Cpt. 4 : Ibu Ros dan Dimas

370 17 0
                                    


Seusai mengobrol dengan neneknya Angger pun berpamitan pulang, "Kamu yakin mau pulang sekarang Ger? Kan mas Tama masih lama" tanya neneknya, "Ga papa eyang kan tadi juga aku kesini naik taksi" jawab Angger meyakinkan neneknya. Dengan berat neneknya pun menyetujui keinginan cucunya itu untuk pulang sendiri. Suara klakson taksi telah berbunyi di depan pagar, nenek Angger menggandeng tangannya dan menuntunnya keluar.

"Ati-ati ya Ger, kalo dah sampe di rumah telpon eyang ya" kata neneknya sambil membantu Angger masuk ke dalam taksi, Angger menjawab dengan mengacungkan jempolnya tanda mengiyakan. Hari itu Angger sedang merasa bosan dia tidak mau segera pulang ke rumah dan mengulang rutinitas hariannya di rumah, setelah pintu taksi terututp Angger mengatakan kepada supir taksi untuk mengantarnya ke taman kota "ke Taman Bungkul ya pak" kata Angger kepada supir taksi, Angger dan Hesti sering berkunjung ke taman itu untuk bersantai, tapi untuk kali ini Angger ingin pergi sendirian.

Sesampainya di taman udara sejuk mulai mengalir di seluruh tubuh Angger, dia menyusuri taman dengan tongkatnya yang dia rahkan ke kanan dan ke kiri untuk memastikan objek yang dapat mengganggu jalannya, Angger sangat menikmati waktu sendirinya itu dia berharap agar dia bisa lebih banyak menyempatkan waktu untuk dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti sekarang hanya dengan tongkatnya dia menyusuri taman dan menikmati sore hari yang sejuk, tidak ada Hesti, tidak ada Tama tidak ada siapa-siapa hanya dia sendiri menghabiskan waktunya.

setelah berjalan berapa menit berjalah Angger pun memutuskan mencari tempat duduk, di sekitarnya dia mendegar banyak sura anak-anak kecil sedang bermain riang di sore hari ditemani orang tua mereka, hal itu mengingatkan Angger kepada almarhum ayahnya, dulu saat ia masih kecil ayahnya sering mengajak Angger dan Tama jalan-jalan, ayahnya selalu membawa Angger ke tempat-tempat yang ramai dengan anak-anak seusianya dia ingin anaknya dapat bergaul dengan anak-anak lain.

Ayahnya memperlakukan Angger sama dengan anak-anak lain yang dapat melihat, ketika kecil dulu pada saat Angger dan Tama bermain Angger sering sekali jatuh tersungkur karena tidak dapat melihat sekitar tetapi hal itu tidak membuat Angger takut karena ayah dan kakaknya selalu memberinya semngat percaya diri, ketika dia terjatuh ayahnya selalu bilang "Ayo bangun lagi, ga sakit kan? Namanya juga anak papa ya jagoan!" . Andai ayahnya masih ada banyak sekali hal yang ingin Angger bicarakan kepadanya, Angger ingin ayahnya melihat dia yang sekarang, dia yang sudah tumbuh besar dan dapat hidup mandiri Angger yakin ayahnya akan menyetujuinya jika ia ingin kuliah di luar negeri, Ayahnya merupakan orang yang paling percaya dengan kemampuan Angger dan selalu memperlakukan Angger sama seperti dia memperlakukan kakaknya.

Akhirnya Angger menemukan bangku kosong, setelah dia meraba dengan tangannya pada permukaan bangku tersebut untuk memastikan tidak ada benda apapun diatasnya Angger pun menjatuhkan pantatnya di atas bangku tersebut, Angger melipat tongkatnya dan memasukkannya kedalam saku kecil yang ada di samping tasnya, dia pun mengambil earphones yang terdapat di saku sebelahnya dan menancapkannya di audio jack pada ponselnya, ibu jari kanan Angger menyapu layar ponselnya sambil mendengarkan voice feedback dari ponselnya tersebut. Angger membuka aplikasi pemutar audiobook dan mulai mendengarkan audiobook yang tinggal beberapa bab lagi akan selesai, meski Angger memiliki banyak koleksi buku-buku braille terkadang dia lebih suka mendegarkan audiobook karena Angger merasa seperti sedang di dongengi oleh pembacanya dan bahkan beberapa penulis buku menggunakan suaranya sendiri untuk mengisi suara pada audiobook yang diterbitkannya, tentu hal itu memuat siapa saja yang mendengarkan akan merasa dekat dengan sang penulis buku karena bukan hanya dapat membaca karyanya tetapi sekaligus mendengarkan sang penulis membacakannya secara langsung.

"Mas kok papercraft aku didukin" suara anak kecil yang tiba-tiba menghampiri sambil menepuk-nepuk lutut Angger, spontan Agger pun melepaskan earphonesnya dan membalas anak tersebut "Aduh dek kenapa? Maaf mas ga ngeliat aduh kedudukan ya" jawab Angger agak panik kemudian dia berdiri dan meraba bangku tersebut dan mendapati sebuah papercracft yang sudah gepeng dan tidak berbentuk.

Bawa Aku Melihat Duniamu (Smut / bxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang