Cpt. 6 : Listen To The Movie

354 16 0
                                    


Suhu udara di kota Surabaya saat itu mencapat 32 derajat celcius, ditambah lagi harus mengerjakan soal matematika di jam akhir sekolah membuat mood Dheva anjlok ke titik terrendah, tidak satu soal pun dari ke empat soal yang diberikan oleh pak Suprapto telah dikerjakannya, wajah Dheva seperti handuk basah yang sedang diperas, kusut dan bercucuran keringat dari mejanya dia hanya menatap jam dinding besar yang ada di atas papan tulis berisi soal-soal kalkulus, matanya tidak beranjak dari jarum panjang berwarna merah yang terus bergerak detik demi detik. "satu menit terakhir" pikirnya dalam otak, Dheva menghitung mundur dari dari 60 hingga wajahnya yang kusut itu sedikit berubah ketika mendengar bell tanda waktu belajar selesai. Tanpa komando secara otomatis lobus frontalis Dheva langsung memerintahkan otot tangannya untuk menutup buku dan memasukkannya kedalam tas.

"Baik, silakan lanjutkan di rumah sebagai PR, kita lanjutkan hari Jumat" kata pak Suprapto kepada semua siswa di kelas.

Dari depan meja Dheva, Angger membalikkan badannya ke arah Dheva "Va hari ini jadi ke perpus kan?" tanya Angger sambil tersenyum ke Dheva, "Jadi dong, let's go" jawab Dheva sambil membangunkan badannya dari tempat duduknya. "Yakin Ger kamu ga mau bareng?" tanya Hesti kepada Angger sambil menggenggam tangan Angger, "Iya Ti gak papa, aku mau ngerjain tugas bareng sama Dheva dulu di perpus" jawab Angger meyakinkan. Hesti hanya mengiyakan dan langsung bangn dari tempat duduknya dan pergi keluar. Dheva mengulurkan lengannya kepada Angger dan langsung disabut genggaman tangan Angger, mereka berdua pun berjalan keluar dari kelas menuju perpustakaan.

Selama bersekolah di sini ruang perpustakaan adalah yang sangat jarang Angger kunjungi, tentu saja karena di perpustakaan sekolahnya tidak terdapat koleksi buku braille yang dapat dibacanya, Angger hanya sesekali ke sini ketika sedang mendiskusikan tugas kelompok bersama Hesti dan atau teman-temanya yang lain. Ruangannya sangat luas, terdapat beberapa sekat partisi untuk memisahkan antara rak buku, ruang baca dan ruang diskusi, di depan meja petugas Dheva dan Angger berhenti untuk mengisi buku tamu yang menggunakan sistem elektronik, "Ger mana kartu OSISmu" kata Dheva, Angger pun mengambil dompet yang berada di dalam saku celananya dan mengambil kartu yang di maksud dan memberikannya kepada Dheva, dia pun lantas menempelkan strip hitam yang ada di belakang kartu tersebut ke atas card reader dan layar kecil yang berada di atas alat tersebut menampilkan tulisan yang berisi ucapan selamat datang.

Di ruang diskusi Dheva dan Angger sama sekali tidak menunjukkan semangat untuk mengerjakan tugas, "Nih kartu OSIS kamu, Angger Dwi Afandi, wuih ulang tahun kamu bulan depan nih bentar dong" kata Dheva sambil menyerahkan karu OSIS milik Angger, "kamu suka ngerayain ultah kamu ga Ger" lanjut Dheva,

"umh paling ngerayain sama keluargaku doang kadang sama Hesti juga, lagian percuma aku undang temen kelas ultahku kan bareng sama Lydia jadi pasti kalah saing aku hehe, lagian aku ga suka temen kelas tau kalo aku lebih tua dari mereka semua" jelas Angger,

"Emang kamu tau ultahnya Lydia?" tanya Dheva,

"Tahun kemarin kan kita sekelas, pas dia ulang tahun semua temen kelas diundang sama dia" jelas Angger,

"Kamu udah liat meme kucing nyemplung di WC belum? Lagi viral banget kan hehe" tanya Dheva mengganti topik pembicaraan.

Mendengar itu Angger hanya tersenyum sambil mengangkat alis matanya ekspresi muka Dheva pun langsung berubah menjadi canggung dan bibirnya membentuk huruf 'o' Dheva sadar betapa bodohnya pertanyaannya barusan, "Ough... sorry banget ya, aku eamng bego" kata Dheva dengan ekpresi muka yang masam, "kamu sering ya dapet pertanyaan-pertanyaan bego macem gini dari orang-orang?" lanjut Dheva, "Ya kadang-kadang" jawab Angger sambil tertawa ringan, "ga tau nih lagi gak mood ngerjain tugas, mulut jadi asal jeplak" lanjut Dheva sambil mengusap kepalanya "aku juga" balas Angger, "nonton asik nih" balas Dheva lagi-lagi dengan kata-kata bodohnya, rupanya pengaruh kalkulus di jam pelajaran terkahir masih mempengaruhi pikirannya, "then let's go" jawab Angger santai, "huh? Serius?" tanya Dheva heran, "Ya nanti kan kamu kasi tau aku di filmnya lagi ngapain" balas Angger, Dheva hanya memberikan ekpresi wajah 'O' sambil sedikit mengangguk.

Bawa Aku Melihat Duniamu (Smut / bxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang