13

7.8K 420 11
                                    

Sorry for typing and late update.

Hopping you enjoy and like this

Ps: Dio on mulmed ya
_______________________________________
Setelah memeriksa semua pasiennya yang sudah membuat janji padanya. Dia pun kembali berjalan menuju ruangan kekasihnya. Dia sangat mengkhawatirkan nya.

Sungguh.

Melihat kekasihnya yang selama ini menyimpan dan menampung bebannya sendiri, membuat ali merasa marah pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa talithanya itu menyimpan rahasia yang sangat berat-menurut ali-sendirian. Dia kecewa karna kekasihnya itu gak mau terbuka padanya. Padahal mereka sudah berjanji untuk tidak menyimpan rahasia mereka satu sama lain. Dan mereka sudah berjanji untuk membagi beban mereka dan berjanji untuk melewatinya dan menuntaskannya bersama. Tapi apa? Kekasihnya malah menyembunyikan penyakitnya dari dirinya.

Meskipun dia merasa kecewa tapi dia mengerti. Mungkin kekasihnya itu gak mau bikin dia khawatir. Dan mungkin saja kekasihnya itu tidak mau sifat overprotectivenya keluar. Dia tersenyum mengingat sifat overnya yang akan keluar jika terjadi sesuatu pada kekasihnya itu.

Setelah berada tepat didepan ruangan kekasihnya dia segera membuka pintunya dan tersenyum mellihat kekasihnya sedang bersandar di brangkar dan sedang membaca novel.

Talitha yang menyadari jika ada orang yang memasuki ruangannya segera beralih dari novek tebal ditangannya kearah pintu. Seketika dia tergagap melihat ali. Dia takut alinya bertanya lagi tentang penyakitnya. Padahal selama ini dia sudah berusaha mati matian untuk menyimpan rahasia penyakitnya itu sendirian. Tapi karna kemaren dia teledor sampai lupa meminum obatnya. Jadinya dia begini sekarang, penyakitnya kambuh dan sialnya kekasihnya-ali adalah seorang dokter yang bisa dengan cepat mendiagnosa penyakit sipenderita, seperti dirinya.

Ali segera berjalan cepat menuju talitha dan mendudukkan dirinya dikursi disebelah brangkar talitha.

Ali memandang lembut talitha dan tersenyum. "Kamu udah enakan? Gimana? Mau minum gak?"tanyanya beruntun.

Talitha menghembuskan nafasnya pelan, yang tanpa disadarinya dia menahan nafasnya sejak melihat keberadaan ali. Dia mengangguk dan membalas tersenyum pada kekasihnya. "Iya. Lumayan lah, udah rada enakan gitu".

Ali mengambil telapak tangan talitha yang terasa dingin ditangannya yang hangat dan menggenggamnya lembut. Sesekali dia juga mengecup lembut punggung tangan talithanya. "Syukur deh kalo kamu udah mendingan. Kamu tau gak? Aku tuh khawatir banget sama kamu. Apalagi saat mengetahui bahwa kamu punya penyakit liver?"tanya ali yang merendahkan nadanya diakhir kalimat dan mengangkat alisnya sebelah.

Talitha yang tadinya merasa aman seketika mendadak tegang, kaku. "Ka..Kamu tau dari mana?" Bodoh lit, dia kan dokter. "Em..e...e. Mak..maksud aku..kamu...aku minta...maaf." dia menundukan wajahnya dalam2. Dia gak berani melihat mata ali yang berubah tajam. "Aku cuma gak mau bikin kamu khawatir. Itu aja gak ada maksud lain". Talitha menegang sesaat ali berdiri dan memeluknya dengan erat. Air mata yang ditahannya mati matian akhirnya lolos juga begitu saja. Tak ada isakan cuman air yang mengalir membentuk aliran sungai kecil dipipinya.

Dia membalas pelukan ali tak kalah erat. Seolah itulah penopang dia hidup. Bahkan memang itulah penopang hidupnya. Tak ada keluarga, ayah, ibu, atau kakak dan adik. Hidup sebatang kara sejak kecil menjadikannya kesepian. Saat bertemu ali lah dia merasa tidak sendirian hidup didunia ini.

Ali mengecup sayang puncak kepala talitha. "Gak papa. Maafin aku yang kemaren ngomong tinggi sama kamu. Mungkin aku udah ngelukain hati kamu. Tapi aku gak sengaja. Aku kemaren bener2 panik. Maafin aku ya",ujarnya dengan nada lembut bagai permen kapas.

\*\*\*\*\*\*\

Prilly terperangah saat melihat orang yang mengetuk pintu apartnya sahabatnya itu. Dia segera merubah muka kagetnya menjadi datar.

"Hai", sapa sipengetuk pintu itu halus.

Prilli mendumel dalam hati, sok manis dasar. Jijik aku yatuhan. Dengan memutar bola matanya. "Ngapain lo kesini?tanyanya galak."

"Wedewww galak bener mbak. Gue mau ketemu gino. Ada gak dianya",tanpa menunggu jawaban prilli, Dio-sipengetuk pintu tadi segera melangkah kedalam mengacuhkan muka cengo prilli. Sesaat tersadar prilli segera mengejarnya kedalam setelah menutup pintunya terdahulu.

Sesampainya di dalam prilli melihat dio sudah asik bergabung dengan gino dan al. Prilli heran kenapa sahabatnya itu bisa2nya memperbolehkan pria brengsek itu masuk ke apartemennya. Secara pria brengsek itu mantan kekasihnya prilli. Dan seingat prilli gino adalah salah seorang yg paling membenci dio karna sudah menyakiti prilli. Tapi ini? Gak bisa dipercaya.

Gino diam2 tersenyum dalam diamnya. Dia memang sengaja memperbolehkan dio mendatangi apartemennya. Setelah menjelaskan alasan dio memutuskan prilli--dan meminta bantuan pada gino untuk membantunya mendekati prilli lagi, gino pun memilih memaafkan dio dan memahami alasan dio yang sebenarnya melindungi prilli juga secara tak langsung dari mantan2 bar barnya dio.

"Prill buatin minum kek untuk tamu. Gue ini tamu lho, yang datang jauh2 cuman buat nemenin sahabat lo ini buat main ps" ujar dio yang matanya masih asik kearah tv yang menayangkan permainan psnya bersama gino. Diam2 dia melirik prilli sambil tersenyum penuh arti.

Prilli melotot garang kearahnya. Heh enak aja, dia pikir dia tuan rumah disini hah? Main nyuruh orang seenak udelnya aja, batin prilli ngedumel. "Emang lo siap--",aksi protesan prilli dipotong oleh gino.

"Iya prill, lo ini tamu masa gak dikasi minum sih. Ambilin gih, gue juga aus nih",ujar gino yang terdengar bersekutu dengan dio menurut Prilli.

"Iya nti al juga aus nih. Al mau jus jeruk ya",pinta al yang sepertinya berada didalam kubu gino dan dio.

Duh... al ngapain ikutan juga sih, jadi disini gaada yang dikubu gue gitu? gerutu prilli dalam hati.

Tanpa menjawab dan dengan ogah2an prilli berjalan kearah dapur dan membuatkan minuman untuk itu pria tiga.

Setelah hampir 1 jam prilli duduk dengan hanya memainkan hp nya dan ketiga pria itu yang masih asik dengan dunianya, suara bel yang nyaring membuat prilli menghembuskan nafasnya lega. Akhirnya sikutu dateng juga, batin prilli.

Dia tadi memang sempat me-line sandra untuk menyuruhnya datang ke apart gino untuk menemani dia yang gabut. Prilli membuka pintu apart gino dan segera menyuruh sandra masuk.

Setelah mereka berdua duduk disofa gino dengan anteng. Dan menyapa gino serta 2 tamunya--al dan dio. Prilli juga kaget saat melihat sandra yang nampak tenang saat melihat mantannya itu. Seolah sandra sudah memaafkan dio saja. Tapi prilli tak mau ambil pusing.

"San, jalan yok. Gabut gue, ke mall gitu belanja kita?"tanyanya sambil memainkan alis matanya naik turun.

"Ehem, ayok dah. Gue juga gabut. Lagian mau ada yang dibeli juga", setelah mendengar penerimaan sandra, mereka pun segera bersiap untuk pergi.

"Al onti mau pigi bentar ya. Kamu disini aja ya main sama om gino"pinta prilli. Dia beralih ke gino. "No gue nitip al ya. Bentaran doang ya..ya"pintanya dengan mata andalannya-puppy eyes.

Gino memutar matanya malas, namun sedetik berikutnya dia membuat wajahnya menjadi cerah. "Gimana kalo kita ikut juga. Bosen gue dirumah mulu. Yok yo, al kita cabut",ajaknya pada al dan dio. Prilli membulatkan matanya sedangkan sandra tersenyum penuh arti setelah mendapat kode2 dari gino.

"Yaudah no, yo, al, yok dah buruan. Kita keluar diluan ya",dia segera menarik tangan prilli keluar. Prilli menghembuskan nafasnya kasar. Tidak bisa menolak kalo sudah begini. Dia pun segera mengajak al keluar bersamaan dengan dia yang ditarik sandra.

Gue kambekh kannnnn.

Gimana? gimana? Udah terobati akhirnya kangen gue buat ngetik lagi.

Ehm btw yang ngetuk apartnya gino mah dio a.k.a mantannya prilli. Bukan abang ali kita:( wks maapkeun sahaya.oke udah dulu ngocehnya

Tbc

Lope lope,

QWSya_

I Love You, Baby SitterWhere stories live. Discover now