Sepertinya karena keasikan cerita mereka tidak menyadari gue sedang berjalan menuju meja mereka. Ide di benak gue pun muncul, gue langsung saja lari-lari kecil menutup matanya Calvin dari belakang lalu mengisyaratkan ke semuanya agar diam.
"Eh.., siapa sih ini?"Tanya Calvin yang berusaha melepaskan tangan gue, lalu gue mengisyaratkan lagi agar kak Agatha yang berbicara.
"Coba tebak siapa"Kata Kak Agatha.
"Lah kok suaranya mirip Agatha yah, perasaan Agatha dari tadi ada di sini deh"Kata Calvin.
"Tebak aja bro"Kata Kak Alex sambil cengengesan.
"Hmm..., Bri ini elo?"Tanya Calvin.
"Yah ketahuan deh"Kata gue sambil pura pura memanyunkan bibir gue.
"Jangan manyun dong Bri"Kata Calvin sambil menoel dagu gue.
"Ihh.. vin jangan gitu tau"Kata gue dengan nada sedikit manja.
"Ehem.. lalala dunia serasa milik berdua tuh"Sindir Kak Raquel.
"Iya tuh setujuh gue"Seru kak Mark.
"SETUJUH!"Sorak yang lainnya.
"Apaan sih?"Tanya gue ke mereka.
"Ehem.., eh Jaq tadi lo bilang apa?"Kata Kak Raquel dan Agatha yang pura pura sibuk, ugh kesel gue nih.
"Knp bro tadi, hahaha gokil banget"Kata Kak Mark yang pura pura sok asik bareng yang lainnya. Gue di kacangin bro hiks hiks hiks...
"Kacang murah ya--"Kata gue terputus karena gue melihat seseorang yang gue kenali sedang berbicara dengan papi yang berada di sekitar panggung.
Deg, seketika hati gue jadi mendung lagi.
Gue pun tak kuasa meahan tangis gue yang sudah mulai menetes membasahi pipi gue.
"Eh.., lo kok nangis Cam kita bercanda aja kok"Kata Kak Mark yang menyadari gue sudah mulai terisak.
Calvin yang sedari tadi masih setia di samping gue, gue lagsng saja menarik bajunya. Mungkin karena dia yang menyadari gue kepengen pergi dari tempat ini langsung saja membawa gue pergi. Entah kemana dia membawa gue pergi, gue hanya mengikuti langkahnya saja karena gue masih terisak. Ternyata dia membawa gue ke rooftop.
Calvin POV
Selagi gue dan teman teman gue menikmati acara, sambil mengganggu Camela. Tiba tiba saja Ia menangis terisak di samping gue. Entah engapa ia nangis, gak mungkin juga kan dia nangis karena kami yang mengganggunya.Gue yang menyadari dia ingin pergi dari tempat ini, gue langsung saja menggenggam tangannya dan menuntunnya berjalan. Gue memilih ke rooftop karena gue tau dia lagi butuh ketenangan.
Sesampaiya gue di rooftop, gue melihat dia yang menangis sejadi jadinya sambil menggumam tidak jelas. Karena gue merasa dia membutuhkan seseorang yang dapat menguatkan dirinya, gue memutuskan untuk memeluk dia. Dia menangis terisak isak di dalam dekapan gue dan gak tau kenapa rasanya hati gue gak terima dia nangis kayak gini.
"Bri, lo kenapa?"Tanya gue pelan.
Dia pun melepaskan pelukannya lalu mengusap wajahnya menghapus air matanya yang berada di pipinya.
"Apa gue salah yah kalau gak mau denger penjelasan dulu?"Tanyanya pelan.
"Tergantung sih"Jawab gue sambil merapikan rambutya yang berantakan.
"Kalau misalnya, gue gak mau denger penjelasannya karena dia udah selingkuhin gue, apa itu salah?"Tanyannya sambil menatap mata gue dengan tatapan membutuh jawaban. Awalnya gue gak mengerti arah pembicaraannya tapi sepertinya semakin kesini gue mengerti deh. Sebelum gue menjawab pertanyaanya gue bernafas lega dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camela Story's
Teen FictionApa itu cinta? hmm.. cinta itu hal yang dapat membuat kita sakit,lemah,dan terpuruk dalam luka -Camela Brigitha Bernadetha Cinta itu satu kata lima huruf tapi banyak makna.Makna cinta bagi seorang Camela Brigitha Bernadetha adalah hal yang dapat...