. Padahal puisi aku buat untuk mengungkapkan isi hati ku, bukannya untuk pamer dengan mereka bahwa aku gemar menulis puisi. Kadang jika jam pelajaran bahasa indonesia tentang puisi. Aku malah tidak ingin menulis puisi. Karena banyak orang yang meremehkan dan merendahkan aku. Ya itu lah sebabnya aku malas menulis saat jam pelajaran. Lebih baik tulisan ku hanya untuk aku saja.

"Sel. Ke perpus yuk." Kata fabrus.
Fabrus juga temanku dari kelas2. Aku lumayan dekat dengannya, bahkan lenera dan yoantia juga lumayan dekat dengannya.

"Yuk lah. Dari pada bosen." Kata ku.
Aku dan fabrus memiliki satu hobby yang sama yaitu membaca. Jadi kami pun sering ke perpustakaan bersama.

"Hai bu." Sapaku pada pustakawati sekolah.

"Pagi sel." Kata pustakawati itu.

Aku mengambil buku sejarah dan membacanya dengan tenang dan damai. Aku sangat suka dengan ketenangan dan kedamaian. Tapi aku memiliki ingatan jangka pendenk. Tapi jika aku konsentrasi maka aku bisa mengingat jangka panjang. Aku merasa aku unik. Karena keunikan ku, terkadang aku di remehkan dan rendahkan atau bahkan aku di bully oleh teman-temanku. Aku selalu merasa kecewa dengan itu. Ya tapi itu adalah sebuah kenyataan. Dan satu lagi yang aneh. Jika aku marah pada seseorang aku lebih suka diam di banding marah-marah padanya atau memukulnya. Munkin aku hanya akan memperingatkan dan menasehatinya saja. Aku juga senang membaca buku sejarah hingga kadang temanku mengatakan aku anak yang aneh. Aku sedang asik membaca tiba-tiba fabrus mengagetkan ku dengan berkata,
"Gila lu sel, baca buku sejarah. Cek,cek,cek. Emang anak si pak gebi banget lu ya. Hobbynya sejarah. Mentang-mentang jasmerah." Kata fabrus.

"Apaan sih lu. Kan kalo baca buku sejarah membuka mata kita akan keadaan masa lampau. Dan kalo baca buku ini bisa numbuhin rasa nasionalis yang tinggi." Kata ku membela diri.

"Iya, iya. Canda kali." Kata fabrus.

Aku memang kurang suka dengan anak-anak yang kurang suka sama sejarah dan gak punya rasa nasionalis yang tinggi.

Aku membaca sampai bel masuk istirahat. Aku menuju kekelas.

Aku kembali belajar dengan senang. Aku sangat menantikan jam pulang sekolah yang tidak lama lagi akan tiba karena jam sudah menunjukkan pukul 11:40. Aku memang pulang pukul 12:15.

Tak lama bel pulang pun berbunyi. Aku sangat senang lalu aku merapihkan buku. Saat kelas ku bubar aku hendak pulang. Fabrus mengajak ku pulang bersama, karena rumah kami searah. Aku dan fabrus pulang bersama dengan anak- anak lain yang naik kendaraan umum juga. Saat kendaraan yang kami tumpangi masih berhenti aku melihat josua berjalan dengan pacarnya yang bernama khana.

DUAR!!!!!
Rasanya hatiku tersambar petir setelah josua berjalan dengan khana. Aku merasa kecewa. Rasanya ingin aku menangis. Tapi aku menahannya karena banyak teman-temanku. Jika tidak ada teman-temanku pasti aku susah menangis.

Saat aku sampai di rumah aku langsung berjalan menuju kamarku. Saat sampai di kamar aku menangis. "Ya Tuhan. Apa salah ku? Kenapa aku harus merasa seperti ini? Kenapa aku harua melihatnya?" Kenapa??? Munkin ini adalah salah ku karena aku sudah terlanjur menyayangi dia yang telah memilik kelasih." Kataku sambil menangis.

Aku mengambil buku yang biasa aku tuliskan puisi. Aku mulai menulis puisi di dalam buku itu.

selalu saja kau lakukan ini
Tak pernah beri kejelasan untukku
Aku juga seorang wanita
Yang sama seperti dia yang butuh kepastian

Ku tak hiraukan perasaan ini
Tapi selalu saja kau buat
Aku mersa selalu ada harapan
Untuk selalu ada harapan

Tak pernah kau berfikir
Jika kau berada di posisiku
Apa yang akan kau rasa?
Betapa sakitnya hati ini

Kau tak pernah perduli padaku
Untuk apa aku perduki padamu?
Bulan munkin sudah mengingatkan
Tapi diriku tak percaya

Percuma saja aku pertahankan!
Cinta ini yang bertepuk sebelah tangan
Cinta tak pernah kau hargai!
Karena kau buta oleh cintanya!

Walau kau tahu bahwa sia tidaklah baik
Tapi kau selalu saja menurut
Munkin aku harus pergi bersama pelangi
Untuk mendapat bahagia bersama mu

"Ah.. lega rasanya kalo udah nyurahin semuanya dalam bentuk tulisan." Kataku sambil menghapus air mata yang ada.

"Sekarang mendingan aku tidur." Kataku sambil membaringkan diri di tempat tidur.

Sebelum aku tertidur aku menatap langit-lagit kamarku. Aku menerawang jauh entah kemana. Pikiranku melayang jauh. Entah kemana. Tatapan ku seketika menjadi kosong dan pikiranku menjadi kacau. Entah apa yang terjadi pada ku. Aku hanya mengharapkan pikiranku segera menjadi kelabu dan aku terlelap. Aku masih menelusuri pikiran ku yang kacau. Sampai sekitar kurang lebih 15 menit. Lalu aku pun terlelap.

Meski Saling BerdekatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang