Tetap Dengan Kamu

8.1K 251 1
                                    

Yah...inilah aku Regita Diana, seorang sarjana psikologi yang bekerja di sebuah rumah sakit di kota kecil dengan segala fasilitas dan infrastruktur yang minim. Rumah sakit tempat aku bekerja ini ,emang rumah sakit cabang yang dibangun oleh yayasan tempat ayahku menjadi salah satu pemilik saham. Tapi sebagai anak pemilik saham tidak ada keistimewaan khusus. Aku ditempatkan di rumah sakit cabang yang jaraknya sekitar 3 jam dari kota dengan struktur jalan berbatu dan tidak beraturan, makanya tak heran jika ada pasien rujuk yang akan melahirkan dan caesar, terkadang akan melahirkan di jalan sebelum sampai di rumah sakit pusat kami di kota.

Di sini aku menjalani double job. Yah....mungkin karena hanya aku seorang yang sarjana (selain para dokter tentunya). Yang lain nya hanya D3, tapi jangan salah, keahlian mereka dalam merawat dan membantu proses penyembuhan pasien sudah melebihi rumah sakit besar di kota kota besar tentunya. Karena biarpun rumah sakit kami ini ada di kota kecil dan terpencil, sudah begitu banyak kejadian yang terjadi di rumah sakit ini. Dari mulai pasien pembunuhan, bunuh diri, penembakan bahkan kecelakaan yang sampai kaki di kepala dan kepala di kaki sudah sering kami temui.

Aku dipercaya memegang personalia rumah sakit ini juga sebagai konselor di rumah sakit ini. Dengan tidak membeda bedakan setiap pasien yang datang berobat di rumah sakit ini, aku diwajibkan untuk menjenguk setiap pasien dan mengajak pasien untuk mau cepat sembuh. Setiap harinya ada sekitar 100 pasien rawat jalan yang kami layani. Termasuk pelayanan yang cukup besar untuk rumah sakit di kota kecil ini. Sedangkan ada 70 bed untuk pasien rawat inap yang setiap harinya kami layani. Dari sekian banyak pasien rawat inap biasanya hanya ada sekitar 25% pasien yang membutuhkan konseling khusus. Biasanya faktor support dari keluarga yang membuat pasien enggan untuk sembuh. Aku masih mengingat pasien khususku yang tidak mau pulang ke rumah hanya karena merasa aku dan teman teman yang bekerja di tempat ini sangat ramah dan loyal pada pasien. Bahkan ada pasien khusus ku, yang sampai jatuh cinta padaku. Guntoro, laki laki baik yang buatku terlalu bodoh karena jatuh cinta padaku. Wanita yang saat itu sedang menjalin kasih dengan dr. Hansen. Ah iya...nama itu...lagi lagi nama itu. Mungkin benar kata Pak Budi, bahwa aku memang masih sangat mengingat dokter tampan itu.

"ehemm..." sapa dr. Anto memecahkana keheninganku. "bagaimana Regita pasien kamar cempaka 5? Apa hasil analisa mu?" tanya dr. Anto. "maaf dokter, saya belum sempat ke sana, ini mau ke kantor dulu ambil buku catatan, sebelum jam 10 nanti, saya akan ke ruangan praktik dokter untuk memberitahu hasil analisa saya, tapi kalau saya boleh tahu dokter, ada sebab apa sampai dokter menyuruh saya konseling khusus dengan pasien cempaka 5?" tanyaku heran. "pasiennya sangat tidak kooperatif, masih muda, sekitar 22 tahun, laki laki, cukup tampan tetapi takut sekali dengan jarum suntik" terang dr. Anto. "lalu apa yang menarik yang bisa membuat dokter menyuruh saya konseling dengan pasien ini?bukannya sudah biasa bila banyak pasien yang tidak kooperatif ketika proses rawat inap terjadi?" tanyaku heran."entahlah...itu yang harus kamu cari tahu, karena apa saya menugaskan kamu melakukan konseling khusus dengan pasien cempaka 5 ini, sudah laksanakan saja, tapi hati hati dengan pasien ini, karena dia sepertinya berbeda" ucap dr. Anto membuatku penasaran. "baiklah dokter, saya siap!" kataku enggan.

"mba Regita, tadi dr. Anto...." kata Imelda menyapaku. " stopp...iyaa...tunggu ya...saya sedang mengatur mood saya untuk menemui pasien satu ini, entah mengapa sedari tadi pagi, alur mood saya naik turun" ucapku menerangkan pada Imelda perawat yang diam diam menyukai dr. Anto. "baiklah mba..."ucapnya lirih. Memang dia kira cuma dia saja yang mood nya naik turun, aku juga kali....gerutu Imelda yang aku dengar. Tapi aku memilih untuk diam, karena memang sedang tidak ingin berbicara banyak. Entah setan apa yang mempengaruhiku sehingga dari bangun pagi tadi aku begitu malas bekerja dan menyelesaikan semuanya. Mungkin karena mama....

"Regita...kamu tahu bahwa tante Bowo sudah setuju untuk melakukan perjodohan itu dan mama juga papa sudah menyanggupi untuk mengenalkan kalian, kamu sudah 28 tahun Regita, mama sudah ingin menerima cucu dari kamu" ucap mama membuyarkan nafsu sarapanku. "mama kan sudah punya cucu dari Rendy, anak dia saja sudah 2, sudah cukup mama punya cucu, atau kalau mama mau punya cucu yang banyak, suruh Rendy produksi anak lebih banyak lagi, jangan merusak sarapan pagi ku dengan perjodohan konyol itu ma" ucapku marah. "tapi Regita, kamu tahu usiamu sudah berapa, lihat Yolanda, Devi, sahabat sahabatmu itu, mereka sudah menikah dan punya anak, masa iya kamu tidak malu dengan kejombloan mu?"ucap mama sinis. " ah sudahlah ma, aku berangkat kerja dulu, aku tidak pulang untuk seminggi ke depan, jalanannya sangat rusak, kasihan Red mobil kesayanganku yang setiap hari harus lewat jalan busuk itu! Aku akan tidur di kos kosan saja dan jangan hubungi aku kalau mama hanya mau membicarakan perjodohan itu".ucapku tegas.

Aku memang anak pertama dari 2 bersaudara. Adik ku laki laki sudah menikah dan sudah punya 2 orang anak. Laki laki dan perempuan anak Rendy. Hampir setiap hari mama dan papa pasti dititipi Winda dan Ronny. Yah...mama memang sudah tidak aktif di rumah sakit, sudah pensiun menurutnya, tapi terkadang masih banyak pasien mama yang datang untuk berobat di rumah. Papa setiap hari ke rumah sakit, kecuali hari Jumat, Sabtu dan Minggu, beliau akan datang mengecek ke rumah sakit cabang.

Adikku dan aku tidak ada yang berminat menjadi dokter seperti mama dan menjadi pebisnis ulung seperti papa. Aku lebih suka menangani orang orang bermasalah dengan psikis daripada harus duduk diam di balik meja kursi dan aku juga tidak berminat menjadi dokter, karena entah aku tidak suka dengan setiap penyakit yang mendera setiap orang, karena terkadang setiap penyakit yang datang dalam tubuh itu karena diri kita sendiri. Dari pola makan ataupun gaya hidup. Rendy adikku satu satunya lebih suka menjadi chef di restorannya. Entah kenapa sedari kecil, Rendy sangat suka dengan dunia dapur. Tapi setiap masakan yang dihasilkannya memang sangat enak. Walaupun hanya sekedar bumbu bawang putih tapi kalau hasil racikan tangan adikku itu pasti akan menghasilkan makanan yang sangat nikmat. Makanya sedari kecil Rendy memang bercita cita untuk hidup sebagai chef dan istrinya Eleonora adalah bule berkebangsaan Paris yang Rendy kenal sewaktu dia kuliah di Swiss. Mereka menikah dan mendirikan restoran dengan menjadi chef. Keluarga yang bahagia menurutku, karena biarpun Eleonora seorang wanita dengan kebangsaan yang berbeda bahkan dengan budaya yang jauh berbeda tapi mampu masuk dalam kehidupan Indonesia yang kami miliki. Walaupun Eleonora tidak terlalu pandai berbahasa Indonesia, tapi kami sangat senang berbicara tentang banyak hal, termasuk tentang cinta.

"mba...mba...pasien sudah nunggu tuh..." ucap Imelda mengagetkanku. "ok Siap...!kataku. Doakan mood ku tidak naik turun ya, nanti aku belikan kamu pecel depan rumah sakit ini, ok!" ucapku pada Imelda. "beneran mba?lumayan lah buat irit irit uang makan" ucap Imelda sambil ketawa. "lalu yang lain gimana mba? Tanya Soni dan Rudi, perawat lain di ruangan itu. "iya nanti saya belikan, tapi bayar masing masing ya, saya cuma ke depan pesan nanti kamu bayar sendiri sendiri, hahaaaa" ucapku sambil tertawa. Sambil melihat rekam medis pasien cempaka 5, dalam hati aku bergumam, "seperti apa laki laki ini? 22 tahun, terkena dyspepsia syndrome dan...riwayat penyakit nya sama seperti pasien pasien ku lainnua, apa maksud dr. Anto dengan pasien ini? Tidak ada yang menarik buatku, ah sudahlah....10 menit bercakap cakap aku rasa sudah terlalu lama, nanti untuk analisa aku bisa katakan, tidak menemukan apa apa selain pasien memang tidak kooperatif, baiklah, i'm ready to meet him". Ujarku dalam hati. Sembari menata kembali semua rekam medis yang sudah aku lihat, aku berkata "sudahlah...nanti saya ditunggu oleh dr. Anto, doakan ya! Ucapku

Hanya Ini Yang KuPunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang