penjelasan

1.6K 57 3
                                    

Yonathan menunggu dr. Ditto selesai mengecek kondisi suster ana. Menurut dr. Ditto, "kondisinya stabil. Bahkan cenderung baik. Tapi akan terus kami pantau than." Lagi lagi Yonathan hanya menganggukkan kepala. Pikirannya sedang kacau. Otak ini seperti mati tak berfungsi. Di tempat yang berbeda....

"bril...apa kau sudah menemukan Yonathan anak tante Clara?"ucap ibu Brilian.

"sudah mom...tetapi mama harus sabar ya...susah sekali mengatakannya karena aku....aku..."ucap Briliant bingung.

"kau kenapa nak?"tanya ibunya.

"karena....please mom...jangan marah padaku....ini masalah perasaan..."ucap Brilian ragu.

"kau kenapa? Jawab pertanyaan mama atau...."perintah ibunya tegas.

"aku....aku mencintai istrinya mom dan istrinya baru saja keguguran karena aku mom...bodohnya aku mencintai istri saudaraku sendiri. Aku tak bisa menghilangkan rasa ini mom....tadinya aku...aku..."ucap Brilian tak sanggup meneruskan.

Ibunya benar benar tak habis pikir. Sudah terkena kutuk kah keluarga ini sehingga menjadi perusak bahkan pembuat kesedihan orang lain? Sudah tak pantas kah keluargaku menerima maaf??? Pikir ibu Santi.

"mom...mama tahu bagaimana rasanya mencintai kan? Aku benar benar tak bisa menahan rasa ini ketika aku melihatnya untuk pertama kali. Ketika aku tahu bahwa dia sedang mengandung, aku ikut bahagia mom, seolah olah aku yang akan punya anak. Sewaktu hubungan kami masih baik pun, beberapa kali kami bertemu dan dia meminta padaku sesuatu...seperti ngidam mom...aku...aku...

Plaaaakkkkk....

Bu santi menampar wajah anaknya. Tak tahan dia mendengar penjelasan Briliant. Cukup hanya dia dan suaminya yang menghancurkan hidup seorang anak kecil. Cukup dia dan suaminya saja, jangan Briliant anaknya.

Brilian yang ditampar oleh mamanya mengucapkan,"tampar mom...tampar saja...aku tak apa apa...aku memang salah. Tampar mom...tampar!!"

Briliant semakin menjadi ketika ditampar oleh mamanya. Sambil terus mulutnya ngoceh, dia berkata,"silahkan...silahkan mama terus menampar bahkan membenciku. Aku juga tak mau menjadi aeperti ini. Aku pun tersiksa, khawatir dengan keadaannya, khawatir dengan kondisinya. Aku juga tersiksa karena ternyata dia adalah istri dari saudaraku. Saudara yang tak pernah aku kenal. Segitu tidak berharganya aku sampai mama memandang ini salah? Segitu hinanya aku sampai mama melihat ini dari segi dia yang tersakiti? Iya mom??? Jawab mom!!!"

Pplllaaakkkkk.....

Dua kali Santi menampar anak kesayangannya. Dengan tangannya sendiri dia membesarkan anaknya, tapi dengan tangannya sendiri pula dia akan menghukum anaknya.

"kau memang tak salah bril. Tak salah dengan perasaanmu. Tak salah. Mama tak menyalahkan. Yang mama tidak mau adalah kau tak bisa mengontrol perasaanmu sendiri nak....dulu mama dan papa membiarkan anak itu menderita dengan catatan ketika kita sudah punya uang dan harta yang lebih dari cukup maka kami akan mencarinya. Tapi ternyata sampai harta kita 7 turunan pun, kita belum bisa menemukannya. Kau tak tahu bagaimana perasaan kami?"ucap mama menangis.

"aku dan papamu memang serakah harta. Kami tak peduli dengan keponakan kami sendiri. Kami menikmati harta ini sendiri. Tanpa kami sadari ada seorang anak yang merindukan belaian kasih ibunya, ada seorang anak yang merindukan cinta ibunya. Kapan dia berhenti menangis karena kedinginan tanpa selimut? Kapan dia tertawa? Kapan dia bahagia karena ada yang merindukannya? Kami tak memikirkan itu. Sudah kenyang kah dia? Sehat kah dia?sakit kah dia? Kami tak memikirkan itu. Jangan jadi seperti kami"ucap mama sambil tetap menangis.

"bagaimana aku mau memikirkan itu mom...aku pun tak pernah tahu kalau papa punya saudara kembar. Aku tak tahu kalau papa punya saudara yang pernah satu kandungan dan satu rahim, berbagi makan dan minum dalam perutnya, aku tak pernah tahu. Ketika aku tahu, ternyata wanita yang dinikahi olehnya adalah saudara sepupuku sendiri. Untung dia bukan saudara kandungku."dengus Brilian kesal.

Hanya Ini Yang KuPunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang