LAHIRNYA SI BULAN

598 24 0
                                        

Lebih dari setahun Item meninggalkan Anggrek tinggalkan. Item semakin merindukannya saja setiap harinya. Sekarang Item sulit cuti sekedar mengunjungi Anggrek walau sebentar. Mengirim surat jelas tak mungkin. Rumah paman di dalam hutan. Anggrek tak pernah keluar dari sana. Dia sudah merasa nyaman disana. Item tak bisa kirim apapun, termasuk gajihnya. Uang gaji Item sebagai serdadu pun utuh. Item tidak suka ngamar atau mabuk-mabuk. Hanya sesekali minum bir. 

Kesepian mendera Anggrek di hutan Samboja. Dalam kesepian itu, Anggrek merasakan kenyamanan dan keamanan. Dia tak mau keluar dari rumah ditengah hutan itu. Hutan tempat Anggrek tinggal bersama Paman dan Bibi Item itu adalah rumahnya. Dulu, dia pernah jauh dari rumahnya, hingga hal buruk hampir menimpanya. Serdadu Nippon hampir menyantap kehangatan tubuhnya. 

Kesepian Anggrek semakin menjadi sejak kepergian Item. Pertama kali datang ke hutan itu, Anggrek terbiasa dan dengan cepat menjadi nyaman. Anggrek sedari awal bisa menerima Item. Sebagai pelindungnya. Anggrek begitu tergantung pada Item sejak Item menyelamatkan Anggrek. Item seperti manusia setengah Dewa bagi Anggrek. Bersama Item adalah berkah baginya. Pondok mungil yang dibangun tak jauh rumah paman adalah kuil pelindung, dimana Anggrek temukan kenyamanannya dalam kesepian. 

Pondok mungil itu jelas membuat Anggrek lupa akan dunia diluar hutan itu. Anggrek seperti orang-orang Borneo asli di masa lalu, orang luar menyebut mereka Dayak. Mereka hidup dalam hutan belantara. Mereka bersahabat dengan alam. Mereka kadang berpindah-pindah dan sebagian besar sudah hidup dalam kampung-kampung. 

Anggrek adalah wanita asli Borneo juga. Anggrek lebih bisa nyaman hidup di kampung. Apalagi kampung ditengah hutan. Meninggalkan kampung adalah petaka. Pernah dulu dia jalan-jalan di keramaian kota kecil Tanah Grogot, tiba-tiba serdadu-serdadu Nippon menculiknya. Hingga dia dibawa ke Balikpapan. Beruntung dalam perjalanan serdadu-serdadu Nippon tak berani menyentuhnya karena perintah dari komandan melarang keras untuk itu. 

Anggrek merasa ngeri dengan Balikpapan. Dimana laki-laki bejat berseragam siap menggerayangi tubuh wanita yang mereka temui. Hingga tibalah Anggrek di rumah cinta. Dan kemauan aneh dari Mak Ijah telah menyelamatkannya dari gerayangan serdadu-serdadu Nippon. Dan Item pun jadi dewa penyelamat ketika seorang serdadu Nippon berusaha menggerayanginya. 

Pelarian Anggrek dan Item pun tak pernah bisa Anggrek lupakan. Begitu tiba rumah paman pun Anggrek berpikir untuk tidak keluar dari hutan. Hidup mereka di hutan begitu menyenangkan apalagi jika ada Item. Hutan Borneo yang perawan sebenarnya bisa membuat manusia hidup. Orang-orang asli Borneo bisa hidup berabad-abad dengan damai di bumi Borneo. Mereka mengambil sedikit dari alam dan ikut menjaganya. Begitulah persahabatan manusia asli Borneo dengan alam.

Jika Anggrek lebih suka di dalam hutan, Item pun demikian namun Item bisa hidup dimana saja. Item kemudian terjebak dalam putaran roda sejarah dunia. Dia terlibat dalam peperangan besar di dunia. Sekarang Item pun terseret dalam putaran roda sejarah sebuah Negara baru bernama Indonesia. 

Beruntung Anggrek hidup dalam sebuah keluarga yang hangat. Item telah menanamkan benihnya. Perut Anggrek pun pelan-pelan membesar. Anggrek sadar apa yang menimpa perutnya. Akan lahir seorang bayi ke dunia. Kesepian Anggrek pun bisa diredam. Bakal bayi yang dilahirkannya itu pun menghiburnya. Dan, Item pun hanya sekedar jadi orang yang dirindukannya. Anggrek mulai terbiasa dengan sepi meski dia tidak harapkan kesepian itu. 

"Sudah lama perutmu membesar. Sebentar lagi" 

"Iya Bibi, bulan ini seharusnya dia akan lahir." 

"Mungkin purnama nanti Nak?" 

"Iya Bibi." 

"Siapa namanya nanti Nak?" 

"Saya belum bilang ke kakak, Bi. Kakak tak pernah pulang. Jadi belum ada nama." 

"Sudalah Nak . Kita usahakan dia terlahir selamat saja."

 "Mudah-mudahan,Bi. Anggrek terus mengelus-elus perutnya sebagai isyarat belaian sayangnya pada si jabang bayi dalam perutnya. Anggrek sangat menyayangi bayinya. 

"Istirahat saja Nak. Kau tak boleh lelah. Aku khawatir padamu" 

"Iya Bibi." 

"Banyak-banyaklah makan, kau semakin kurus." 

Jelang bulan purnama pun Anggrek melahirkan. Anggrek bahagia menggendong bayinya. Bibi membantu melahirkan bayi itu hingga selamat. Namun, Anggrek hanya bisa bertahan sebentar. Tidak lama setelah Anggrek melahirkan dia terkapar kelelahan.

 "Bibi, bilang pada Kakak aku bahagia." 

Anggrek mengucapkan kalimat itu dengan wajah penuh senyum bahagia. Dimana auranya sebagai wanita terlihat indah. Setelah ucapan itu. Anggrek kehilangan nafasnya. Dia dapati nafas terakhirnya dalam keindahan dan kehebatan seorang ibu. Melahirkan anaknya. 

Si bayi perempuan yang dilahirkan Anggrek pun jadi yatim seketika itu juga. Ibunya berpulang kepada Yang Maha Kuasa. Sementara itu, sang ayah tak kunjung pulang. Bayi ini begitu sebatang kara ke dunia. Jadilah si baya anak bagi si bibi. Entah sampai kapan. Sampai batas waktu yang tak pernah terpastikan. 

Si bayi segera menjadi kawan baru yang seru bagi anak-anak. Si bayi tumbuh bersama mereka. Mereka menjadi kakak, walau sebenarnya mereka layak dipanggil Om atau tante oleh si bayi. Anak-anak tampak menikmatinya. Mereka serasa punya adik daripada keponakan. Dari anak-anak yang merupakan Om dan tante itu, si bayi mendapat yang terbaik. Kasih sayang keluarga yang tak perah sepi di pedalaman hutan Samboja itu. Tak pernah bayi sebatang kara itu dibiarkan. Bahkan ketika si bayi mulai besar, si bayi pun ikut ke ladang bersama kesederhanaan keluarga paman. 

Namun, waktu berjalan cepat bagi keluarga bahagia ditengah hutan itu. Orang tua tak terlalu cerewet dengan nama si bayi. Tapi, anak-anak tak sabar mendengar dan memanggil nama bayi di hutan itu. Nama begitu penting juga bagi mereka. Mereka ingin nama itu segera ada. 

"Dia lucu sekali. Putih seperti kita. Matanya sebening Kak Item." 

"Iya, manis juga seperti Kak Anggrek." 

"Tapi kita panggil siapa dia? Kak Item belum kasih nama." 

"Panggil Cahaya Bulan saja. Waktu dia lahir, bulan bundar." 

"Nanti Kak Item marah?" 

"Dia tak sini, jadi takkan marah. Kita butuh nama untuk memanggilnya." 

"Sudah, kita panggil saja dia Bulan, sampai Kak Item datang." 

Semua lalu sepakat, nama si bayi adalah Cahaya Bulan, panggilannya Bulan.


ANGGREK HITAM - PETRIK MATANASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang