Bab 3. Counting Every Minutes

52.9K 2.8K 108
                                    

"Tapi saya maunya pangeran tampannya seperti om itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tapi saya maunya pangeran tampannya seperti om itu."

Aluna menoleh ke arah pintu dan terhenyak. Buku dongeng putri tidur di pangkuannya bahkan sampai jatuh ke lantai. Aluna mengambil buku itu dan menatap Cindy, muridnya yang periang, yang baru saja menunjuk sosok Bara yang sudah berdiri di dekat pintu. Bara tersenyum tepat saat bel sekolah berbunyi.

Aluna segera menguasai dirinya dan membubarkan kelas. Dia mengantar anak-anak didiknya kepada orang tua mereka yang sudah menunggu. Aluna melirik Bara yang terlihat cepat akrab dengan murid-muridnya. Pemuda itu ikut mengantarkan mereka dan bertingkah lucu hingga anak-anak tertawa. Bara segera menjadi pusat perhatian ibu-ibu muda yang ada di tempat itu. Aluna menghela napas panjang dan menunggu hingga sekolah benar-benar kosong sebelum dia berbalik ragu dan mendekat ke arah Bara.

"Mau apa?" Aluna menatap Bara dengan tatapan heran.

"Kamu ga balas pesanku." Bara berusaha memutus sikap formal yang selalu ditunjukkan oleh Aluna.

Aluna bergumam lirih.

"Lupa." Aluna melewati Bara dan masuk kembali ke kelas. Dia membenahi tas dan buku-bukunya dan dengan gesit dia membenahi kelas yang sedikit berantakan.

"Lupa?"

Bara membantu Aluna membenahi kursi-kursi mungil milik anak-anak didik Aluna.

"Hmm." Aluna mengangguk tanpa menoleh ke arah Bara. Dan terdengar lenguhan putus asa dari pemuda yang sekarang sedang meregangkan tubuhnya. Aluna menyandang tasnya dan berjalan keluar. Mengabaikan Bara yang melongo dan merasa diacuhkan. Bara mengikuti Aluna yang berjalan di sepanjang koridor. Dia terduduk di bangku panjang di depan ruang guru.

Aluna masuk ke ruang guru dan baru keluar 10 menit kemudian. Dia menatap heran pada Bara yang masih setia duduk di bangku panjang di depan ruang guru itu.

"Sudah?"

Bara beranjak dan menyambar tangan Aluna. Aluna terseok mengikuti Bara yang membawanya ke halaman sekolah. Bara membawa Aluna menghampiri sebuah mobil dan membuka pintu untuk gadis itu yang terpaku. Bara mendorong tubuh Aluna perlahan dan Aluna berakhir duduk di bangku depan dengan wajah keheranan.

"Mau kemana?" Aluna bertanya dengan suara tercekat. Dia menatap Bara yang terlihat tenang dan mulai melajukan mobilnya keluar dari halaman sekolah.

"Menculik kamu lah." Bara menoleh sejenak dan tersenyum jenaka.

"Eh?"

"Karena kamu lupa balas pesan."

"Oh. Mana bisa seperti itu?"

"Barawala Borgoiba bisa melakukan apapun."

Bara menepuk dadanya congkak. Tapi dia berakhir tertawa keras. Aluna tahu Bara sedang melucu. Aluna membuang pandangan matanya keluar melalui kaca jendela mobil. Dia tersipu dan merasa Bara bukan tipe pria
yang bisa bersikap sombong. Gayanya sangat aneh dan canggung dan seketika Bara terlihat malu setelah melakukannya.

ALUNA UNTUK BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang