8

8.8K 565 6
                                    

Haiii. Ini aku datang bawa sambungan yg tadi ya!!!! Aku heran padahal udah nulis pnjng2 tpi kenapa yg kluar dikit gitu ya? Mungkin ada yang eror,-

Happy Reading!!!!!

Oiya sorry for the late update:')
____________________________________
"Eh prill lo ud-- lahh Al? Ngapain kamu disini?",tanya Gino setelah tadi memutar kepala kearah pintu dan memberhentikan aktivitas yang tengah dilakukannya. Dia berjalan kearah Al yang tengah duduk di sofa dan memandangnya lekat2.

"Ontii ii?"

"Ha? Prilli? Uhmm dia gaada disini al. Ini aja om lagi nungguin onti ii nya kamu. Katanya dia bakal nganterin om pulang ini. Tapi sampe sekarang kok dia belom dateng ya?"

Al menggeleng tanda tak tau. Dia pun sudah lelah, karna sejak tadi berputar putar mengelilingi rumah sakit yang luas itu.

Gino kembali kedepan tas besarnya untuk membereskan kembali barang2nya. Setelah meresleting tasnya dia kembali duduk disebelah al yang sedang bersender di punggung sofa seraya memejamkan matanya

Gino menggeleng melihat tingkah al layaknya orang dewasa itu. "Lo dimana sih prill? Gak biasanya ngaret gini?" Batin Gino bertanya tanya. Dia sedari tadi cemas memikirkan keberadaan sahabatnya itu.

\*\*\*\*\*\*\

Seorang wanita mungil dengan cardigan hitamnya dan topi dengan lambang garis tiga--biasa orang bilangnya nike--berjalan dengan sempoyongan kearah ruang inap sahabatnya. Dia berjalan seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing. Tubuhnya lemas, dan dia terasa berjalan melayang diudara. Kakinya serasa tak menapak lantai. Sambil meraba raba dinding disekitarnya dan memijat mijat kecil kepalanya dia mencoba berjalan.

Dibelokan lorong jalan itu dia merasa tubuhnya sudah sangat lemah. Sebelum badannya ambruk kelantai, seseorang dengan sigap menahan pundaknya dan semua gelap. Orang yang menahannya seketika terbelalak kaget. Orang yang sudah tidak asing lagi wajahnya di indra penglihatannya, pingsan? Dia langsung meminta bantuan pada suster yang berada disekitarnya.

\*\*\*\*\*\*\

Pertama kali dia sadar yang tercium dan terlihat olehnya adalah bau obat2an dan ruangan bernuansa putih. Pusing yang tadi menderanya kini terasa kembali. Dia menoleh ke sudut ruangan yang terdapat sofa berwarna pastel yang tengah ditiduri oleh pria jangkung.

Dia mengernyit bingung melihat wajah orang itu--yang kebetulan menghadapnya--yang sangat dikenalinya.

"Ax...xxel?",panggilnya pelan untuk berbicara saja dia merasa sangat tak berdaya.

Merasa dipanggil, pria jangkung yang berwajah bule itu membuka matanya perlahan. Mengerjap ngerjap, setelahnya dia mendongak ke ranjang bed rest teman kampusnya dulu. Ralat, mantan teman kampusnya dulu---karna sekarang prilli sudah di D.O.

Dia langsung bangkit dan berjalan menuju ranjang temannya. Setelah memencet tombol yang berada di atas ranjang itu. Dia memandang temannya dengan perasaan lega luar biasa. Gimana gak lega? Teman mu--yang membuatmu jatuh kedalam pesonanya itu--sadar dari pingsannya selama 24 jam.

"Sukur lo sadar prill. Emangnya kamaren2 lo punya riwayat sakit yang parah ya? Kok sampe pingsan gini sih?", tanya pria jangkung berwajah bule itu. Axel, namanya. Temen deket prilli ketika dia masih belajar di kampus yang sama dengan Axel.

Prilli mebgerutkan alisnya lalu menggeleng pelan. Sebelum dia sempet menjawab. Pintu yang terbuka, otomatis menunda ucapannya dan menarik perhatian orang yang berada didalam ruangan itu. Prilli seketika merasa gugup? saat melihat dokter yang akan memeriksanya adalah bapak dokter yang menyebalkan. Siapa lagi kalo bukan Ali, unclenya Al. Di sana dia juga melihat Al yang menampilkan raut wajah yang tersenyum sumringah. Seketika rasa gugup yang melandanya hilang dan terganti dengan senyum lemah yang terhias di wajah pucatnya.

Sebenarnya Ali juga sempat kaget, saat semalam dia memeriksa orang--yang kata suster Yuna pingsan dikoridor--yang tak lain adalah prilli. Idola sang ponakan.

Setelah selesai memeriksanya dan mengatakan keaadannya baik dan boleh pulang nanti sore, Ali segera keluar dari ruangan disusul suster Yuna yang mengikutinya dari belakang setelah memberikan senyuman manisnya---tentu saja.

Sebenernya prilli sempat merasa bingung, bukannya tadi ia datang kemari dari sore ya, kok baru bisa pulang dari sini sore lagi sih? Cuman dia hanya menghiraukannya saja.

"Coba ada lo no disini. Pasti lo bakal klepek2 dah liat senyumannya suster Yuna",batin prilli terkekeh geli.

Oiya ngomong2 tentang Gino, sahabatnya yang satu itu dimana keberadaannya ya? Dia jadi lupa kalo dia kerumah sakit untuk menjemput Gino, dan mengantarnya kembali kerumah. Dia meringis mengingat itu. Merasa jadi orang yang tak menepati janji.

"Oiya Gino mana sel? Kok gue enggak ngeliat dia ya? Gue juga harus keruangan Gino ini. Gue janji kemaren mau nganterin dia pulang",ucap prilli tanpa jeda membuat Axel mengerutkan keningnya tak mengerti ucapan prili. Al yang masih tinggal disitu untuk melihat bahwa ontinya beneran baik2 aja memutar bola matanya kesal.

"Om Gino ya udah balik kemaren lah onti iiiiiiiii",jawab Al kesal. Gimana sih ontinya ini? Apa dia tak tahu kalau dia pingsan satu harian apa?

Prilli mengerutkan keningnya bingung. Kemaren? Emangnya dia pingsan berapa lamasih? Kok dari tadi yang diomongin aneh2 aja.

"Emm emangnya onti pingsan berapa lama sih Al? Kok kayanya aneh banget dari tadi yang diomongin!? Kemaren lah, sore lah. Apaansih!? Onti bingung deh"

Lagi, Al memutar bola matanya kesal. Sedangkan Axel terdiam sambil menahan tawanya melihat ekspresi bingung Prilli.

"Onti. Pingsan. Selama. 24. Jam"desisnya dengan penekanan di setiap katanya.

Prilli terbelalak. 24 jam? Yang benar saja. Padahal dia yakin, dia hanya kelelahan karna bekerja terlalu keras untuk menyambung kuliahnya.

"Whattt? Yang bener aja Al?"tanya prilli tak yakin.

Al mengangguk sambil mendengus sebal. "Iya ontiiii. Gausah lebay gitu deh. Seriusan."

Prilli mengerucutkan bibirnya yang dibalas gelak tawa dari Axel dan Al.

Udah kaga digantungin lagi kan? Eeaaaak xD

Sorry2 kalo kemaren kelen merasa digantungin xP

Intinya skrang udah kaga digantungin xD

Lope lope

QWSya_

I Love You, Baby SitterWhere stories live. Discover now