8-jadi nyata

12 1 0
                                    

"Selita!" Kata seseorang.

Aku memdengar suara itu. Aku membuka mata ku perlahan. Sungguh aku masih cukup mengantuk, tapi aku memaksakan untuk membuka mata ku. Aku melihat jam weker di samping tempat tidur ku.

"Astaga!!" Kata ku kaget.
"Udah kesiangan!" Kata ku sambil bangkit berdiri dan menuju kamar mandi.

Hari ini aku sangat terburu-buru. Bahkan aku hampir lupa untuk sarapan, untung saja mama mengingatkan ku unruk makan. Aku mengambil selembar roti kemudia aku berangkat ke sekolah.

Saat sampai di depan gerbang sekolah, aku mendengar bel berbunyi sangat nyaring membuat ku mempercepat langkahku agar aku sampai ke kelah sebelum guru ku, karena jika tidak aku pasti akan di hukum.

Saat sampai di kelas, guru yang mengajar jam pertama belum sampai di kelas, aku segera menuju tempat duduk ku dengan terengah-engah aku duduk dan meminum air yang aku bawa.

Aku melihat sekeliling, mata ku terpaku pada yoantia yang duduk di pojok kelas. Dia hari ini tampak sangat bahagia.

"Lagi-lagi hampir dari semua mimpi ku adalah nyata! Kenapa ini bisa terjadi?" Kata ku.

Aku menggenggam kalung awan milik ku yang aku dapat dari dia. Aku melewati pelajaran demi pelajaran yang membosankan.

Saat istirahat tiba, aku makan bersama kawan-kawanku. Kami makan sambil berdiskusi. Entah apa yang kami diskusikan, banyak sekali pastinya.

Baru saja kami selesai makan bel masuk sudah berbunyi. Kami yang tadinya ingin pergi keluar kelas, mengurungkan niat.

Guru jam pelajaran berikutnya sungguh membosankan. Aku jadi sangat mengantuk karenanya.

"Ngantuk banget lagi! Nih jam pelajaran kapan selesainya sih? udah bosen tau!" Gerutu ku dalam hati.

Aku mengalihkan pandangan ku pada lenera yang sama bosannya dengan ku. Tapi dia duduk bersama fabrus jadi mereka dapat berbincang.

Aku memutar pandangan ku ke arah jesse, dia nampak asik dengan bukunya. Munkin ia sedang menggambar di sana. Sedangkan dengan lutgardis, dia sedang sibuk dengan arumi menyanyikan beberapa lagu dengan volume yang tidak terlalu besar.

Aku memalingkan wajahku menatap yoantia, dia masih saja tersenyum bahagia. Walau aku juga tahu bahwa dia sudah bosan dengan pelajarannya. Aku kembali menghadap ke papan tulis.

Aku mengambil buku yang biasanya aku tulisi puisi, dan aku mulai menulis.

Takku sangka ia bahagia
Sedang yang lain tengah bosan
Munkin ada sesuatu yang buat bahagia
Untuk dirinya saat ini

Ada kala dirinya melamun
Ada saatnya dia sedih
Dan ada saatnya bosan
Itu membuatnya tampak aneh

Ia selalu baik
Tak pernah pilih kasih
Tapi kini ia berubah
Jadi tak perduli

Munkin semua kan indah
Pada saatnya nanti
Karna tak ada yang tahu
Semoga saja itu terjadi

Aku menulis kan puisi itu untuk yoantia yang sedang aneh pada hari ini. Tak lama setelah itu bel berbunyi.

Anak-anak segera meninggalkan kelas. Aku masih di kelas hendak menuju meja yoantia. Aku melihat fiano menuju ke arah yoantia pula.

"Duh, jangan-jangan mimpi gw bakal jadi nyata lagi. Duh... kalo iya gimana nih. Gw ngarasa bersalah karena gw gak kasih tau sama temen-temen gw." Batin ku.

Benar saja apa yang aku mimpikan, ternyata fiano mengajak yoantia untuk pergi dan mengajak kami juga.

Saat pulang sekolah tiba, kami keluar kelas bersamaan. Ternyata fiano sudah menunggu diluar. Fiano berjalan didepan, kami mengikutinya di belakangnya.

"Nah kita udah mau sampe." Kata fiano.

Benar saja, tak lama kemudian kami sampai di suatu tempat. Sungguh indah tempatnya. Banyak bunga di mana-mana.

Yoantia hanya melongo tak tau harus bereaksi seperti apa. Bahkan kami juga merasakan hal yang sama. Taman ini sungguh memukau.

"Kita kesana yuk." Kata fiano sambil menunjuk bagian yang lebih jauh lagi.

Saat di sana banyak pepohonan yang cukup tinggi tapi masih banyak bunga di sana.

"Mantap fi. Kita gak abis pikir lu bisa ajak kita ke tempat seindah ini." Kata yoantia yang masih terpana dan terperanjat karenanya.

"Iya fi keren keren." Timpal ku.

"Banget fi." Kata jesse.

"Gak bisa komen lagi deh." Kata lutgardis.

"Oh iya yo, gw mau bilang sesuatu." Kata fiano.

"Bilang apa?" Kata yoantia penasaran.

Kami juga ikut penasaran apa yang akan di ucapkan fiano pada yoantia. Kami sahabat yang baik dan juga kepo akan urusan orang lain.

"Gw mau bilang, kalo..." kata nya tersendat.

"Kalo....?" Kata kami hampir berbarengan.

"Kalo... sebenernya..." katanya lagi.

"Sebenernya...?" Kata kami lagi.

"Sebenernya gw itu..." kata fiano lagi.

"Lu kenapa sih?" Kata lutgardis mulai tak sabar.

"Hah." Fiano menghela napasnya.

Kami menatap nya dengan pandangan aneh. Kami menatapnya penuh pengharapan.

"Apa ya yang bakal fiano bilang?" Batin ku.

"Apa yoantia bakal..." batin lutgardis terputus.

"Apa dia bakal di tembak?" Batin jesse.

"Semoga aja dia nembak gw." Batin yoantia penuh harap.

"Kalo gw itu sebenernya..." kata fiano lagi. Kami menaikkan kepala kami.

"Gw suka sama lu yo!" Kata fiano sambil menunduk tak berani menatap wajah yoantia.

Yoantia dan kami terkejut. Sangat terkejut.

"Jawaban lu apa?" Kata fiano.

"Em...." kata yoantia.

"Jadi?" Kata fiano.

Aku dan yang lainnya menatap yoantia dengan harap-harap cemas. Kami menunggu beberapa detik setelah ucapan fiano, yoantia membuka mulutnya.

"Setelah gw mempertimbangkan dengan baik-baik, gw memutuskan....." kata yoantia menegangkan. Kami hanya diam menatap yoantia. "Kalo gw mau jadi pacar lu fi." Kata yoantia lagi.

"Bener?!" Kata fiani tak percaya.

Yoantia hanya mengangguk dengan gembira. Aku, lutgardis, jesse tersenyum bahagia.

"Yes!! Akhirnya." Kata fiano sambil berloncatan.

Kami pergi untuk makan siang bersama, tentunya dengan di traktir oleh fiano.

Sambil makan kami berbicara banyak hal. Mulai dari hal yang kecil yang mengundang gelak tawa dan hal yang mengenai pelajaran sekolah.

"Eh, besok ada pr gak sih?" Kata fiano. Aku, lutgardis dan juga jesse hanya diam. Pada hal bisa saja kami yang menjawab, tapi kami memberika kesempatan untuk sepasang sejoli ini menikmati waktu mereka.

"Gak ada. Tapi besok ada ulangan ipa." Kata yoantia.

"Makasih ya." Kata fiano manis.

"Akhirnya, sekarang impian aku udah terwujud satu. Sekarang tinggal aku bantuin lenera buat bahagia dengan mendekatkan dia pada orang yang ia sayangi. Aku juga harus cari tau siapa yang disukain sama jesse dan lutgardis, untuk bantu mereka mendapatkannya. Aku hanya ingin teman-teman ku bahagia. Semoga saja aku dapat mewujudkannya." Batin ku sambil meneguk minuman ku.

Tak lama setelah itu kami pun memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Tapi yoantia harus pulang sendiri karena rumahnya berbeda arah dengan fiano.

Meski Saling BerdekatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang