Part 15

77 9 13
                                    

"Aduhhh.."
Seketika kakiku melangkah yang menyebabkan kakiku menginjak es batu yang membuat aku hampir jatuh tersungkur. Tetapi...

Tangan seseorang laki-laki yang sangat erat memegang dan menahan badanku agar tidak terjatuh. Tatapannya yang tertuju padaku, dan membuatku tidak dapat mengelakkannya. Darahku seakan mendesir ke bawah. Jarak antara mata kami saling beraadu, selang 10 cm yang membuatku bisa melihat pupilnya sendiri.
Ya hari ini aku di dekapannya, aku merasakan sesuatu yang aneh, seseorang sedang meliriku dengan tatapan kosong seakan tidak percaya dengan apa yang aku lakukan dengan pria di sampingku saat ini. Tetapi aku membiarkannya, aku tak akan melihat seseorang yang sedang bersembunyi itu, karena hal ini mungkin terjadi sekali dalam hidupku. Aku terasa melayang hati ini berdebar sangat cepat. Apa benar, orang yang disukainya ada disampinya, ia akan merasakan hal yang sama ? Tapi aku di sini , disampingmu merasakan hal itu. Tanpa kusadari...
Sedetik, 2 detik, 3 detik dan.....

"Cieee, huy huy"
"Aku pengen gituuuu"
"Aaa so sweet deh kalian"

Riuh teriakan yang membuat hayalan ku seketika membuyar. Dan celotehan "cie" yang membuat kami melepaskan dekapan itu.

"Eh, Maya. Lo lo llo ittu Hati-hati kalau mau jalan. JALAN TU PAKE MATA, GAK PAKE LUTUT, NGREPOTIN GUE AMAT. NGERTI LHO SEKARANG !!!" hentakan yang begitu keras seakan membuat gue mau nabok tu anak karena Taro ngomong di deket telinga gue dengan volume 40.000 Hz. "Ternyata dia sama sekali gak suka sama gue. Perasaan itu hanya sementara. Dan gue gak akan nyukain lho lagi seumur hidup gue" gerutu gue.

"Hah gue? Kok gue Yang di salahin ya elo lah. Siapa suruh lho nyelametin gue ? JAWAB GUE SEKARANG hah !!!" teriak gue yang membuat riuh semakin memuncak. Semua siswa saling bersautan dengan kata "fight, fight, fight" seakan membuat suasana semakin memanas di kantin. Tak terkecuali siswi yang terharu dengan kejadian ini dan obrolan mereka yang membuat para siswi ngegosipin gue dan Taro di kantin.

"Aduhh kasian Maya, masak habis di tolongin malah bertengkar ? Ha ha ha "
"Iya ya klo gue jadi Maya udah gue tampar tuh si Taro"
"Gue sih gak nampar. Gue gak bakal tega nampar cogan gitu"
Seru bersautan antara siswi dan siswa di kantin dengan nomor 12 itu.

"HAH APA LO BILANG ? LO INI MALAH NYALAHIN GUE. LO YANG NGINJEK ES ITU DULUAN" Teriaknya yang lagi lagi membuat darah gue yang sedang sepoi sepoi berubah menjadi api ribut yang membara. Tubuhku udah merasa gak enak badan, karena tadi Darsy marah-marah gak jelas, dan aku ngerasa bersalah. Tapi dengan semampuku aku harus bisa marahin anak yang satu ini.

"Elo tuh yaaaa. Dibilangin belagu banget. Yang salah itu lo, mau-maunya repot kakarena gu Gue gak akan biarin el el llo oo...." seketika mataku berkunang kunang. Mata yang dengan jelas melihat Taro di depanku saat ini, menjadi buram . Bumi serasa berputar 360 derajat, nafasku seakan tersengkat. Sesuatu sedang mengalir keluar dari hidungku. Pengliahatan itu perlahan-lahan mulai menjadi gelap. Hingga akhirnyaaaa seseorang membawaku menuju ruang yang kini tak bisa kulihat.

Hayo siapa yg nolongin Maya ? Mau tau kelanjutannya...
Inget dulu vommentnya.
Btw ini cerita kok malah kayak author#abaikan....

Ketika Sayapku Tumbuh KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang