Dalam sebuah dinasti keluarga bilyuner, milyuner atau keluarga ningrat dan keluarga jelata sekalipun, selalu ada istilah pada suatu masa.
Flashback on
Dua orang laki-laki berdiri dengan jarak kira-kira 3 meter. Di hadapan mereka terhampar tanah kosong seluas mata memandang. Laki-laki di sebelah kanan berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Sedang laki-laki yang satu lagi berdiri dengan berkacak pinggang. Di belakang mereka ada dua mobil mewah terparkir lengkap dengan seorang supir dan beberapa pengawal yang berdiri dengan angkuh memperlihatkan sikap siaga mereka.
Pemandangan seperti itu hanya ada dikalangan orang ber uang yang mampu dan merasa harus mempekerjakan orang-orang untuk sebuah perlindungan dan pengawalan. Dua mobil pengawal terparkir tepat di belakang mobil mewah tersebut.
Teddy Widjaja Borgoiba dan Daniel Absalom Sandjaya.
Dua orang karib yang mengarungi persahabatan melewati rentang waktu yang tidaklah sebentar. Kini mereka harus merasakan dinginnya sikap sebuah perseteruan.
"Tidak cukupkah kau mengusik ketenangan ku diam-diam?Berapa kali hal seperti ini terjadi? Ini yang terbesar dan aku tidak bisa diam lagi."
Suara tenang Teddy Borgoiba memecah sunyi dan melayang bersama angin yang menerobos hutan bambu yang terhampar di kejauhan.
"Seharusnya kau tak perlu kaget dengan hal seperti ini. Ini sangat wajar terjadi dalam dunia bisnis, kawan."
Pria yang satunya lagi mengeluarkan jawaban dengan suara serak yang berat. Daniel Sandjaya menyedekapkan tangannya.
"Hatimu sudah mati oleh rasa sakit hati. Aku selalu berpikir kau orang yang sangat pandai menyikapi sebuah masalah, tapi aku salah."
"Sekali lagi, aku hanya manusia. Iblis bisa saja merasuki diriku ketika aku dalam keadaan harus menahan amarah."
"Aku benar-benar tak menyangka kelicikan mu dalam merebut lahan ini. Aku tahu kau sangat berambisi dengan kesuksesan, tapi sungguh aku tak menyangka kau menghalalkan segala cara."
"Selalu ada yang berubah dalam diri seseorang sesuai dengan suasana hati, Teddy. Aku tidak bisa menyangkalnya."
Helaan napas terdengar.
"Baiklah kalau harus seperti ini. Kau sudah mengambil jalanmu dan aku tidak bisa lunak untuk hal ini. Aku akan mengingatnya sebagai noda dalam persahabatan kita Daniel. Dan aku akan pastikan akan selalu ada Borgoiba Group membayangi setiap jengkal usahamu."
Teddy Borgoiba berbalik dan melangkahkan kaki menuju mobilnya. Pria itu masuk ke dalam mobil dan memerintahkan supir untuk menjalankan mobilnya. Ke empat pengawal segera bergerak menuju ke arah mobil mereka yang terparkir tepat dibelakang mobil sang Bos Besar. Mobil mereka mengikuti mobil sang majikan hingga menghilang di tikungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA UNTUK BARA
Roman d'amourKonon katanya, pertemuan tanpa sengaja lebih dari tiga kali adalah sebuah pertanda. Pepatah itu diyakini oleh Aluna Anandara dan Barawala Borgoiba. Dan ketika hal itu terjadi kepada mereka, mereka mengambil sikap yang berbeda. Sebagai seorang gadis...