First Time

6.6K 221 5
                                    

"selamat pagi....saya Regita Diana, bagian konseling rumah sakit ini". Ucapku riang

"pagi...."ucap laki laki itu datar bahkan terkesan sangat datar.

Siapa dia sebenarnya? "bagaimana kondisi hari ini mas Yonathan? Apa sudah agak mendingan?" tanyaku datar. "mendingan" jawab laki laki menyebalkan ini. Untung saja pasien, entah kenapa emosiku seperti meledak ledak dengan respon jawaban pria di depanku ini. "mas di sini sudah hari kedua ya? Makannya apa sudah mulai banyak?" tanyaku bingung. Baru kali ini, aku bingung mau bertanya apa di depan pasienku. Biasanya aku lancar sekali berkata kata. "lumayan banyak" ucapnya lirih. Sedikit sekali jawaban dia ini. Beberapa kata aku tanyakan dan jawaban dia hanya seperti itu?! Oh Tuhan lama sekali waktu berputar di kamar ini. " mas sendirian? Tidak ditemani keluarga?" tanyaku lagi. "tidak, saya tidak punya keluarga, saya sendiri di dunia ini" jawabnya. Cukup mengejutkan karena dia bisa menjawab pertanyaanku dengan cukup panjang. Tapi entah kenapa lebih mengejutkan lagi dengan jawaban dia.

"maaf kalau boleh tahu, lalu siapa yang membawa mas ke rumah sakit ini?" tanyaku menyelidik

"keluarga pacar saya..." jawabnya

Oh..ternyata pria dengan senyum manis ini sudah punya pacar. "lalu mas tinggal di mana?" tanyaku lagi. "dengan keluarga pacar saya dan pacar saya" jawabnya enteng. Aku beruntung karena lahir di dunia modern, jadi dengan jawaban bahwa laki laki di hadapanku ini sudah tinggal bersama tanpa adanya ikatan sudah hal biasa, bukan lagi hal yang tabu. Banyak kawan dan teman teman kuliahku yanh memutuskan untuk tinggal dengan pacarnya. Termasuk ketika aku dengan dr. Hansen. Antara aku dan dr. Hansen memang sudah bukan hal yang aneh lagi. Aku memutuskan untuk mengontrak rumah bersama dengan dokter tampan itu, tanpa memikirkan resiko resiko yang lain. Keuntunganku sebagai anak direktur ru ah sakit membuat banyak orang hanya membicarakanku di belakangku. Prinsipku waktu itu, selama aku tidak mendengar dengan telingaku sendiri, aku tidak akan ambil pusing.

"maaf, anda tadi bernama siapa?" tanyanya membuyarkan lamunanku

" regita...panggil saja saya regita atau tata, teman teman di rumah sakit ini biasa panggil saya tata"jawabku malu.

"kalau boleh tahu, orang tua dan keluargamu yang lain ada di mana?" tanyaku

"orang tua ku meninggal karena kecelakaan bersama dengan adik bungsuku, mereka bertiga meninggal sewaktu dalam perjalanan menuju kota tempat aku merantau". Jawabnya sambil menerawang seolah sedang membayangkan peristiwa itu.

"saya bersalah dengan kematian mereka, seandainya waktu itu saya tidak pernah merantau, mungkin mereka tidak akan meninggalkan saya seperti ini." katanya menahan tangis.

Laki laki angkuh ini menangis? Pikirku dalam hati. "sudahlah, semua sudah terjadi, semua sudah terjadi, lupakan dan maafkan dirimu, saya yakin ada maksud Tuhan dengan kepergian mereka." jawabku bijak. "yah...semoga...tapi saya tidak apa apa, semua sudah berlalu, saya bisa hidup seperti ini." jawabnya dengan angkuh. Kumat lagi angkuh dia ini, baru saja aku mau menaruh rasa simpati pada laki laki ini, tapi tidak jadi saja lah...rugi aku baik dengan pria angkuh seperti ini.

"baiklah mas...semoga besok bisa sembuh dan cepat pulang, minum obat harus sesuai dengan anjuran dokter, karena kata perawat di sini, mas agak susah untuk minum obat. Mesti dihaluskan dulu, lucu juga untuk pria seumur kamu." kataku menahan geli. Dan yonathan hanya tersenyum sinis padaku. "baiklah, selamat siang, harus tetap semangat dalam menjalani hari harimu ya...semua pasti akan indah pada waktunya dan salam untuk kekasihmu serta keluarganya, cepatlah menikah, tidak baik tinggal satu rumah tanpa ikatan" ucapku menasihatinya. "terimakasih untuk doanya, doakan saja saya tetap hidup, kalau kakak saya menemukan saya, maka pasti saya akan dibunuhnya" katanya mengagetkanku. "hahhh dibunuh?" tanyaku kaget. Kenapa? "abangku masih tidak terima dengan kematian orang tua kami, menurut abang ku, karena aku lah orang tua kami meninggal dan sekarang abang tinggal di singapura, entah apa yang dia kerjakan di sana" katanya menjelaskan. "boleh aku bertanya hal yang agak pribadi?kataku hati hati. Dia hanya menganggukkan kepalanya. "lalu selama ini, kamu hidup dari mana? Kamu masih kuliah kan? Uang kuliahmu?"tanyaku hati hati takut pria ini marah. "dari asuransi yang orang tua ku persiapkan, kuliahku pun dari asuransi orang tuaku"jawabnya jujur. "ohh...baiklah...lupakan semua hal yang menyakitkan dirimu, maafkan semua hal yang terjadi antara kamu dan masa lalumu dan mulai fokus dengan hal hal yang ada di depan mata" jawabku. "kamu tidak akan pernah tahu rasanya jadi aku, kami hanya manusia yang bisa menasihati tanpa kamu tahu rasanya jadi saya." ucapnya ketus. Terkejut aku dengan ucapannya, sambil menenangkan diri, aku berkata "sudah cukup, saya memang tidak tahu rasanya, tapi paling tidak kamu laki laki yang nantinya akan membawa anak orang untuk kamu nafkahi, fokus dengan masa depanmu, jangan lemah, jangan hanya karena kematian orang tuamu dan kamu jadi terpuruk, saya memang tidak tahu rasanya jadi kamu, karena saya bukan kamu, tapi cukup dengan keadaan marah dan sedihmu saja, segeralah sembuh dan hidup lebih baik!"ucapku marah.

Terkejut pria yang terbaring di depanku dengan jawaban dan kata kataku. Entah mengapa, aku begitu marah dengan kata kata dia, aku tidak suka dengan kelemahan seorang pria. Karena pria akan jadi pemimpin, bukan yang dipimpin. Dengan masih marah, aku berkata "selamat pagi, semoga cepat sembuh" kataku tegas dan segera aku meninggalkan kamar cempaka 5 itu.

"dasar pasien lemah, menyebalkan, bodoh, hanya karena seperti itu lalu dia melemah dan marah dengan keadaan??dasar payahh!"ucapku marah di ruang keperawatan. Cukup mengagetkan imelda, soni dan rudi sehingga membuyarkan pekerjaan mereka. "ada apa mba?kok marah marah?"tanya rudi. "itu pasien cempaka 5, payah banget, masa cuma karena masa lalu nya dia bisa ngata ngatain saya".jawabku ketus. "ah sudahlah...mood saya benar benar rusak hari ini, saya mau laporkan dulu hasil saya ini ke dr. Anto. "ya mba...sabar...mba kan tahu namanya pasien lain lain modelnya", kata soni menenangkan. "iya sih son, tapi tidak tahu kenapa, emosi saya benar benar meledak dengan kata kata dia tadi, di up infus saja gimana son??hahaaa....biar kelar juga hidup dia"kataku bercanda. "ahh mba regita ini ada ada saja"jawab soni. "ya sudahlah son, aku mau ke pantry dulu, nanti kalau ada yang cari aku bilang aku di pantry ya menenangkan otak" pamitku pada soni.

Hanya Ini Yang KuPunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang