Semarang juga ikut memanas pasca kematian perwira tinggi Angkatan Darat. Semua hal berbau komunis atau kaum merah dibakar. Warung Mei pun jadi sasaran. Warung itu dibakar dan Mei dipaksa keluar.
"PKI kowe !"
"Gendak PKI ! Keluar kowe."
Mei tak bisa berkata apapun. Massa beringas memakinya. Juga menghancurkan warungnya.
"Kamu orang PKI kan? Ayo ngaku !""
"Saya bukan PKI. Saya bukan anggota PKI Pak, ampun."
Mei hanya bisa menangis. Hidupnya dihancurkan. Mei dianggap komunis, meski Mei tak tahu apa itu komunis dan tak pernah beri tanda tangan apapun di kertas kaum merah. Mei jadi sasaran kemarahan. Mei jadi korban kebodohan orang Indonesia yang tukang menuduh tanpa berpikir panjang. Orang-orang yang tidak bisa bedakan mana komunis dan mana yang bukan. Orang-orang yang hanya tahu, orang yang dekat dengan orang komunis ya berarti komunis. Orang-orang dengan akal pendek dan mata tertutup pada dunia luar.
Mei lalu diamankan oleh Polisi. Jelang tengah malam, Mei diam-diam dijemput dan dibawa ke belakang kantor sebuah Partai. Mei dimasukan ke sebuah kamar. Arjuno lalu muncul. Mei agak terkejut melihat pria menyebalkan itu.
"Mei, turuti aku. Kau tidak akan dapat masalah lagi."
Mei hanya terdiam. Mei tahu apa yang diinginkan laki-laki bejat ini. Sebuah persetubuhan. Arjuno membuka bajunya. Lalu celananya. Dia mendekat pada Mei dengan penuh percaya diri. Sebotol kecil obat kuat baru saja dia habiskan, jadi dia siap menerkam mangsanya. Mei pun tak berdaya. Arjuno pun semakin merajalela. Satu persatu kancing daster Mei dicopot Arjuno. Celana dalam Mei dirusak. Nafsu Arjuno yang sekian lama tak tertahan pun meledak. Arjuno lalu menyetubuhi Mei dengan buasnya. Tanpa kehangatan kecuali nafsu yang membabi-buta.
Mei hanya bisa diam. Dia tampak begitu lemah. Dia mulai menderita sejak kehilangan warungnya. Kini dia kehilangan kebebasannya. Mei tak bisa lagi berdoa dan minta perlindungan. Tak satu pun melindunginya dari nafsu birahi Arjuno.
Begitu nafsu tersalur, Arjuno pergi dan Mei hanya terkapar polos di ranjang belakang kantor partai. Mei tak dikembalikan ke sel kantor polisi namun jadi barang rampasan ketua partai baru, yang tak lain adalah Arjuno. Kapan saja Arjuno mau, Mei akan jadi budak birahinya.
***
Kerinduan Item pada Mei mencapai puncaknya. Pada kolonel Sarwo Edhi, Item pamit sebentar ke Semarang sebentar. Item diijinkan bahkan diberi pinjaman jeep. Begitu dapat ijin Item berangkat. Setelah isi bensin, Item melaju menyusuri Sleman, Muntilan, Magelang, Ungaran dan akhirnya Semarang. Item lalu menyusuri jajaran warung, dimana warung Mei berada.
Item terkejut dan menyaksikan warung Mei porak-poranda. Ikut memeriksa warung itu. Item merasa, belum sehari warung itu dibakar. Beberapa warga sok tahu yang berjaga memaki.
"Hei, ngapain kamu?"
"Saya intel ABRI, mau periksa situ mau apa?"
Setelah lihat kartu anggota, pistol dan HT yang dipinggang Item mereka semua percaya. Dasar orang Indonesia sok tahu.
"Kemana orang yang punya?"
"Di kantor polisi Pak."
Item lalu ke kantor polisi. Sampai sana Item perkenalkan diri. Item bertanya soal perempuan yang sore tadi diawa ke kantor itu. Item bertanya dengan sopan, namun polisi disana tampak kalang kabut. Tak berani jawab. Item lalu mengancam.
"Saya kenal satu jenderal polisi di Jakarta, dia bisa pecat kalian kalau kalian tidak katakana dimana perempuan yang seharusnya kalian tahan tidak disini. Saya catat nama kalian sekarang."
Semua ketakutan. Akhirnya salah seorang maju. Dan memberanikan diri memberitahu karena takut kehilangan pekerjaan jadi polisi.
"Dia dibawa ke Pak Arjuno Pak. Ketua Partai Baru, Pak."
Item kesal dengar nama Arjuno, kantor polisi terkutuk itu pun ditinggalkan. Item tahu apa yang dilakukan Arjuno pada wanita yang dicintainya itu.
Item lalu berputar Semarang. Melihat kondisi Semarang yang agak mencekam. Jeep Item akhirnya menuju ke arah Candi. Jeep Item berhenti di depan rumah Arjuno. Item mengetuk pintu. Dan Nyonya rumah dengan kesal menjawab dari dalam.
"Bapak tidak ada."
Item mengetuk lagi. Item nampak kesal. Akhirnya, batang hidung si Nyonya Rumah muncul. Nyonya rumah terkejut dengan pria yang dilihatnya di depan pintu.
"Masuk, Mas."
Item masuk dan menutup pintu. Lalu membuka bajunya. Nyonya Rumah, rupanya kembali seperti Sri yang di kapal lima tahun silam. Ingin selingkuh lagi. Karena selingkuh itu indah. Sri juga melepas dasternya. Hingga hanya celana dalam dan kutang saja yang tersisa. Mereka saling berciuman dan memeluk. Mereka berguling di atas karpet.
Item tak peduli suami Sri bernama Arjuno pulang memergoki mereka. Semakin Arjuno tahu, Item semakin senang.
Item makin bernafsu menyetubuhi Sri. Namun, Item tetap lembut dan perlahan seperti pecinta hebat. Mereka bergulat cukup lama. Sri merasakan lagi kenikmatan yang sempat hilang itu. Sri merasakan lagi sentuhan Item yang hebat itu.
Satu sama. Begitu skor antara Item dan Arjuno. Item adalah musuh rahasia yang tak disadari Item. Arjuno perkosa Mei, maka Item setubuhi Sri yang masih tetap istri Arjuno meski mandul.
"Kapan mas kesini lagi?"
"Entahlah."
"Ini bukan yang terakhir?"
Srikandi begitu berharap. Srikandi tak butuhkan lagi kehangatan dari Arjuno. Sri hanya butuh belaian hangat dari seorang Item yang mudah datang mudah pergi bagi Sri. Selanjutnya, Item tetap jadi teman selingkuh Sri. Mereka bisa bercinta dimana saja. Bisa di Bandungan, Kaliurang atau tempat lain yang memungkinkan kecuali kuburan. Mereka bercinta dimana pun, mereka tak peduli pada Arjuno yang tak bisa mencium hubungan itu.
Item merasa sulit membebaskan Mei. Mei pun menghilang dalam hidup Item sementara waktu. Mei beberapa malam dalam sekapan Arjuno. Hingga Arjuno bosan. Karena wanita muda di kota Semarang juga tak kalah menggoda. Mei lalu ditempatkan di penjara dalam kota. Item tak bisa mencarinya. Item begitu ingin kembali ke pangkuan Mei yang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGREK HITAM - PETRIK MATANASI
Historical FictionLika-liku kehidupan seorang putra Dayak yang mengalami menjadi prajurit di tiga zaman berbeda dan berdinas untuk pihak yang berbeda. Nasib membawanya menjadi serdadu Australia yang melawan fasisme Jepang di Balikpapan, menjadi serdadu KNIL yang meng...