_______________________________
Sebuah Pertemuan
_______________________________
Alya masih bergumam tak tentu di depan meja belajarnya, mulutnya masih terus menggumamkan rumus - rumus matematika yang tergores di atas buku matematikanya, sejenak Alya mendesah mengetuk - ngetukkan pensil mekaniknya di keningnya, rumus - rumus di hadapannya seakan tengah menari - nari meledeknya.
"Nyesel deh jadi anak pinter, dapat tugas melulu, dapat mandat ikut olimpiade terus, sial !!" Alya menggerutu pelan, masih terus merutuki ketidakberdayaan otaknya yang terlalu lelah, padahal lusa olimpiade akan dilaksanakan, dan Dia belum benar - benar menghafal semua rumus - rumus yang ada dihadapannya.
"Mean sama dengan sigma f i dikali x i dari i sama dengan satu hingga n, per sigma f i dari i sama dengan satu hingga n," Alya mengusap wajahnya kasar, menutup bukunya beranjak dari duduknya menuju kamar mandi Dia sudah menyerah dan terlalu lelah.
________________________________
Mata Alya membola tak percaya saat Bu Aira, sang wali kelas memberitahu padanya bahwa Dirinya ditunjuk menjadi perwakilan sekolahnya dalam program pertukaran pelajar yang setiap tahun selalu di adakan.
"Bu kenapa gak yang lain aja sih??"
"Gak bisa Al, Cuma Kamu harapan Kami dan kriteria yang Kami targetkan tepat denganmu,"
"Ya Tuhan.... baru kemarin rasanya Aku mengerjakan soal - soal matematika yang hampir membunuhku itu,"
"Ya, tapi akhirnya Mereka tak membunuhmu kan?? Malah Mereka membawamu ke podium kehormatan sebagai juara pertama,"
"Memangnya, olimpiadenya tidak diteruskan diprovinsi???"
"Itu masih Dua bulan lagi, sedang pertukaran pelajar akan dilaksanakan selama satu bulan penuh,"
"Oke, kemana tujuan Kita tahun ini??"
"SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta,"
"Apa?? Yogya?? Jauh banget, tahun kemarin aja di Semarang,"
"Ayolah Al... demi nama baik MAM ?? oke??" Alya mengusap wajahnya kasar, menyenderkan tubuhnya di punggung kursi, mengangguk pasrah tidak bisa menolak.
__________________________________________________________________________
Alya memandang penuh kagum gedung sekolah dihadapannya, gedung yang mungkin bisa dikatakan sebagai gedung mewah berbeda dengan sekolahnya di Batang yang sempit namun rapi yang bahkan jika satu orang menjadi konyol maka dengan mudah yang lainnya juga ikut menjadi konyol, akh Dia jadi rindu dengan teman - teman sekelasnya padahal belum genap satu hari dia menginjakkan kaki di Yogyakarta.
"Ayo nak Alya, Kami akan memperkenalkanmu dengan wali asuh sementaramu kemudian mengenalkan kepadamu seluk beluk sekolah ini," Alya tersenyum ramah, mengangguk dan mengikuti langkah seorang pria yang menyambutnya tadi di depan gerbang sekolah.
"Alya... jangan malu - maluin akh, ayo jangan melamun mulu,"
"Hehe.. maaf Bu, lagian sekolahnya luas banget sih, bahkan mungkin lebih luas ini dari pada sekolah Tsanawiyahku dulu,"
"Ini juga masih dalam tahap pembangunan lagi,"
"Wah.. keren dong,"
"Tentunya,"
"Al..."
"Gapapa Bu, Dia ramah juga enak di ajak ngobrol,"
"Bu Aira naksir kali sama Bapak," langkah kedua insan itu berhenti kemudian memandang Alya dengan dahi berkerut dan pipi yang merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Sunset (END)
Teen FictionCinta.. obat atau penyakit ?? cinta ?? pemisah atau penyatu ?? cinta ... cinta ... cinta dan tentang cinta, di suatu senja saat tangan saling tergenggam, kemudian malam memisahkan.