MEI LING

640 21 0
                                    

Suatu kali, Item menyusuri sebuah toko di kawasan Bangkong Semarang. Item pun menyempatkan diri singgah makan nasi goreng babi di sebuah warung China. Item sering kesana jika keluar. Item hanya pesan nasi goreng babi dan sebotol bir.

Si pemilik warung adalah janda China. Masih terlihat manis dan montok. Item adalah serdadu yang sopan dan cukup simpatik dimata sang janda. Suatu kali, ketika warung sepi si janda buka suara.

"Tuan Baik sekali?"

"Baik?" Item hanya tersenyum.

"Saya tidak merasa baik nyonya."

"Tuan selalu bayar makan disini. Kemarin ada serdadu juga makan disini. Lagaknya seperti orang terhormat. Tapi mereka tidak pernah bayar."

Item hanya tertawa kecil. Kelakuan serdadu TNI parah juga. Makan tidak bayar. Macam serdadu Nippon bercinta di rumah cinta waktu serdadu-serdadu Nippon itu jadi raja di nusantara saja. Jiwa-jiwa tentara pendudukan mulai nampak. Item pun mulai malu jadi serdadu. Tetap saja Item terima kenyataan jika dirinya adalah serdadu,

Sunyi adalah kawan bagi si janda China. Hampir sepuluh tahun suaminya meninggalkannya. Hidupnya hanyalah di warung. Dia hanya bisa melihat orang-orang datang ke warungnya dengan penuh tawa dan bahagia. Diantara yang datang biasanya berpasang-pasangan. Bahkan ada pasangan yang membawa anak-anak mereka. Si janda hanya bisa tersenyum atas orang-orang yang berkunjung di warungnya. Rasa sunyi si janda makin terusik ketika Item rajin berkunjung. Sosok Item yang putih dan kecil, mengingatkan si janda pada suaminya dulu yang sudah pergi.

Suatu kali, Item datang agak larut. Dia baru saja apel malam. Rasa lapar menyergapnya. Nasi goreng babi terbayang di Item. Item berjalan ke tempat biasa. Demi sepiring nasi goreng babi dan bir. Sampai depan warung, ternyata si pemilik warung hampir menutup warungnya. Item tidak menyerah.

"Masih ada nasi babi."

"Oh. Masih. Masuklah tuan. Duduk Tuan."

Janda si pemilik warung yang semula terkejut itu dengan senang hati membuatkan nasi goreng babi yang dimaui Item. Sebelumnya, sebotol bir dibuka sembari Item menunggu. Setelah lebih dari 10 menit, nasi goreng pun selesai. Begitu tersaji di meja Item, Item langsung memakannya dengan nikmat.

Item makan, janda pemilik warung hanya menatap Item. Angin dingin melingkupi tubuh wanita itu. Seperti rasa sunyi yang menderanya. Dia wanita yang tak inginkan sunyi. Permintaan hidupnya sederhana, tak ingin sendiri jalani hidup. Kehadiran Item mengusiknya. Harapan muncul di kepala wanita itu. Dalam khayal, dia ingin Item mau lepaskkan hasratnya padanya. Jatuh dalam pelukan Item terasa begitu indah. Kini, dia tak lagi bisa menahannya.

Warung lalu ditutup sekarang. Bahkan pintu terakhir. Dan tak ada lagi pintu terbuka keluar. Tak ada yang bisa masuk dan juga tak ada yang bisa keluar. Item tak terlalu terkejut melihatnya. Kecuali bingung.

Ketika sendokan terakhir diselesaikannya, Item masih bisa tersenyum. Wanita berkulit mulus itu pun tersenyum juga padanya. Item duduk santai sebentar. Dan terus jadi santapan mata si wanita. Item pun berdiri dan beranjak pergi.

Hari makin malam dan dingin. Item mengeluarkan uang untuk membayar makan dan minumnya. Senyum si wanita semakin lebar. Belum sempat membayarkannya, si wanita angkat bicara.

"Bisakah tuan tolong saya sebentar?"

Item masih tersenyum. Meski bertanya-tanya apa yang harus dibantunya, Item mengangguk.

"Boleh."

"Ikut saya ke belakang."

Item menurut mengikuti langkah si wanita itu. Mereka memasuki sebuah kamar remang-remang. Dupa adalah wangi kamar itu. Item tak bermasalah dengan bau dupa yang dihirupnya. Tak seburuk wangi mesiu.

ANGGREK HITAM - PETRIK MATANASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang