19 - With a Star

10.3K 1.2K 97
                                    

Sebenernya ini udah selesai di tulis dari hari kamis. Cuma gue males revisi. Nunda2 mulu. Wkwk. Oke, happy reading😊

***

"Kita gak langsung pulang Li?" Tanya Prilly memecah keheningan diantara mereka.

Ali menoleh ke arah Prilly. Alih-alih menjawab Ali lebih memilih mengeratkan genggaman mereka dan membawanya ke salah satu kafe di mall itu.

Keduanya menghempaskan diri di kursi kafe. Ali memanggil satu pelayan ke arah mereka. "Mbak ada Capuccino Creamy 'kan?"

Pelayan itu mengerenyitkan dahinya. Jelas di meja mereka sudah ada menu apa saja yang tersedia di kafe itu. Tapi, entahlah, mungkin Ali ingin lebih cepat. Pelayan itu mengangguk.

Ali melirik Prilly. Prilly yang sadar akan tatapan Ali segera buka suara "Samain aja."

"Satu buat saya, satu buat istri saya ya mbak."

Pelayan itu berkedip satu kali dan menatap pakaian Ali dan Prilly.

Prilly menginjak kaki Ali cepat "Maaf mbak, suka ngawur emang dia." Prilly tersenyum ke arah pelayan itu.

"Ih kamu mah. Aminin gitu. Iya kan mbak? Amin gitu,"

Pelayan itu mengangguk "Iya amin," lanjutnya kikuk.

"Ada yang bisa saya bantu lagi?"

Ali dan Prilly reflek menggeleng. Pelayan itu pun beranjak meninggalkan keduanya.

"Pril, aku sebelumnya minta maaf..."

Prilly menatap mata Ali.

Hening sejenak.

"Aku pacaran sama Tiara..."

Please, meskipun gue tau kelanjutannya. Jangan nyesek.

"Tapi cuma boongan doang kok,"

Tapi tetep aja nyesek, bego!

Hening.

Prilly mengambil nafas sebelum ia buka suara "Kok bisa?" jawabnya setenang mungkin.

Ali menarik tangan Prilly dan mengecupnya sejenak. Ali melepaskan kecupannya dan membiarkan tangan kekarnya tetap menggenggam tangan mungil Prilly "Yang bully kamu kemarin itu, Tiara 'kan?"

Prilly berkedip dan mengangguk ragu.

"Tiara bilang gitu sama aku. Dia bilang, kalau aku nembak dia di hadapan banyak orang hari itu juga, dia bakalan jauhin kamu,"

Hening lagi.

Ali mengusap punggung tangan Prilly "Tapi dugaan aku salah. Dia minta aku buat bersikap jadi pacarnya di depan mereka. Aku kira setelah aku boongan nembak dia di lapangan itu, masalahnya selesai. Tapi aku salah. Maaf Prill, aku bingung."

Prilly tersenyum "Lakuin apa yang harus kamu lakuin."

Hening.

"Li,"

"Ya sayang?"

"Tapi, aku belom pernah ditembak kamu,"

Kyaa!!

Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aku kalah sama Tiara masa," Prilly mengerucutkan bibirnya membuat Ali yang melihatnya jadi gemas sendiri.

"Sini sayang," Ali mulai menginterupsi dan menepuk kursi sampingnya yang kosong.

Prilly bangkit dan duduk di samping Ali.

[My] Perfect King (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang