Tittle: When You Hold Me
Author: Fanny Salma
Helo readers & #BangkitkanCRAGSISA. Maafkan saya yang mager sekali. Jadi, kemarin-kemarin nggak ada waktu ngetik, sekalinya ada malah malas. Giliran udah kelar ngetik part ini malah kehabisan kuota. Btw ini lebih panjang dari biasanya.
Hope you like it...
Senja. Indahnya sang langit jingga adalah kesukaan Agni sejak dulu. Ingatan Agni berputar ke beberapa tahun silam, saat dia dibawa ayahnya menyaksikan langit senja di sebuah taman. Ia memang lebih dekat dengan sang ayah. Pria itu mengajarinya mencintai basket. Tidak seperti ayah Ify yang konglomerat, ayahnya hanyalah PNS, gajinya tidak seberapa tapi cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Agni pun tidak pernah menuntut lebih. Untuk mendapatkan barang-barang yang ia inginkan pun Agni menabung dari uang yang didapatkannya dari basket.
Kini, Agni memandang langit senja dengan mengingat Cakka. Pemuda itu... tidak lelah kah mengobrak-abrik hatinya? Saat pertama kali memergoki Cakka bermain basket di lapangan indoor, Agni jadi punya kebiasaan nongkrong di sana diam-diam hanya untuk mengamatinya. Lama-lama ia justru jatuh hati pada pemuda tersebut. Sampai suatu hari Agni berani menampakkan dirinya di hadapan Cakka, berusaha santai seperti menghadapi teman-teman lain, dan meyakinkan Cakka bahwa ia mampu.
Kalau boleh jujur, Agni sendiri ragu. Toh akhirnya ia melakukan semuanya. Bahkan saat Shilla mengatakan sesuatu dengan sarkasme, Agni tetap mempertahankan Cakka. Seperti kata Ify, ia tak mau kehilangan kesempatan. Pada akhirnya, Cakka tahu Agni memandangnya seperti apa.
Tiba-tiba ponsel Agni bergetar, membuat lamunannya buyar.
Sender: Ify
Ag, besok pagi berangkat bareng ya
To: Ify
Ok
Agni mengedikkan bahunya lalu masuk ke dalam rumah.
***
Setelah mengirimkan pesan singkat ke ponsel Agni atas suruhan Cakka, Ify mengetuk-ngetukkan pulpennya di atas meja dengan bosan. Sudah sekitar dua jam dia belajar dengan Alvin, ini adalah belajar bersama episode perdana. Dengan semena-mena Alvin menolak belajar di rumah Ify dan mengusulkan Cafe ini. Alvin sempat menawarkan untuk menjemput, tapi ditolak dengan halus oleh gadis itu.
Sama seperti ketika pertama kali belajar dengan Rio, dia meminta Alvin membawa seluruh hasil ulangannya. Ify langsung gemas lantaran angka-angka yang tertera di sana tak beda jauh dengan nilai Rio. Hanya saja, yang membuatnya gemas adalah keisengan Alvin. Ia mengubah nilai-nilainya dengan warna pulpen yang berbeda seolah-olah itu lucu. Misalnya, nilai 10 jadi 100, 20 jadi 70 atau 30 jadi 80. Saat Ify menegurnya, dia justru makan hati karena sahutan Alvin.
"Ini apaan nih? Lo pikir ini lucu?" omel Ify kelepasan.
"Emang gue bilang lucu?" balas Alvin datar.
Sontak saat itu Ify mengerucutkan bibirnya. Ia tak tahu bahwa saat itu pula Alvin tersenyum geli.
Kemudian, Ify mengajarkan materi fisika berhubung Alvin paling payah di mata pelajaran tersebut. Selama beberapa menit menjelaskan, Alvin hanya mengangguk-angguk. Tentu saja Ify tersenyum puas karena mengira Alvin sudah paham. Namun saat akan menuliskan satu soal sebagai tes awal, Alvin justru kembali membuatnya geregetan dengan melontarkan pertanyaan 'tadi lu jelasin apa, Fy?'. Ify mengurut dadanya, berusaha menahan emosi, lebih emosi menghadapi Alvin dibanding menghadapi Sivia. Dia bahkan lupa akan ketakutannya pada Alvin berhubung pemuda itu lebih hangat—dan lebih menyebalkan—dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Hold Me [Completed]
Teen FictionThe Wanted. Begitu nama persahabatan antara Gabriel, Cakka, Rio, Alvin dan satu gadis cantik bernama Shilla. The Wanted sudah ada sejak SD, membuat mereka selalu berpikir The Wanted adalah segalanya hingga mereka disebut sebagai kaum anti-sosial. Se...