A Perfect Sunset - Part 9

101 6 0
                                    

Alham menatap papan bertuliskan Library dengan segan, baru tadi pagi Dia harus melupakan rasa muaknya dengan ruangan di hadapannya karena sebuah misi yang menurutnya konyol dan lebih konyol lagi misi itu adalah idenya, rasanya Alham ingin kembali ke malam itu dan meminta Annan untuk tidak menyetujui ide konyol ini, namun lagi – lagi tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya jugalah yang membujuk Annan untuk menyetujuinya Alham menghela nafas panjang, mungkin Alya akan menjelaskan semuanya, sedikit banyak membantu misinya.

"Al..." panggil Alham ragu saat akhirnya kakinya berhenti melangkah di depan Alya dengan meja di antara keduanya. Alya mendongak, kemudian tersenyum.

"Duduk," Alham duduk di kursi perpustakaan itu, menghela nafas panjang.

"Kau mencari tahu siapa Mas Zainal dan Kak Iqbaal??" Alham menghela nafas panjang kemudian mengangguk. "Ya, dengan begitu Aku akan tahu apa yang telah disembunyikan Arvan selama ini,"

"Ya, Aku tahu.. Kamu nguping yaa???" Alham hanya tersenyum lucu, gugup.

"Aku tahu kalau Kamu nguping, ya udah dari pada Kamu tambah ngaco mending Aku jelasin langsung," Alya menjelaskan panjang lebar siapa Zainal dan Iqbaal yang hanya di balas anggukan oleh Alham dan saat Alya masuk pada inti, Alham tercekat nafasnya terasa sesak, tubuhnya lemas antara rasa percaya dan tidak percaya menggelayuti batinnya.

"Kanker???"

"Ya, Aku gak tahu Kanker apa, yang jelas obat itu obat kanker, Aku juga tidak bertanya sama ibu atau ayah atau Arvan mengenai itu,"

"Jadi.."

"Dia berubah, jadi emosi, egois itu karena vonis itu.. hh, intinya dalam tubuh Arvan ada sel kanker yang bisa kapan saja membuat Arvan pergi dari sisi Kita, Aku syok bahkan sempat menangis, sama kaya' waktu Aku tahu kalau Kak Iqbaal sakit leukimia, sakit banget saat Kita tahu orang yang sangat Kita cintai dan sayangi sedang sakit atau menderita..dan bisa kapan aja pergi dari Kita," Alham menghela nafas panjang, tubuhnya terasa lemas.

"Kamu mau bantu Aku kan?? Bantu Aku untuk misi ini, mengembalikan puzzle semangat hidup Arvan , persahabatan Arvan ,, Cuma Kamu yang Aku percaya bisa membantu Arvan tapi tolong jangan kasih tahu Annan tentang ini, Aku gak tahu kalau Kalian mempunyai masalah yang begitu pelik, pengen banget Ham Aku cerita ini ke Mas Zainal tapi Aku juga sadar Ham,, itu malah akan membuat Mas Zainal cemburu buta,"

"Kamu cinta sama Zainal??"

"Awalnya persahabatan tapi tahu sendiri lah, Terkadang sebuah perasaan bernama cinta di dalam sebuah persahabatan lawan jenis itu saru, tidak bisa dibedakan dan Kamu tahu hanya kehilangan yang menyadarkan bahwa Kita telah jatuh cinta dengan sahabat Kita,"

"Jadi..."

"Aku tidak kehilangan Mas Zainal, tapi nyaris.." Alham menghela nafas pendek.

"Sekarang, Aku harus apa Al???"

"Ham, Kita bisa tetap berdiri disamping Arvan , tapi Kita gak bisa Dua minggu lagi Aku akan kembali dan Kamu setelah lulusan nanti juga balik ke Bandung kan??? Jadi satu – satunya harapan adalah Annan, bukan yang lain," Alham menghela nafas panjang.

"Bahkan Annan sedang membenci Arvan Al,"

"Annan tidak benci, kalau Dia benci Dia tidak menyetujui misi tentang penyakit Arvan ,"

"Iya juga yaa..." Mereka terdiam sebentar.

"Sekarang misi Kita apa??" Alham bertanya menatap mata Alya.

"Menyatukan kembali Puzzle itu, antara Annan dan Arvan ," Alham menatap Alya dalam, mencari pancaran apapun dari mata bulat itu, mata dengan warna hitam kecoklatan itu, mata yang terlihat beda dengan yang lainnya.

A Perfect Sunset (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang