11-hujan

17 1 0
                                    

Saat aku sampai rumah, aku menuju kamar ku dan meletakkan tas ku di dekat meja. Aku mengambil baju, karena aku ingin mengganti seragam sekolah ku ini.

Saat keluar kamar mandi aku mengenakan kaos bergambar micky mouse hijau dan celana selutut. Aku medekati meja belajar ku. Aku melihat ajadwal pelajaran besok.

"Gak ada pr." Kata ku sembari melihat jadwal.

Aku duduk di kursi yang ada di depan meja belajar ku. Aku memutar kursi ke arah jendela yang ada di kamar ku. Aku menatap langit malas. Aku merasa sangat lelah sekali. Besok aku masih harus sekolah lagi, walau besok hari sabtu, di mana sekolah lain banyak yang libur atau hanya ekskul. Tapi sekolah ku masih belajar seperti biasa.

Aku menatap langin yang cerah perlahan tertutup awan mendung. Aku segera turun ke bawah. Aku menuju taman belakang rumah ku. Memang tidak terlalu besar taman yang ada.

Aku menatap langit dengan perasaan senang, sedih, kecewa, bingung, semuanya bercampur di dalam hati ku. Aku senang, karena hujan akan segera turun. Aku sedih, karena michael sudah lulus dan kami akan sulit bertemu. Aku kecewa, karena josua sudah memiliki kekasih. Aku bingung, karena teman-teman ku ingin mendapatkan tambatan hati masing-masing, tapi mereka tak tau caranya yang membuat aku harus memikirkan caranya juga.

Aku masih mengadahkan wajahku menatap langit dengan terpejam. Dan hujan pun tirin perlahan mulai dari rintik kecil sampai akhirnya lumayan deras. Aku berjalan ke arah di mana ada bagian taman yang terdapat bagian yang berupa keramik tapi tidak tertutup teras.

Aku merebahkan diri ku disana. Aku masih menatap langit yabg seolah tengah menangis. Entah apa yang dia tengisi.

"Hujan munkin kah kamu menangis untuk ku? Atau kau menangis untuk seseorang yang aku cintai? Apa untuk mereka yang selalu manyakiti ku? Apa untuk mereka yang sayang pada ku? Atau kau mau mengingatkan ku pada.....?" Kata ku terputus. Aku teringat atas kalung awan itu.

Aku menggenggamnya. "Apa kau ingin mengingatkan aku pada kalung ini?" Tanyaku.

Tetap saja hujan tak kan pernah menjawab semua pertanyaan ku. Aku melihat langit yang selalu menangis saat aku sedang lelah atau bahkan ketika aku sedih. Seakan hujan selalu berpihak pada ku untuk menyampaikan apa yang tengah aku rasakan.

Lumayan lama aku merebahkan diri ku. Kini aku beranjak dari taman menuju kamar mandi untuk mandi, karena sebentar lagi mama akan pulang, jika aku tidak mandi mama pasti akan marah besar.

Setelah aku mandi aku berjalan menuju dapaur untuk membuat teh hangat.

"Astaga! Teh nya abis lagi! Ya udah ada kopi ini. Hahaha." Kata ku sambil menertawakan diriku sendiri.

Aku menyeduh kopi yang ada di dapur. Setelah itu aku kembali ke dalam kamar ku. Aku membuka jendela kamar ku. Aku masih menatap hujan dari balik jendela. Sesekali aku menjulurkan tangan ku untuk merasakan air hujan.

Aku menyeruput kopi ku sampai habis. Aku menuju meja belajar untuk mengambil buku yang biasa aku gunakan untuk menulis cerita pendek. Aku memiliki 2 buku, yaitu buku yang berisi cerpen dan juga novel yang aku buat. Tapi itu hanyalah sebuah karya yang tidak pernah aku publikasikan. Entah aku tak suka kalau ada yang mengetahuinya. Aku membuat cerpen yang menceritakan seorang gadis yang suka dengan hujan.

Aku menulisnya dengan perasaan ku. Tapi sayang sekali ketika aku membuat cerita aku jarang sekali mendapat feel untuk membuat cerita sedih yang dapat membuat orang akan menangis saat membacanya.

Setelah cukup lama menulis kini aku mengalihkan pandanganku ke arah luar. Gerimis masih mengguyur bumi. Hawa sejuk masih menerpa.

"Seneng banget deh ya hari ini bisa nikmatin ujan. Semoga besok gak flu." Kata ku, karena biasanya aku akan terserang flu setelah bermain hujan.

Aku turun menuju meja makan untuk makan malam bersama mama.

"Sel, kamu gak makan ya tadi siang?" Kata mama dengan tatapan yang sedikit mengintimidasi.

"Iya ma. Heheheh." Kata ku sembari tertawa walau aku tak ingin tertawa.

"Kan kamu kebiasaan nya kumat lagi. Bukannya makan siang. Nanti kalo sakit mama juga kan yang repot." Kata mama sedikit kesal atas ulah ku ini.

"Iya mama cantik. Besok-besok gak bakal lagi deh." Kata ku meyakinkan mama.

Lalu kami makan tanpa bersuara. Sampai makanan ku habis. Setelah habis, aku segera pamit sama mama mau naik ke kamar. Tentunya setelah aku mencuci piring kotor ku.

Saat dikamar aku merebahkan tubuh ku, aku menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Entah apa yang kini aku pikirkan. Tiba-tiba terkelebat sebuah bayangan.

Seorang anak kecil sedang bermain dengan ayahnya. Ia sangat bahagia. Ia mengambil boneka dan berbagai mainan miliknya. Ibunya pun masuk dan ikut menemani. Tapi suatu ketika sang ayah pergi saat anak tersebut masih sangat belia. Saat umurnya masih 5 tahun. Anak itu menangis sejadi-jadinya. Sejak kejadian itu ia selalu sendiri karena ibunya sibuk bekerja. Dan akhirnya ia harua mencari kesibukan untuknya sendiri, agar ia dapat melupakan mengapa ayahnya meninggalkan dia.

Tak terasa air mata mengalir dari pelupuk mataku. Masa kecil ku yang kelam, membuat aku harus selalu mencari kesibukan untuk melupakan apa yang tengah aku rasakan. Jika aku teringat akan apa yang telah terjadi, maka aku pasti akan sedih, bahkan hingga menangis.

Aku mengusap air mata ku perlahan. Kemudia aku berjalan menuju meja belajar ku. Disana aku menyimpan sebuah album foto kecil yang terdapat foto keluarga ku.

Aku membuka album tersebut, saat aku membuka halaman pertama aku melihat foto ku saat masih bayi. Aku membalik lagi halamannya, di halaman berikutnya ada foto ku saat belajar merangkak dan di sampingnya ada foto ku saat aku berulang tahun ke satu. Disana aku sangat bahagia dengan kedua orang tua ku. Di album ini banyak sekali foto kenangan antara aku dan kedua orang tua ku. Dan pada tengah album aku melihat foto kenangan terakhir aku bersama papa ku. Aku hampir saja meneteskan air mata ku lagi.

"Sel, jangan nangis. Lu harus kuat. Lu pasti bisa. Lu anak yang kuat, lu harus bisa buat papa lu bangga sama lu." Kata ku sambil memejamkan mata dan memeluk album foto itu.

Aku kembali merebahkan tubuhku kembali. Lalu aku memejamkan mataku dan tak lama aku pun terlelap. Tanpa aku sadari mama masuk kedalam kamar dan menyelimutiku. Lalu mama mencium keningku dan mama meninggalkan ku yang telah terlelap.

Meski Saling BerdekatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang