Bab 2. Weird

57.5K 2.9K 136
                                    

"Hai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai. Aku Bara."

Sebuah tangan terulur tepat ketika Aluna hendak keluar dari toko buku. Dan suara bariton itu, Aluna tahu siapa pemiliknya tanpa harus melihat wajahnya.

Pria itu.

Suara dan uluran tangan nya tak urung sukses membuat Aluna kaget dan menjatuhkan semua barang bawaan yang ada di tangannya.

Aluna hanya berdiri terpaku sementara pria itu segera berjongkok membenahi barang-barang yang berserakan dilantai.

"Ternyata kamu teledor sekali ya..."

Haaaaah...? Teledor?

Well. Aluna membisu. Dia merasa dia orang yang lumayan rapi dan menyukai segala sesuatu yang terkoordinir dengan baik. Dan sekarang pria itu bilang bahwa dia teledor? Dia kaget bukan teledor.

"Ya Tuhan..ini kan gara-gara dia mengagetkan aku. Lalu kenapa aku yang dibilang teledor? Benar-benar kelewatan." Aluna merutuk dalam hati dan sedikit kesal ketika pria itu menjatuhkan penilaian padahal belum mengenal dirinya. Dan penilaian itu terungkap dengan kata-kata bukan hanya di batin saja.

Aluna masih sibuk dengan pikirannya sendiri ketika pria itu menjentikkan jarinya tepat didepan wajahnya dan sukses membuat Aluna mengerjap karena kaget. Dan dalam hitungan menit sudah dua kali Aluna merasa kaget.

"Ini."

Pria itu tersenyum sambil mengulurkan barang belanjaan Aluna. Setumpuk buku untuk malaikat-malaikat kecilnya di sekolah. Dia akan membagikannya besok.

"Oh! Terima kasih."

Aluna menerima buku-buku itu dan ingin segera berlalu dari tempat itu. Tapi gerakan Aluna urung saat melihat pria itu mengulurkan tangan ke arahnya.

"Barawala. Kamu?"

Aluna menatap tangan pria bernama Barawala itu lama. Lalu tatapan Aluna beralih ke wajah pria itu. Wajah ramah dengan senyum manis. Mata pria itu bening. Warna mata yang unik. Abu-abu. Batin Aluna menyebutkan kalimat yang terpatah patah. Menilai satu demi satu.

"Aluna."

Aluna membalas singkat dan menarik tangannya cepat sambil mengangguk kecil. Dia berdeham pelan ketika Bara tidak berhenti menyunggingkan senyum. Salah satu senyum paling manis dari sekian banyak senyum manis yang pernah Aluna temui. Dua lesung pipi di dekat bibir. Tidak sama. Di sebelah kiri tidak terlalu dalam. Samar. Bagian kanan cukup dalam tapi dua-duanya menarik. Aluna kembali menilai dalam hati.

"Nama yang cantik. Secantik yang punya."

"Klise." Batin Aluna menyahut cepat. Kata-kata Bara terdengar seperti suara kain yang sengaja disobek dengan sangat panjang. Nyaring. Biasa saja karena banyak yang akan bilang seperti itu ketika pria berada di situasi yang sama. Gombalan tahun 70 an.

"Kamu sudah selesai belanja? Atau...masih mau pergi ke suatu tempat?"

"Aku sudah selesai dan sebaiknya aku pulang sekarang." Aluna menghela napas dan menambahkan kalimat tidak baik berbicara dengan orang asing di batinnya.

ALUNA UNTUK BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang