Rutinitas yang berubah.
Menemani ibu mertua memasak dan sarapan setiap pagi.
Aluna berlari kecil melintasi koridor yang menyambungkan rumah yang dia dan Bara tempati dengan rumah mertuanya. Dia baru saja selesai menemani ibu mertuanya sarapan dan menyiapkan obat untuknya.
Aluna masuk ke rumah dan langsung menuju kamar. Bara terlihat sedang membenahi beberapa map dan memasukkannya ke dalam tas kerjanya.
"Kau sudah menyusun jadwal?"
Aluna mengangguk dan memeluk Bara dari belakang. Mengikuti kemanapun Bara melangkah.
"Seharusnya aku tidak mengambil cuti terlalu lama." Aluna mencebik lirih. Bara tertawa pelan.
"Kau bisa berbelanja. Atau..."
"Tidak mau."
"Huum. Tinggal 2 hari lagi dan kau balik mengajar. Atau mau ikut ke kantor?"
"Tidak mau."
"Semua tidak mau. Lalu maunya apa?"
"Huuum...di rumah."
"Nanti bosan."
Aluna mengangguk-angguk dan itu membuat Bara gemas bukan main. Istrinya yang kebingungan dan bertingkah tidak jelas. Bara menarik Aluna ke sofa dan mendudukkannya di pangkuan. Mereka saling tatap dan berdiam diri. Sepuluh hari pernikahan yang panas membuat mereka menjadi sulit untuk saling meninggalkan. Bara jelas sudah memulai bekerja pada hari ke 3 semenjak mereka menikah. Namun Aluna mengambil ijin cuti menikah dan cuti tahunan berbarengan. Dan pada kenyataannya, mereka bahkan tidak bisa pergi kemanapun karena Bara memiliki jadwal penting penandatanganan beberapa kontrak kerjasama dengan perusahaan dari luar negeri.
Mereka terjebak dalam pernikahan dengan jadwal hidup yang sibuk. Aluna memakluminya dan mencoba menyibukkan diri dengan berkebun, berdiam diri di perpustakaan rumah dan lain-lain.
"Aku ga papa Mas. Tapi nanti aku mau ketemu Firli sebentar di tempat kerjanya."
"Bawa supir sama satu orang buat jagain kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA UNTUK BARA
RomanceKonon katanya, pertemuan tanpa sengaja lebih dari tiga kali adalah sebuah pertanda. Pepatah itu diyakini oleh Aluna Anandara dan Barawala Borgoiba. Dan ketika hal itu terjadi kepada mereka, mereka mengambil sikap yang berbeda. Sebagai seorang gadis...