Prolog

1.5K 74 2
                                    

SINGAPORE

Bagai di kejar kehadiran sang fajar yang akan akan hadir kembali..namun bagai teperangkap di hujan kali ini. Mentari pagi atau biasa disampaikan sebagai sang fajar itu masih sulit beranjak karena kehadiran hujan.

Gadis itu, menata mantel tebal miliknya di pengait depan ruang tamu itu. Menghangat kan dirinya setelah beberapa menit lalu berjalan menembus hujan di pagi buta.

Sepenuhnya kota itu menjadi redup karena pagi datang, mobil yang sedari tadi menyalakan lampunya hingga jarak jauh tampak perlahan mematikan lampu depan.

Kesendiriaan itu memecahkan segala hal indah didalam hidupnya, menyendiri adalah bagian dari hidupnya.

Bagai terperangkap di dalam hatinya sendiri masa lalu kelam dan juga masa depan yang suram bagai tidak pantas untuk menjelmah hidup didunia ini.

Namun, beberapa saat setelah ia mengunci pintu depan rumahnya ini. Ia kembali mengatupkan bibir birunya yang menggigil.

Pintu dihadapannya perlahan membuat pola suara ketukan.

Tok...Tok...Tok..

Gadis pemilik chococips ditepi dagu lancip itupun hanya menggigit cemas bibir bawahnya. Menata matanya untuk melihat kondisi dirinya yang masih basah kuyup.
Perlahan dengan tenang gadis itu membuka kaitan pola kunci untuk membuka pintu, melihat siapa yang hadir di pagi buta itu.

Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, membuka penuh saat melihat seseorang yang hadir di balik pintu yang ia buka beberapa detik lalu. Memaksa air mata itu hadir sesaat seirama dengan hujan diluar.
.
.
.
.

Kehadiran hangat asap dari coklat panas didalam dua cangkir gadis yang kini saling mengamati celahnya masing-masing.

Menunduk seolah hanyut dalam pikirannya masing-masing, menata nafas dingin yang membuat mereka terpaksa memakai baju sama diantara mereka. Dengan yang satu pas dipakai, namun yang satu lumayan kebesaran.

Motif sama, namun berbeda dalam objek gambar. Mini dan Mickey mouse adalah motif yang mereka pakai secara bersamaan di pagi yang teramat dingin.

Dengan menahan tangis gadis pemilik lesung pipi tirus itu meletakan kedua tangannya untuk ia raih dan genggam. Sengaja mengahangatkan pemilik tangan pemilik dagu indah ber choco cips itu.

Ia melepaskan kasar kaitan dan menggengam tangannya menyentuh dagunya, seolah menolak dengan perlakuan gadis dihadapannya.
Keduanya masih memandang objek yang sama, tetap sama saling memandang mata antar mata.

Di meja makan berisi kan dua kursi kayu itu, mereka masih melewati beberapa menit tanpa adanya, perkataan ataupun interaksi lain di keduanya.

"Ku harap setelah ini, kamu bisa tinggalin tempat ini !" ucap ketus pemilik dagu indah itu dengan menatap tajam gadis dihadapannya itu.

"Bagaimana aku bisa menolak setiap perintahmu ! Tapi..ku mohon saat ini saja, biarkan aku masuk kembali dihatimu yang pedih itu ! Karena...kamu begitu tampak tidak baik seperti Empat tahun yang lalu terakhir kita bertemu!"

balas gadis itu, memandang iba gadis dihadapannya. Mengedipkan mata teratur mencegah air mata untuk kembali menetes.

"Berhentilah bersikap cengeng Beby Caeshara Anadila!"

ujar gadis dihadapannya, yang memiringkan senyumannya sedikit menghina tingkah gadis yang dia panggil beby itu.

"Kamu bodoh? kenapa saat kamu melihat ku di halte tadi kamu langsung berlari..apakah kamu masih marah dengan sikapku selama ini?"

Tanyanya penuh antusias memandangi gadis manis dihadapannya.

"Jalan pulang memang sangat panjang bukan? Hingga aku berlari setelah melihatmu..aku bagai burung kehilangan sayap dan tak bisa terbang bukan?... jawab beby !"

Bird (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang