Kini ada sedikit celah membuat mata shania terbuka tertimpa cahaya, sabuk pengaman masih tetap terpasang. Dia tersenyum manis dengan eye smile favoritnya. Melihat jendela dengan hiasan awan biru dan terbitnya matahari.
Dia sengaja mengambil penerbangan dini hari untuk menuju kota dengan 'Merlion' sebagai ikon tourist negara tetangga indonesia yakni Singapore. Dia tak henti tersenyum..lekas dia membuka diri untuk begegas menuju kearah kamar mandi untuk membersihkan diri.
Toilet perempuan, dengan dia masih memandangi dirinya di cermin. Dia menata pandangannya untuk menguatkan diri dari acara yang membuat di sedikit tegang.
Karena tempo hari sofia selaku mamanya mengungkapkan bahwa ingin menikah dengan seorang pria yang jelas ia kenal. Seorang pengusaha lumayan berada dengan aset yang berada pula...dimana sang ibu bekerja selama dua tahun terakhir.
Dia masih tidak bisa menghilangkan phobianya mengenai ayah seorang lelaki dan kekejaman mereka. Shania terlalu takut untuk dia memberikan mamanya kesempatan menikah kembali. Cara satu-satunya adalah dengan kabur, tanpa meninggalkan kesan bahwa ia akan egois sebagai seorang anak dan putri yang mamanya besarkan sendiri.
Shania telah menata barangnya, sekarang keputusannya tidak bisa diubah, memutuskan tinggal ditempat lumayan sempit ini. Hanya beberapa kilo dari taman kota tempat burung gereja sering berkumpul dan bercengkrama di pagi hingga sore hari.
Shania menikmati udara yang hadir di jendela yang cukup lebar di rumah kecilnya. Dia sudah merencanakan ini hampir 5 bulan yang lalu..kembali ke singapore dan juga akan menjadi instruktur dance di Sekolah lamanya, carroline..
Dia menunduk setelah melihat lembaran surat yang ia bawa, surat dari pemilik rumah lama tempat dimana ia tinggal dulu di negara ini. Tidak heran, karena shania sengaja mampir berkunjung hingga sang pemilik rumah lama memberikan lembaran kertas isi pesan. Yang shania yakini dari sahabatnya..beby.
Ada rasa rindu ketika nama beby tercantum disana, merasa bersalah hingga rasa menyesal menjadi satu.. shania sepenuhnya sadar bahwa memang ini yang paling baik. Masa lalu tidak ada kaitannya dengan sekarang..
Tok..Tok..Tok
Pintu terketuk membuat suaranya nyaring membuat shania reflek menuju dan membuka pintu yang terbuat dari kayu classic cat abu-abu lebih dekat warna hitam.
"Shania..?", panggil seorang wanita dari sebrang pintu.
Lalu shania memeluk dan merangkul erat orang dihadapannya.Kedua orang itupun termenung duduk di kursi taman kota dengan banyak burung jendela menikmati makan siangnya.
Senyum shania mengandung tanya sepenuhnya ketika pembicaraan mulai ia rancang.
"Beby apa kabar 'gab?",tanya shania kepada gaby.
Shania sengaja menghubungi gaby, orang satu-satunya yang masih akrab dengannya saat ini di negara asing ini.
Gaby mengangguk, "Gue baru ketemu dia kemarin lusa..gue balik ke jakarta sekalian nemuin dia!", ucap gaby masih merahasiakan apa yang terjadi sepenuhnya kepada beby.
"Pasti dia baik..",dengus shania cukup lega.
"Gue gak yakin sama sekali, dia main ke club mulu..!", gaby mengucapakan melihat shania.
Shania meninggalkan toilet masih diikuti dengan gaby, "tunggu shan, gue belum selesai..", shania berhenti lalu melihat gaby yang ada dibelakangnya.
"Ada apa lagi gab?aku gak mau kita bahas dia lagi!", shania mendengus itu artinya memang dia tidak ingin membicarakan beby. Gadis yang selalu mencari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird (End)
FanfictionKau selalu menemaniku disaat aku dalam keadaan senang maupun sedih, dan kau pula yang menjadi tempat ku untuk menumpahkan semuanya. Bahkan terkadang sebab dari masalah itu sendiri adalah kau. Dan dengan marahnya aku hanya mementingkan diriku sendiri...