19

5.9K 412 9
                                    

Bara, si tamu kurang kerjaan yang dateng malem malem kerumah orang.

Dia terkejut saat pintu rumah sahabatnya dibukakan oleh wanita cantik. Gila si ali, baru ditinggal talitha udah ada yang baru aja. Pantes dia nolak permintaannya talitha, batinnya menggeleng tak percaya.

Ali yang melihat kalau tamunya adalah Bara sudah tidak terkejut lagi. Karna bara memang sering sekali malam malam datang kerumahnya hanya untuk numpang makan atau pun menginap tidur. Karna bara yang kebetulan hanya tinggal sendiri di sebuah apartment.

"Masuk bar. Ngapain lo bengong diluar gitu", ajak ali dan bara langsung mengangguk. Dia tersenyum sekilas kearah prilli yang dibalas prilli anggukan pelan.

Setelah menutup pintu depan, prilli segera menghampiri al yang masih duduk santai dimeja makan. Membersihkan piring2 al dan membawanya ke wastafel.

"Al kamu gak mau tidur? Udah jam 10 ini lho",tanyanya pada al.

Al mengangguk semangat. "Iya onti. Al juga udah ngantuk. Temenin tapi ya",pintanya.

Prilli mengangguk dengan senyuman kecil. Dia menggandeng tangan al dan mereka berjalan menaiki tangga. Saat sampai diujung tangga paling atas mereka berpapasan dengan ali dan bara yang baru saja keluar dari kamar ali. Saling bertatapan sampai 5 detik dengan ali membuat prilli sedikit salah tingkah. Prilli langsung memutus tatapannya dengan ali dan berjalan cepat kekamar al yang berada diujung lorong.

\*\*\*\*\*\*\

"Jadi sekarang gue mau lo jelasin se-jelas jelasnya siapa itu cewe", bara langsung melontarkan pertanyaan itu saat ali membawanya ke dalam kamar lelaki itu.

"Dia bukan siapa siapa gue. Dia cuman baby sitternya al doang. Lo kan tau kalau gue gak bisa 24 jam ngawasin al".

"Heem. Bisa di mengerti." Bara mengangguk mengerti. "Lalu, namanya siapa itu cewe?". Bara menaik turunkan alisnya seolah menggoda ali.

Ali berdecak malas. Bara sudah seperti seorang detektif saja menurutnya. "Prilli".

Bara mengangguk lagi. Tapi sedetik kemudian matanya membeliak dan dia memekik keras membuat ali menutupi kedua telinganya. "WHAT?".

"Ap..apa? Lo bilang... apa?", bara mengorek - ngorek telinga bagian dalamnya. Takut takut dia salah mendengar. "Prilli? Yang bener aja lo. Kalau mau ngelawak gak lucu ya li".

Ali memutar bola matanya jengkel. Bara tuh kalo udah nanya gak ada abisnya. Kalo ngomong suka alay kaya banci yang mau di nananina.

Karna kesal, ali yang duduk di meja kerjanya melempar bara yang tengah duduk di atas kasurnya dengan sebuah pulpen yang kebetulan berada diatas meja kerjanya. Pulpen itu mendarat tepat dipelipis bara yang tengah mengoceh dengan lebaynya. "ADAWWW, shh sakit bego li". Bara mengusap usap pelipisnya hasil kejahatan ali.

Ali terbahak ditempatnya melihat wajah lucu bara saat meringis. "Siapa juga yang lagi ngelawak. Lucu lo." Ali berdeham pelan untuk menghilangkan bekas bekas tertawanya. "Ya lagian elo kalo ngomong itu dikondisikan tolong. Alay banget sih. Emangnya kenapa kalau dia tuh prilli. Lo bukannya ngasih gue solusi malah makin bikin kepala gue tambah pusing", omel ali.

Sekarang gantian bara yang cekikikan walau sambil sesekali meringis. "Sorry sorry. Abisnya gue kan gak tau kalau dia yang namanya prilli. Lagian elo bukannya ngasi makan gue dulu. Malah bawa kekamar lo dan langsung cekokin gue permasalahan lo. Gue tuh kesini mau numpang makan kali li. Masa lo gak peka sama gue elah".

Ali memutar bola matanya malas lalu bangkit dari duduknya dan mengarah ke pintu. "Eh eh mau kemana lo. Gue laper nih".

"Tadi lo bilang mau makan. Yaudah ayo."

Bara melompat turun dari kasur ali dan segera menyusul langkah ali yang terlebih dulu keluar. Saat dia keluar dari kamar ali, dia melihat bahwa ali menatap intens yang katanya ali itu baby sitternya al. Bara melihat kalau prilli sedikit salah tingkah ditatap begitu oleh ali. Bara hanya tersenyum dalam hati. Dia bisa melihat seperti apa kedepannya nanti kehiduan temannya itu.

Setelah al dan prili menghilang di balik pintu kamar al, mereka pun melanjutkan jalannya.

Sesampainya di bawah, tepatnya di ruang makan. Dengan girang bara melompat ke salah satu kursi yang ditarik ali keluar--niatnya buat duduk ali.

Ali menggeram rendah. "Udah kaya bocah aja sih lo bar".

Bara hanya cengengesan. "Orang laper mah bebas yee". Ucapnya sambil menepuk perutnya pelan.

Segera saja bara menyendoki nasi serta lauk pauknya dengan porsi untuk dua orang. Lalu segera melahapnya dan mendesah nikmat saat nasi dan lauknya tertelan masuk kedalam perutnya. "Emang paling top deh masakan si bibi".

Ali hanya menggeleng takjub melihat porsi makan temannya itu. Emang bara kalo udah makan kaya kingkong gak makan sehari. Ck. Pikir ali.

Ali menuang air putih ke gelasnya. Dia menegak sampai isinya tersisa setengah. Keheningan mengisi ruangan itu.

Bara masih asik dengan makannya. Dan ali yang kini malah berkutat dengan pikirannya. Dia masih pusing saat mengingat lagi permintaan talitha disurat itu. Aduh lit, kenapa permintaan kamu aneh banget sih. Aku itu gak bisa lupain kamu gitu aja. Dan langsung gantiin prilli jadi pengantin wanitanya. Aku masih pengen kamu yang jadi pengantin aku--walau itu gak mungkin.

Duh bisa mati karna pusing ini gue kalo gini terus mah, batin ali sambil mengusap dahinya.

Dia membuang nafas kasar saat memikirkan itu. Dia tidak sadar kalo sekarang bara tengah menatapnya prihatin. Bara sudah menyelesaikan makannya memang.

Tiba tiba ali dikejutkan dengan suara sendawa keras dari bara. "Astagfirullah setan. Lo biasa aja tolong bar. Dokter tapi kok jorok banget sih bar. Ampun deh punya temen kaya lo". Ali mengomel sambil melempari tisu bekasnya kearah bara yang cengengesan.

"Gue sengaja kali li. Elo sih kaya nya hidup menderita banget", ucap bara santai sambil meneguk air putihnya.

Ali mendengus keras keras. Dia menyandarkan lehernya ke kursi sehingga kepalanya mendongak keatas menatap nyalang langit2 ruang makannya. "Coba lo diposisi gue bar. Kalo lo gak pusing setengah mati. Kalo kata anak muda sekarang sih gue itu lagi dilema".

Bara mendecakkan lidahnya mendengar suara ali yang sarat akan frustasi. "Yaelah bro. Kaya ABG labil lo pake dilema segala". Bara menggeleng geleng dramatis. Ali hanya menoleh sebentar kearah bara lalu lanjut memandang langit2. "Hidup itu dijalanin aja udah kaya gimana air ngalir. Ikuti aja skenario yang udah dibikin tuhan untuk hidup lo. Gue yakin suatu saat hidup lo bakal bahagia yang gak ada ujungnya".

"Elo sih ngomong gampang". Ali menegakkan duduknya. Dan kini malah menopangkan dagunya dengan kepalan tangannya menghadap ke bara. "Gue yang ngejalanin susah setengah idup. Kenapa hidup gue jadi kaya drama drama gini deh bar. Pusing gue pusing". Oceh ali sambil mengacak acak rambutnya sehingga kini rambut ali terlihat seperti sarang burung.

"Gini deh li. Kenapa lo gak coba aja deketin prilli. Bikin hari hari lo diisi dengan itu cewe. Entar lama kelamaan juga lo bakal ngerasa nyaman sama dia. Dan dengan begitu tumbuh deh rasa suka lo kedia." Bara menatap intens kearah ali. "Karna menurut gue, rasa cinta itu muncul karna terbiasa. Siapa tau aja lo beneran jatuh cinta sama dia. Dan lo bisa nikahin itu cewe karna rasa cinta bukan karna kepaksa atas permintaan talitha."

Ali merenung sebentar. Kalo difikirnya sih ide bara ada bener nya juga. Kenapa dia gak coba buat deketin Prilli dan ngebiasain hidup di dekat cewe itu.

Ali mendesah keras. "Argh tau ah bar. Pusing gue pusing!!!".

.
.
.
.
.
.
.
.

Vommentnya bisa kali biar nambah semangat:))

Buat naik juga rank jadi 100 besar gak stuck di 400 an hehe

Oke ditunggu ya nextnya. Doain aja gue bisa cepet nyelesain urusan buat masuk SMA.😅🙏

Lope lope

QWSya_

I Love You, Baby SitterWhere stories live. Discover now