3 - Baper

15.3K 1.7K 23
                                    

"Aduh sakit," Pria itu meriringgis merasakan sakit dan perih di area yang sama "pelan-pelan do-- aww"

"Nah udah. Nanti luka nya kering kok."

Pria itu memegang luka lebam  di area pipi dan rahangnya. Terlihat jelas bahwa ini adalah hasil sebuah bogeman seseorang. Siapa lagi?

"Eh, jangan dipegang," Wanita itu memekik karena sang Pria mulai memegang dan menekan luka itu, pasti rasanya ngilu. Apalagi, tangan Pria itu tak bisa di katakan higienis. Bisa jadi infeksi, terlebih luka Pria ini tak hanya sebatas lebam. Ada darah di satu titik dan titik lainnya.

"Lagian ya, sok jagoan banget mereka. Giliran aku bilang kamu cewek aku, langsung brutal amat tuh orang," wanita itu tersenyum kikuk mengingat hal itu.

Mimpi apa dia? Oh yeah, Prilly? Right?

"Padahal baru boongan,"

Deg.

Prilly kali ini menghapus senyumnya. Entah apa, tapi Prilly tak mau berharap banyak.

"Apalagi beneran," Pria itu mendesis sambil memperbaiki posisi duduknya.

Prilly, jangan baper lagi.

"Maaf ya, gara-gara aku--" Prilly tak melanjutkan kalimatnya. Bukan karena apa, tapi yang Prilly rasakan saat ini adalah

Gugup.

Bisa sedekat ini dengan Pria yang dia idamkan sejak pertemuan itu? Maksudnya tatapan itu?

"Rumah kamu kok sepi?" Pria itu --King Ali , matanya tampak menyapu penjuru ruangan yang lenggang, tanpa kehidupan.

Namun, maksud Ali adalah dia sedang menghindari tatapan indah Prilly.

Mata hazelnya yang indah.

"Aku udah biasa sendiri kok," Prilly menjawab sambil menaruh handuk kompresannya tadi ke dalam mangkuk. Ali mengangguk paham. Diam. Tak ingin melanjutkan pembicaraan itu. Ingin mencari topik lain.

"Eh kita belom kenalan loh," Seru Ali menatap Prilly. Lagi.

Deg.

Jadi, pesan singkat itu? Itu kan dirinya! Ayolah, Tak ingatkah dia? Eh, Prilly kan tidak seperti Ali. Dikenali setiap penjuru yang di padati manusia.

"Aku tahu nama kamu. Semua tau, King." Ali terkekeh dibuatnya

"Iya aku juga tahu, kamu kan Bintang itu."

Blush!

Pipi Prilly bersemu merah. Entah malu, atau apa. Yang pasti, Ali terkekeh melihatnya.

"Gombalan leh ugha," Ali terkekeh lagi mengingat saat itu dan mengacak poni Prilly asal.

"Udah ah. Itu dare-nya temen aku," Prilly menarik tangan Ali yang sedang mengacak poninya.

"Tapi seriusan loh, nama lengkap kamu apa?"

"Cari tau aja sendiri,"

"Ish nantangin."

"Biarin," Prilly bangkit. Ali ikut juga.

"Kalau aku tau nama kamu, imbalannya apa?"

"Bebas," dan setelah itu Prilly mengambil satu langkah lebih untuk meninggalkan tempatnya tadi

"Mau kemana?" Tanya Ali. Prilly menoleh, dan terkekeh.

"Mau ke wc, mau ikut?" Prilly terkekeh lagi saat itu juga di tempatnya

"Tergantung," Ali menjawab dengan cengengesan gak jelas.

"Dasar," Prilly melanjutkan berjalannya dengan posisi memunggungi Ali

"Udah itu kita jalan yuk!" ucapan Ali membuat Prilly menghentikan aktivitas berjalannya tanpa berbalik

"Kemana?"

ayolah, jantung Prilly sekarang terasa sedang melompat-lompat. Prilly tak ingin melihat mata elangnya yang bisa menusuk tajam sampai ke ulu hatinya.

"Ke hati-ku"

Blush!

Prilly baper lagi.

***

Tbc?!

Nahloh? Doyan amat neng bapernya😝

Mau next?
Vote+comment yuk
Gak maksa kok
Tapi author maksa, jangan jadi Pembaca gelap aja
Artinya...
Lah sama aja.
Sabodo amat. Pusyeng gue

Yg di takutin seseorang saat menulis adalah -stuck- sebelum waktunya ending.

Jadi biar kagak stuck muncul yuk di notipnya sarah😘

Daaaa

[My] Perfect King (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang