bahagia itu sederhana

1.9K 76 2
                                    

Ping
Ping
Ping

Yonathan: ak tak suka kau dekat2 dgn Hansen

Me: yg dkt sp? Perlu pasang CCTV d ruanganku biar km tw gmn ak d kantor?

Yonathan: kl perlu

Me: baiklah...nt plg krja qt cri CCTV, qt pasang khusus d ruanganku dn km bs liat pa yg trjd.

Yonathan tak membalas lagi BBM ku. Baru satu hari aku bekerja kembali di rumah sakit, Yonathan sudah menunjukkan ketidak sukaannya pada Hansen. Padahal intensitas pertemuanku dengan Hansen hari ini hanya pagi tadi sewaktu aku datang. Ababil...ababil...jangan terlalu protektif denganku. Nanti kau malah bingung sendiri.

Tok...tok...tok...

"Ya masuk..."ucapku membalas ketukan di ruanganku.

"Hai anak manja...sudah siap dengan tantangan pekerjaan yang baru?"ucap bu Rena.

Ternyata bu Rena yang masuk dalam ruanganku. Sedari pagi briefing tadi, dia seperti tidak mau menyapaku. Agak segan juga aku jadi nya. Rasanya memang canggung sekali ketika aku kembali ke tempat yang ingin aku tinggalkan.

"Siap bu...aku siap dengan tantangan yang baru. Sekalinya masuk kerja sudah di hadapkan pada akreditasi rumah sakit dan undang undang permenkes baru memang sangat menyita banyak hal. Ibu terima kasih ya..."ucapku lirih.

"Terima kasih untuk apa ta?"tanya bu Rena heran.

"Terima kasih untuk segalanya. Terimakasih karena ibu masih tetap setia mendampingiku. Ibu tahu hari ini aku nervous sekali. Rasanya seperti nano nano bercampur jadi satu. Terimakasih juga karena ibu selalu support aku"ucapku sambil berdiri dan memeluk bu Rena.

Sudah 9 bulan lebih aku tak memeluk wanita paruh baya ini. Rasanya banyak hal berubah dari fisiknya. Badannya lebih kurus, rambutnya lebih banyak uban dan terlihat kantong matanya mulai menurun.

"Ibu sudah berapa lama tak tidur? Kantong mata ibu jelek sekali"ucapku.

"Sejak kau pergi, ibu tidak bisa tidur nyenyak. Kau memang bukan anakku ta...tapi aku merasakan kekhawatiran yang sama seperti mamamu ketika kau pergi. Aku tak bisa menghubungimu, tak bisa mendengar celotehanmu, bahkan tak tahu keberadaanmu. Mau bertanya pada mama mu rasanya tak enak hati. Aku yang bukan orang tuamu saja seperti itu, apalagi mama mu. Regita...jangan lagi seperti itu ya... jangan kau biarkan wanita renta ini bingung dan sedih melihat kondisimu. Adikmu Cantika sering menanyakan kabarmu. Nanti sepulang kerja tengoklah dia. Dia sangat merindukan kakaknya"ucap bu Rena sambil mengusap tangan dan rambutku.

Aku mengajaknya duduk di sofa kantorku sambil berkata,"maaf aku membuatmu khawatir bu...aku memang hanya ingin sendiri. Kejadian demi kejadian dalam hidupku 9 bulan lalu membuatku betul betul ingin sendiri. Kalau pun aku tak bisa dihubungi, karena aku memang ingin ketenangan. Ibu tahu bagaimana rasanya jauh dari kalian? Itu sangat menyiksaku bu....".

"Oalah nduk...nduk...jangan lagi seperti ini ya...semoga hubunganmu dengan Yonathan baik baik saja. Dia pemuda yang baik walaupun masih muda tapi kau harus benar benar berpikir tentang hubunganmu dengannya. Dia masih sangat muda. Dr. Hansen sepertinya masih menunggumu ta...pikirkan lagi"ucap bu Rena.

Aku hanya menganggukkan kepala dengan pernyataan bu Rena. Aku tahu bahwa setiap orang yang melihat kami pasti akan meragukan hubungan kami. Yonathan memang masih sangat muda. Terlalu muda untukku. Secara angka, memang masih sangat muda. Tapi secara pola pikir, dia lebih dariku. Aku menyayanginya lebih dari yang orang orang pahami. Bahkan mungkin lebih dari yang Yonathan tahu.

Bu rena pergi meninggalkan ruanganku sambil berkata," bilang terimakasih pada mama mu. Rotinya habis di makan. Tapi punya ibu masih utuh. Nanti pasti Cantika senang karena dapat roti dari tante Andini nya. Dokter kesayangannya".

Hanya Ini Yang KuPunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang