Bakalan update cepet, asal vote terutama comment, janji?
***
Langkah Prilly terlihat berbelit di lorong bercat putih dengan bau obat menelusuk hidungnya. Suara langkah kakinya menggema sampai ujung koridor yang di penuhi orang di sana. Prilly yakin, pasti orang-orang itu adalah teman-teman Ali ataupun saudara-saudaranya. Prilly semakin mempercepat langkahnya, seolah tak peduli akan kehadiran Kean, yang mengantarnya agar bisa sampai di tempat ini. Ia mencak-mencak karena merasa ditinggalkan.
"Tanca, Ali gimana?" Prilly memegang bahu Tamara.
Tamara diam.
"Tanca, kenapa nangis? Tanca Ali baik-baik aja kan?" Prilly semakin tak sabaran. Ia mengguncangkan bahu Tamara, memaksanya untuk membuka suara.
"Ali koma, yu udah tau 'kan?" jawabnya dengan tatapan kosong. Kenapa dengan wanita ini?
"Tante," Prilly langsung memeluk Tamara erat, dirinya takut. Sangat takut. Bahu Prilly berguncang. Dengan cepat Tamara menenggelamkan Prilly ke dalam pelukannya.
"Prilly makan dulu yuk, Tanca juga belum makan dari tadi," Tamara menarik Prilly dari pelukannya. Prilly menatap Tamara aneh, mengapa kosa kata nya mendadak berubah?
Tetapi, Prilly mengangguk mengiyakan.
***
Prilly menatap nasi goreng di hadapannya kosong. Prilly mendongkak ke arah Tamara "Tan, sebenernya yang terjadi sama Ali itu, gimana sih Tan?"
Tamara menghela nafasnya. Bersiap menceritakan semuanya. "Tante dapet telfon, Ali kecelakaan. Tante kan panik banget ya, terus waktu Tante bawa Ali buat ke rumah sakit, dia udah enggak sadarkan diri,"
Tamara menyusut air mata yang mulai berjatuhan di pipinya. "Waktu dipanggil dokter, dia bilang Ali koma, Tante ngerasa gimana ya? Tante nyesel banget,"
Bahu Prilly kembali beguncang. Apalagi dirinya. Dada Prilly sangat sesak, terlebih yang membuat keadaan seperti ini adalah dirinya sendiri. Apapun lebih dari kata menyesal, itu yang Prilly rasakan. Andai saja waktu itu Prilly memeluknya dan membiarkan mereka menghabiskan waktu sebelum keberangkatannya ke Belanda, atau andai saja, dirinya tak berlari meninggalkan Ali. Prilly meneteskan buliran dari mata indahnya dan menggeleng lagi. Semuanya tak untuk disesali.
"Dokter bilang Ali koma karena benturan yang sangat keras di kepalanya,"
Prilly mendongkak "Tan, maafin Prilly. Ini gara-gara Prilly. Coba aja waktu itu Prilly gak ninggalin Ali,"
"Cidera di kepalanya cukup serius, Ali jadi koma, Tante gak tau dia siuman kapan," lanjutnya tanpa mengindahkan kalimat pernyataan Prilly sebelumnya. Tamara terlihat seperti bukan dirinya sendiri, ini serius, Tamara tak bisa bergurau.
"Tante, Prilly mau pindah ke Belanda,"
Tamara reflek menatap Prilly tajam. Keadaan Ali yang seperti ini Prilly ingin meninggalkan Ali? Bukankah dia sendiri yang bilang bahwa ini adalah berkat dirinya? Ali seperti ini karena dirinya.
"Tiga hari lagi, Tan,"
Astaga.
Tamara menatapnya sulit diartikan.
"Prilly nyuruh Tante ngundurin diri karena itu, Prilly jauhin Ali karena itu, Prilly salah tan, harusnya Prilly bilang dari awal waktu Daddy Prilly bilang Prilly harus pindah, empat hari yang lalu, tapi Prilly mau sama Ali tan,"
Hening.
Prilly merogoh sakunya dan setelah mendapat handphone nya, Prilly segera mencari kontak yang ingin ia telfon saat itu juga.
![](https://img.wattpad.com/cover/81496628-288-k5207.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[My] Perfect King (COMPLETED)
FanfictionCERITA DI PRIVATE. Pesan singkat itu. Pesan yang membuat dadanya remuk. Pesan yang membuat kupu-kupu terbang dari dasar perutnya. "Aku suka suara kamu," [+] Highest Rank #43 in Fanfiction. (28-01-17)