Seperti apa yang sudah direncanakan, Arvan akan tinggal di rumah Alya selama satu minggu, dan entah kebetulan atau apa, Zainal dan Keshapun seperti itu, bedanya Kesha dan Zainal ke Yogya senin pagi, setelah kepulangan Alya ke Batang. Dan selama satu minggu itu pula Alya mengajak Arvan berkeliling, mulai dari wisata pantai Sigandu, Ujung Negoro, Celong, Kuripan, kemudian beralih ke Siluwok pabrik karet dan kapas, Sidlingo, dan yang paling berkesan adalah Argo Wisata Pagilaran, dengan pemandangan perkebunan teh dimana – mana membuat Arvan merasakan perbedaan tersendiri. Apalagi saat mengunjungi tempat bersejarah di Kota Batang, sungguh benar – benar wisata yang sederhana tapi memuaskan.
"Al.. Kota Kamu hebat Cuma sayang gak semua tempat yang Kita kunjungi jadi tempat wisata tetap,"
"Baru rencana, tapi kalau yang paling tenar sih.. Pagilaran,"
"Tapi.. Aku lebih suka wisata di tempat sejarah, pantai – pantainya juga keren,"
"Kalau menurut Aku Kota Yogya itu istimewa, namanya aja Daerah Istimewa Yogyakarta, tapi meskipun begitu Aku tetap lebih mencintai Kota ini,"
"Al.. Aku mencintaimu,," Alya menoleh ke arah Arvan , dahinya berkerut.
"Kamu bercanda yaa?? Kita udah punya pacar Arvan ,"
"Aku tahu ini salah, tapi Kamu juga punya perasaan yang sama ke Aku kan??" Alya terdiam, bungkam, tidak tahu harus menjawab apa.
"Jujur saja Alya.. karena cinta Kamu gak bertepuk sebelah tangan,"
"Tapi.."
"Dengarkan Aku.. Kota ini, Kotaku.. jadi saksi kisah Kita, senja yang sempurna di balkon dan semua yang udah Kita lewati selama Empat minggu kemarin Al.. pasti meninggalkan bekas, dan bekas itu gak main – main, bekas itu cinta..." Alya menunduk, tidak tahu harus menjawab apa.
"Cinta yang tanpa Kita sadari sudah tumbuh semakin tinggi dan dalam, menancap kuat di hati Kita, cemburu, kecewa semuanya.. itu cinta,"
"Tapi Ar.. ini semua salah, lebih baik Kita pendam saja rasa ini,"
"Gak bisa Alya, gak bisa gitu aja Kita hilangkan.. Al.." Alya terdiam ditempatnya, merasa bimbang dengan hatinya.
"Tapi.. Mas Zainal terlalu baik untuk Aku sakiti, Aku gak bisa.."
"Pada kenyataannya, Kamu udah gak cinta sama Dia... Zainalya udah berakhir.."
"Jangan mulai deh Ar,, Kamu egois,"
"Tapi Kita akan lebih egois saat Kita memendam perasaan Kita sendiri, Al.."
"Kamu gak bisa maksa Aku Arvan ,,"
"Aku mencintaimu Alya !! hanya mencintaimu,"
"Oke... kalau memang Kita jodoh, Kita akan bertemu kembali.. Kita akan bertemu di senja yang sempurna di bawah menara Eiffel, lalu Kita keliling eropa dan pemberhentian terakhir di Menara Bigben?? Kamu setuju???"
"Tapi.. kalau Kita sudah mempunyai pasangan??"
"Itu berarti Kita tidak jodoh, dan itu juga membuktikan meskipun Kita tidak bersatu, Kita pasti akan bertemu kembali karena takdir mempertemukan dan memisahkan, dan hanya kematian yang dapat memecah takdir itu,"
"Oke, Aku setuju,, dan sebelum itu Kita akan bertemu di olimpiade, ingat??"
"Ingat," Mereka saling berpandangan, kemudian tersenyum. Dan tanpa Mereka sadari Iqbaal mendengar percakapan Mereka, dan cepat atau lambat Alya akan menemukan Iqbaal dalam keadaan marah.
#####
Kehidupan kembali normal, setelah semuanya berakhir dengan akhir tidak menentu, namun menurut Alya kehidupannya tidak lagi indah saat Iqbaal hanya mendiamkannya, terkadang marah – marah tidak jelas padanya dan sangat cuek kepadanya. Sedang Zainal masih seperti biasa, hanya saja akhir – akhir ini Zainal lebih mudah marah, karena Alya berulang kali salah memanggil namanya, bukannya memanggil namanya Alya malah memanggilnya dengan Arvan , membuatnya curiga sekaligus tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Sunset (END)
Teen FictionCinta.. obat atau penyakit ?? cinta ?? pemisah atau penyatu ?? cinta ... cinta ... cinta dan tentang cinta, di suatu senja saat tangan saling tergenggam, kemudian malam memisahkan.