Shania point of view
Kaki ku sepenuhnya telah pulih kembali, syukurlah karena hari ini aku akan memfokuskan diri terhadap perlombaan dance besar tahun ini. Seperti yang diperintahkan sahabatku beby untuk tidak melakukan gerakan bahaya seperti spin atau beberapa gerakan lainnya. Hari ini aku telah sampai terlebih dahulu, masih melirik samping dan depan ruang depan cermin.Selalu saja, sepi ..karena bisa dibilang akulah seorang paling disiplin di kegiatan dance. Berbekal jam tangan yang melingkar di tanganku yang telah ku setting menambahkan menit kurang lebih 10-20 menitan dari waktu normal orang lain, itulah caranya agar aku selalu disiplin.
Terlebih aku harus menjaga preatasi dari akademik ataupun non akademiku di sekolah ini, agar beasiswa ku tahun ini tidak dicuri kembali oleh ai beby. Terlebih lagi, event lomba semakin dekat..jadi sekalian aku melakukan gerakan ringan.
Beby telah berpamitan untuk menjemput gaby, junior yang pernah aku tolong beberapa minggu lalu. Aku melihat kedekatan mereka, beby yang akhir-akhir ini memintaku untuk pulang terlebih dahulu dan juga berangkat yang mesti ditingga...ya baguslah kalau beby udah move on dari penolakanku selama ini.
Beby selalu paham posisi ku, aku yang terlalu benci dengan hubungan atau apapun itu mengenai cinta. Aku terlalu sulit membuka hati, walaupun dia selalu mengucapkan rasa cintanya. I know this not true !! Aku hingga sekarang tidak pernah sekalipun menyentuh makhluk yang namanya cowok, ataupun yang sejenis lelaki ..aku menganggap mereka itu monster.
Bagaimana memulainya, aku sangat berat mengungkapkannya. Aku seorang yang terlahir dari janin seorang mafia, atau apalah itu.. tidak heran ayah ku seorang pembunuh..sejak aku TK begitu menyayangi keluarga ku. Keluarga yang perfect menurutku, Ayah ibu yang menyayangiku..kelahiran Okta adik ku, hingga suatu hari ketika Ayahku mendapatkan keadaan dipecat dalam pekerjaannya..dia berubah bagai monster jahat.
Aku ingat betul dia selalu menyakiti ibu ku, membawa perempuan lain..mabuk-mabukan hingga paling parah dia selalu marah dengan apa yang dia lihat. Pernah suatu ketika aku memberinya kejutan karena aku peringkat satu kelas, begitupun adikku...namun dia malah mengikat ku dan juga adikku okta didalam gudang belakang rumah.
Aku ingat dia membawa botol gelap coklat, baunya seperti alkohol menyiramkan ke wajahku..dengan kondisi tanganku masih di borgol. Aku tahu ibu ku juga sering mendapatkan tindakan ini, dia mengambil ikat pinggang asli kulit hewan membantingkannya di leher..pundak..wajah ku, ibu, dan juga okta.
Aku berusia 6 tahun itu, aku ingat betul...tapi aku sangat mengkhwatirkan okta dia bahkan sekrang menjadi seoarang yang dingin, angkuh, dan juga ketus. Mungkin itu efeknya..
Setiap malam dulunya kami mendapatkan siksaan itu, alkohol...ayahku juga pernah memaksaku meminumnya.. seolah aku hewan peliharaan untuk melampiaskan segala penyiksaannya.Pecahan botol menggores lengan okta kecil, itulah yang memberanikan diriku untuk mencoba menusuk ayahku dengan cara yang sama.
Malam dimana aku bisa meloloskan diri dan mengajak ibu ku, juga okta adalah dengan cara menusuk ayah menggunakan sisa pecahan botol miras itu ke perutnya. Walau aku tak cukup tega membunuhnya... sejak itu aku sangat membenci seorang pria dan tidak akan menyentuh mereka sama sekali.
.
.
.
.
Setelah beberapa detik aku mendengar langkah kaki kawanku, yah hampir dari mereka satu persatu datang. Namun tak juga aku mendapati ssorang beby chaesara anadila dan juga gebetan barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird (End)
FanfictionKau selalu menemaniku disaat aku dalam keadaan senang maupun sedih, dan kau pula yang menjadi tempat ku untuk menumpahkan semuanya. Bahkan terkadang sebab dari masalah itu sendiri adalah kau. Dan dengan marahnya aku hanya mementingkan diriku sendiri...