Lagi dan lagi suasana sarapan diwarnai perdebatan tentang berangkat sekolah, Pak Feri yang memang telah menemukan solusi akhirnya memutuskan.
"Yah.. jangan bercanda,"
"Masa' Kita jalan kaki??"
"Siapa yang bilang jalan Kaki?? Kalian disuruh naik sepeda, udah Ayah bagi satu buat Alya, satu lagi buat Arvan dan kalian harus pergi ke sekolah dan pulang dari sekolah sama – sama, kalian harus saling menjaga, oke???"
"Tapi.."
"Uang saku.." Arvan dan Alya mendesah, selalu kalah jika sudah berbicara mengenai uang saku.
"Al.. emang Kamu gak bawa uang sepeserpun??"
"Bu Aira langsung minta uang saku ke orang tuaku, dan Bu Aira kasih ke Ayah sama Ibu dan itu dijatah tahu.. orang tuaku ngasih juga lumayan pas – pasan," Arvan mendesah kesal, kemudian segera berpamitan dan menyeret lengan Alya agar cepat.
______________________________
Menikmati suasana Yogya dengan sepeda lebih menyenagkan ternyata dari pada dengan naik motor atau mobil, lebih berasa dan santai.
"Al... lelet banget sih??"
"Aku mau menikmati hidup ini dulu Ar..." Arvan mengerenyit saat Alya merentangkan salah satu tangannya dan walhasil membuat keseimbangan Alya goyah dan nyaris terjatuh, Arvan yang melihatnya berteriak panik yang hanya dihadiahi cengiran oleh Alya.
"Gila !! kalau Kamu jatuh Aku yang dimarahin tahu gak !!!"
"Tenang aja, slow Aku cukup mahir untuk ini.." nada suara Alya merendah seperti sedang mengingat sesuatu yang membuat gadis itu sedih.
"Udahlah ayo !! nanti telat lagi nikmatin hidupnya nanti sepulang sekolah aja," Arvan yang sebenarnya ingin bertanya apa yang sesungguhnya terjadi hanya mendesah, gadis yang saat ini menjadi adik sementaranya itu sangat aneh dan moodyan.
______________________________
Alya mendesah saat laki – laki bernama Annan yang dikenalnya dengan terpaksa kemarin menghalangi jalannya kembali.
"Mau apa lagi???"
"Kantin bareng yuk !!!"
"Kantin kan milik orang banyak, bareng sama teman yang lain dong??" Annan mengusap wajahnya kasar, Dia harus sabar menghadapi Alya jika ingin mendapatkan Alya.
"Iyalah itu tahukan.. yaudah Kita ke kantin sekarang yuk!!" Alya mengangguk menurut saja, toh dikantin nanti Dia akan langsung menemui Arvan untuk mengambil uang saku yang direbut Arvan tadi.
Annan menggeram kesal, saat Alya malah menemui Arvan dan merajuk. Baginya sia - sia mengajak Alya ke kantin, kalau akhirnya Dia ditinggal sendiri.
"Kembaliin gak??"
"Gak mau !!!"
"Aku bilangin ke Ibu sama Ayah !!"
"Gak bakal Aku kasih sebelum Kamu jawab, siapa Iqbaal.."
"Udah Aku bilang Kamu gak perlu tahu,"
"Tapi Aku mau tahu, karena Dia sudah membuatmu menangis dan marah padaku,"
"Apa maksudmu sebenarnya???"
"Siapa Iqbaal? Kekasihmu??"
"Dia Kakakku, Kakak kembarku puas??"
"Bukan kekasihmu??" Alya yang memang sudah sangat kesal dengan Arvan dengan kuat menginjak kaki Arvan , membuat Arvan memekik keras dan pada saat itulah Alya mengambil uang disaku Arvan dan berlari ke arah lemari pendingin berisi minuman, Dia sudah sangat haus karena berdebat. Sedang Arvan dengan terpincang menghampiri Alya yang sedang membayar namun sebelum Arvan sempat menyentuh Alya, Alya sudah menghindar sembari memberi tatapan mengejek padanya, dan lagi – lagi aksi kejar – kejaran terjadi untuk kedua kalinya di koridor. Sedang Annan?? Dia hanya menatap jengah adegan itu, merasa menyesal kenapa mengajak Alya ke kantin jika akhirnya Dia ditinggal, menderita itulah dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Sunset (END)
Teen FictionCinta.. obat atau penyakit ?? cinta ?? pemisah atau penyatu ?? cinta ... cinta ... cinta dan tentang cinta, di suatu senja saat tangan saling tergenggam, kemudian malam memisahkan.