Bagian.6 Sad Girl

467 32 4
                                    

Beby point of view...

Bukan pertama kali, aku harus mengendap-endap dari penjagaan dan kawalan para suruhan papa..karena terakhir pada kelas 3 Tingkat sekolah menengah aku juga berhasil melakukan acara kabur seperti ini..
Kali ini ku menata langkah ditengah malam dan sangat larut ini, mencoba keluar dari rumahku yang besar bagai istana ini.

Lantai dua kamarku, dan lantai bawah adalah isi ruang tamu dan ruang besar jamuan untuk para tamu di kedutaan. Bagiku kali ini cukup sulit untuk melarikan diri di penjagaan yang ketat ini, dengan para pengawal yang selalu ada di tiap sisi ruangan mengawasi kamarku. Terlebih CCTV yang akan mengawasi tiap gerakan di sela sudut ruangan megah ini.

Langkahku terhenti sebentar,sesaat mendengar dua orang mengobrol di teras depan rumah. Mereka tampak serius dalam percakapannya..mirip pembicaraan taruhan bola atau baseball entahlah... aku kembali melangkah menjijit untuk tidak mencuri perhatian mereka.

Aku mencari sesuatu di pos penjagaan, entahlah pak.jo dimana..apakah dia sedang ke toilet atau kedapur sekedar membuat kopi. Inilah kesempatanku untuk mencari kunci mobil dan membawa lari shanju untuk membatalkan acara tunangannya.

Setelah kemarin sore aku dikurung ketat, dengan penjagaan super pula..aku mendengar sedikit mengenai perjodohan mendadak yang shania alami. Tante Sofia tidak bermaksud menjual anaknya atau apalah itu, namun setelah aku mendengar pekerjaan tante sofia terancam pidana karena beberapa kasus penggelapan dana pajak..dan secara kusus aku mengira, papa pun terlibat disana.

Itulah alasan kenapa aku dikirim kembali ke Jakarta, dan shania yang di jodohkan dengan brandon yang lumayan kaya dan dari keluarga berada...jelas ini agar mengamankan posisi shanju agar tetap hidup dan bersekolah hingga lulus nanti.

Setelah aku mendapatkan kunci tadi, pelan ku buka pintu mobil yang biasa terparkir di bagasi luar. Dengan remote pagar memiliki sensor suara ku ,aku berhasil keluar dari rumah sialan itu.

Ku rogoh Kartu kredit yang aku bawa tadi, ini milik pak.jo..mungkin tagihan ini akan masuk melalui ponselnya sehingga aku harus tetap waspada tidak boleh asal membelikan apapun yang aneh-aneh.

Kulirik jam digital yang ada di box depan mobil ini, 00:57. Dini hari ini aku tidak dapat cukup melihat apa yang dihadapanku.. karena kabut yang cukup tebal.

Hanya cahaya rembulan dan bintang membuat pandanganku melihat keatas..langit begitu berkabut.

Kali ini mobilku, kulajukan cukup tinggi.... Membuat bunyi cukup asik mirip permainan yang sering aku mainkan di PS3.

Kulirik Gps mobil ini, dengan sedikit tangan kedinginan.

'Tolong pasang sabuk pengaman anda,anda memaskui wilayah rawan kecelakaan!', ucap mesin yang tampak telah di set oleh pemiliknya siapa lagi kalau bukan pak.jo dengan setting language bahasa indonesia.

Aku memasuki palang tol dengan santai mengetuk setir mobil, menyanyikan lagu yang sedari tadi aku putar lirih.

Masih terpejam, menikmati lantunan lirik masuk yang menggambarkan kondisi hati ku.

Tin.....tin....tin....

Mobil yang ku lajukan mendadak membelok keluar jalurnya, sebuah truk barang membuat silau pandanganku. Aku membanting stir memghindar namun sayang mobilku lebih memilih terseret mundur dengan kondisi terseret kebelakang.

Membuat aku menggigil kesakitan, mataku masih terpejam..namun aku dapat mendengar orang itu bersuara.

"Hallo 911, i want ambulance now.!!"

Hingga kepalaku pusing seakan perut juga mual, leherku panas..menghangat lebih tepatnya. Ada liquid disana..yang mulai mengering.

"Shania...Shan, maafin aku!!", gumamku. Hingga seketika tubuhku melemas dan semuanya gelap.

Bird (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang