Bab 1. Crush On You

78.1K 3.8K 137
                                    

Lengang toko buku yang cocok untuk terpaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lengang toko buku yang cocok untuk terpaku. Melamun. Atau membatin sesuatu. Termasuk memberi penilaian. Itu yang Aluna lakukan sekarang. Batin gadis itu menilai. Dia mengangguk sambil menggigit bibirnya dan sesekali melirik pria yang berdiri di sampingnya.

"Dunia yang Engkau ciptakan ini begitu luas. Engkau pun menciptakan begitu banyak manusia. Lalu kenapa aku harus melihatnya lagi? Pria itu Tuhan...pria yang waktu Engkau membagikan ketampanan dia pasti mengantri paling depan. Tubuh tinggi, badan yang bagus. Apakah six-pack inside?"

Aluna terus mengamati melalui ujung matanya.

"Rambut hitam yang tak terlalu rapi. Dan hidung itu? Pinokio meminjaminya atau bagaimana?"

Aluna tertawa dalam hati. Dia menegakkan tubuhnya dan mengembalikan novel historis di tangannya ke rak. Dia merasa jengah karena dia sudah bertemu dengan pria itu sebanyak tujuh kali. Kalau minum obat, bisa diibaratkan, dia sudah overdosis.

Di Perpustakaan Nasional, museum, kantor pos, bank, taman kota, food court, dan sekarang di sini...toko buku.

What the...

Kebetulan yang bertubi-tubi.

Pria itu masih berdiri di sana. Berdiri di depan rak novel-novel romantis. Mengingat tidak banyak manusia berjenis kelamin pria yang menjadi kutu buku, maka Aluna berpikir, pria itu pria langka yang romantis. Aluna membayangkan pria berpakaian ala Duke abad pertengahan. Gagah dengan pedang dan kudanya.

"I'll challenged myself to stand next to him."

Aluna melangkah pelan lebih mendekat ke rak novel romantis. Atau lebih tepatnya lebih mendekat ke pria itu.  Dan kalau menurut hitungan tukang bangunan, mereka akhirnya hanya menyisakan jarak dua ubin saja. Jarak yang cukup bagi indera penciuman Aluna untuk merasakan wangi vanilla yang menguar dari tubuh pria itu. Wangi yang terhitung lembut untuk seorang pria. Aluna juga membandingkan tinggi badan mereka dan menemukan kenyataan dengan cepat bahwa tingginya hanya sedada pria itu.

Aluna menghela napas pelan ketika tiba-tiba pria itu meliriknya.

Dingin.

"Duh..." Kata itu meluncur dari mulut Aluna pelan.

"Kita bertemu tujuh kali ya?"

Aluna membeku ketika pria itu sudah berdiri di belakangnya dan mengucapkan kalimat yang sejak tadi juga memenuhi kepalanya. Bagaimana mungkin mereka bertemu tujuh kali tanpa sengaja seperti itu?

Aluna menoleh ke kanan dan ke kiri. Pria itu menghilang saat Aluna sibuk dengan pemikiran dan kebingungannya.

Aluna menekan dadanya pelan. Ada desir sakit ketika pria tak terlihat lagi. Mungkinkah kebetulan itu bisa terjadi delapan kali?

Aluna membatin kata-kata yang sebenarnya lebih pada her wish. Entahlah. Aluna melangkah gontai sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Berharap pria itu masih ada di suatu sudut di toko buku itu. Tapi, pria itu benar-benar menghilang. Aluna yang celingukan sejak tadi tidak menemukan pria itu di manapun.

"Aluna Anandara, ada apa denganmu, huuh?"

Crush.

Aluna tertegun dan tangannya diam memegang buku-buku yang tertata rapi di depannya. Dia menggeleng kuat.

"Hidupku sudah ruwet. Dan kenapa aku harus mengalami hal seperti ini? Aku sungguh tidak punya waktu untuk hal seperti ini. Tapi kenapa hati ini tidak bisa diatur?"

*

Gadis mungil.

Itu yang terpikir di benak Bara sekarang.

Rambut hitam panjang khas gadis baik-baik. Baik menurut standar Bara. Kulitnya tidak bisa dibilang putih tapi bersih dan sepertinya terawat. Dan mata gadis itu cemerlang. Saat gadis itu melirik dengan ujung matanya, Bara langsung teringat Milo, kucing jantan berjenis Persia miliknya.

Gerak-gerik gadis itu lucu. Bara berpikir bahwa gadis itu melihatnya layaknya dia kuman paling mematikan di dunia. Gadis itu juga terlihat menautkan alis tanda heran. Bara langsung berpikir gadis itu mengenalinya dan menjadi heran mengapa mereka bertemu begitu sering.

Bara tertawa pelan. Dia ingat dengan jelas dia bisa mendengar detak jantung gadis itu menjadi begitu cepat ketika dia mendekat ke belakang gadis itu. Bara merasa gemas karena gadis itu seperti mengamati dirinya dalam diam dan memberi penilaian sesuka hatinya. Karenanya, Bara beringsut dan berhenti di belakang gadis itu dan berbisik padanya tentang berapa kali mereka bertemu.

Dan setelahnya Bara merasakan andrenalin nya terpacu kuat bersamaan dengan dia yang keluar dari toko buku. Meninggalkan gadis itu, gadis yang terlalu sibuk dengan isi kepala dan lamunannya.

Bara menunggu di depan toko buku. Demi memenuhi rasa penasarannya.

*

Ya Allah.

Sungguh aku pernah menulis cerita seperti ini.

Hedew...sungguh tak bisa berkata-kata aku.

Pengen rasanya nyungsep.

Yang pengen ini repost, silahkan nanti ngakak rame-rame.

Ya Allah...ingin ku teriak....

Kemenangiiiiis....

Kemenangiiiiis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👑🐺
MRS BANG

ALUNA UNTUK BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang