2-kejadian aneh

30 1 0
                                    

Aku berjalan di sebuah taman. Disana aku melihat adanya lenera dan yoantia yang sedang berbincang bersama. Aku hanya memperhatikan mereka. Aku tak ingin mendekat dan mengganggu mereka. Setelah lama aku menunggu tapi tidak ada tanda mereka menyadari kehadiranku, aku pun memilih untuk meninggalkan mereka. Aku berjalan menuju sebuah perpustakaan kecil yang ada di dekat taman tersebut. Aku melihat ada fabrus disana. Aku melihat dia tengah asik dengan sebuah novel. Aku ingin mendekatinya, tapi aku takut mengganggunya. Lalu aku memutuskan untuk berjalan keluar dari perpustakaan itu. Aku berjalan lagi. Aku melihat adanya lutgardis yang tengah berkumpul dengan teman-temannya. Aku melihat banyak orang yang aku kenal. Tunggu ada sesosok yang aku sangat mengenalnya. Dia seorang wanita yang mengenakan kacamata, ya itu adalah marselita. Aku ingin mendekatinya tapi aku takut mengganggu mereka yang tengah asik bernyanyi bersama. Kau hanya dapat berjalan mencari tempat yang sepi dan sunyi. Aku menemukannya. Disana ada sebuah bangku yang bercat putih bersih. Aku duduk di sana. Aku menatap langit biru yang berawan. Aku berharap menemukan sesuatu di atas angkasa raya sana. Munkin ada sesuatu yang dapat aku pikirkan dan cerna. Munkin juga akan datang sebuah ke ajaiban. Aku hanya masih berpikir dan berharap akan ada suatu keajaiban yang dapat meneduhkan hati. Aku hanya terdiam. Tiba-tiba langit jadi mendung. Lalu perlahan bulir hujan turun. Banyak orang mulai beranjak dari tempat duduknya. Mereka semua yang berada jauh di sana. Aku hanya melihat mereka berlarian. Aku menatap langit yang mulai gelap. Rumput dan bunga yang ada mulai bergoyang karena angin. Aku menanti turunnya hujan. Rintik hujan semakin banyak. Lama-lama hujannya semakin bersar. Aku hanya duduk terdiam. Menikmati dinginnya guyuran hujan. Aku hanya menadah kan wajah kelangit, dan aku denfan sendirinya bangkit. Aku mulai mengikuti irama hujan yang semakin deras. Aku hanya berputar menikmatinya.

"Ya tuhan, dengan hujan ini, aku dapat melupakan banyaknya benan yang ada. Hidup yang fana. Hidup yang penuh dusta. Hidup yang tak pernah di mengerti dan di maknai dengan baik oleh orang lain. Aku senang hujan dapan mendinginkan kepala yang sedang penat. Hujan juga telah membekukan hati yang terluka. Hujan juga telah menghilangkan pedih yang selalu terasa. Terima kasih tuhan karena engkau telah menciptakan hujan." Kata ku.

Aku kembali terduduk di kursi tadi. Aku menatap luris kedepan sana. Nampaknya ada orang yang tengah berlari untuk memcari tempat untuk berteduh.

"Mereka tidak pernah bersyukur atas adanya hujan. Mereka juga tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan untuk hujan. Munkin jika mereka merasakannya, mereka juga tidak akan mau meninggalkan hujan walau se detik saja. Aku yakin itu." Kata ku pelan.

Aku layaknya menunggu seseorang yang tak kunjung datang di bawah hujan yang mulai menusuk tulang. Hujan yang muali membuat tulang terasa di pukul dengan benda kecil. Aku sangat senang hingga dapat mekupakan segala kesedihan yang telah aku alami.

Mentari mulai mengintip di balik awan gelap yang menyelimuti, seolah ia tengah malu akan suatu hal yang baru saja ia lihat. Ia ingin menampakkan dirinya tapi ia takut kalau kalau ia akan menyakiti hati orang yang tengah bahagia. Tapi ia merasa tidak enak pada orang yang tengah bersedih karena tidak adanya ia. Ia menjadi bingung dan bimbang.

"Keluar lah mentari, jangan takut kau akan merusak kebahagiaan yang aku rasa. Aku tau kau ingin keluar tapi kau malu. Aku akan tetap di sini. Kalau kau ingin keluar boleh saja asal jangan kau usir awan gelap ini. Awan yang akan memberikan kebahagiaan untuk ku." Kata ku sambil menatap langit.

Mentari seakan menjawab. Tidak apa. Aku mengintip saja dari sini. Tidak perlu kau kawatir pada ku. Aku hanya sedang senang melihat mu bahagia. Tapi aku hanya akan mengingatkan, jangan marah jika ada seseorang yang merusak kebahagiaan mu.

Aku menatapnya aneh. Apa maksud perkataan mu mentari. Aku tidak mengerti. Memang siapa yang sedang kau maksudkan? Beritahukan saja pada ku. Aku tidak akan marah pada mu. Seakan mataku mengucapkannya.

Tidak. Biarlah kau tau sendiri pada akhirnya. Aku tidak berhak memberi tahu mu atas masalah ini. Aku tau kau pasti akan mengalaminya. Tapi janji jangan bersedih. Seolah katanya.

Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sisiku. Aku sangat terkejut.

"Lu!!! Apa yang lu lakuin disini?" Kata ku pada seorang laki-laki yang tengah duduk di sampingku.

"Gw? Gw cuma mau duduk aja di sini. Oh iya gw juga mau ngomong sesuatu sama lu." Kata nya.

"Emangnya apa yang mau lu omangin di tengah hujan kaya gini?" Kata ku.

"Ada sesuatu lah pokonya. Oh iya, lu suka ujan?" Kata nya berbasa-basi.

"Ya suka, emang kenapa?" Kata ku.

"Ada seseorang juga yang suka ujan sama kaya lu." Kata nya.

"Siapa?" Ujarku penasaran.

"Ada. Dia seorang wanita yang baik hati, tangguh, berpikiran baik, lapang dada, dan dia juga sering di sakiti dan tersakiti hatinya. Dia itu sifatnya hampir mirip lah sama lu." Kata nya.

"Ya. Munkin kan ada aja orang yang mirip sama gw sifatnya." Kata ku.

"Karna lu mirip banget sama dia, gw mau kasih lu ini. Ini bukan kalung yang biasa. Gw mau lu pake ini." Kata nya sambil memakaikan kalung itu. Setelah selesai memakaikan, dia kembali berkata, " kalung ini adalah kalung yang paling berharga, kakung ini harus lu jaga dengan baik ya." Katanya sembari berlalu.

Aku merasa tenang saat memakainya. Hujan masih mengguyur bumi. Dia mulai jauh, dia berjalan menuju payung seseorang, ya dari bayangannya itu adalah perempuan. Saat melihat itu, hati ku layaknya tersayat sembilu.

"Kenapa?!!! Kenapa lu kasih kalung ini, kalung yang bikin gw nyaman? Tapi kenapa pada akhirnya lu juga yang ngancurin hati gw saat gw lagi pake kalung ini?!!! Kenapa?!!!! Lu harus banget ya bikin gw patah hati?! Mentari, ternyata benar apa yang kau sampaikan, maafkan aku karna aku awalnya tak mau mendengarkan kata mu. Aku menyesal sekarang. Bagaimana caranya agar kau mau memaafkan aku? Beri tahu aku caranya!" Kata ku berlutut sambil mengais memegang kalung itu.

Langit menjadi lebih gelap, kilat menyambar di mana mana. Nampaknya ada kilat yang menyambar hatiku dan menjadikannya remuk, hancur dan juga gosong. Bahkan itu telah menjadi abu.

"Aku rasa aku salah menaruh hati padanya. Tapi apa lah daya hati ini, aku akan tetap menjaga kalung ini bagaimana pun caranya." Batin ku.

Meski Saling BerdekatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang